NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Menikah dengan Musuhku / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Steven

Malam sudah larut. Melihat Ayra sudah tertidur, Daniel keluar kamar untuk menghubungi Bram dan memintanya untuk ganti menjaganya.

Dan, beberapa saat kemudian, Bram datang untuk menggantikan posisi Daniel saat itu.

"Aku tidak akan lama Bram, jaga dia. Aku takut ada mata mata ayahku datang dan mencelakainya," ujar Daniel ketika Bram sisan datang.

"Baik tuan, aku ausah menyiapkan beberapa orang orang ku yang tangguh untuk menjaga tuan selama di sana."

"Terimakasih Bram, kamu adalah satu satunya orang yang bisa ku percaya saat ini."

Bram hanya membalasnya dengan senyuman.

Daniel menepuk pundak Bram, lalu meninggalkannya.

Setelah Daniel pergi, ia masuk, menatap Ayra yang sudah terlelap lalu duduk di dekat ranjangnya.

Tangannya nampak ragu, mulai mengulur perlahan, membelai rambut Ayra.

"Eeummhh..." Ayra melenguh dan nyaris terbangun. Membuat Bram terkejut dan menarik kembali tangannya.

Bram tersenyum. Namun lama kelamaan, ia mulai mengantuk. Bram tertidur tepat di samping tangan Ayra dengan posisi duduk.

Menjelang pagi, Ayra terbangun. Tangannya tak sengaja menyenggol kepala Bram.

Ia segera bangun dan melihat adanya Bram di sana.

"Tuan Bram...!" ucapnya lirih.

Mendengar suara Ayra, Bram terbangun dan mengangkat kepalanya.

"Ay...! Kamu bangun?! Kamu butuh apa?" tanyanya dengan sigap.

"Tidak, aku tidak butuh apa apa, aku hanya terkejut melihat tuan Bram di sini."

"Ya sudah, kamu tidur lagi saja, ini masih jam 2 pagi."

"Terimakasih tuan, tapi rasanya aku sudah tidak mengantuk, aku tidur lebih awal tadi."

"Kamu mau makan sesuatu?" tawar Bram.

Ayra menggeleng.

"Tuan...!" panggil Ayra sambil menatap Bram.

Bram menoleh sambil mengulas senyum.

"Jangan panggil aku tuan, aku ini hanya seorang pengawal, aku tidak pantas kamu panggil tuan," ujarnya.

"Tapi..."

"Panggil aku Bram saja!"

"Emm...baiklah"

"Ada apa? Hemm?"

"Aku ingin mengurus surat cerai, tapi aku tak tahu bagaimana caranya, aku..."

"Aku akan membantumu, kamu kirimkan saja semua berkas yang nanti dibutuhkan, aku akan mengurusnya."

"Benarkah...?? Terima kasih tuan...!" ucap Ayra dengan mata yang berbinar.

"Sama sama, eummm...ay...!"

"Heeem..." Ayra mendongak menatap mata Bram.

"Aku senang sekali bisa dekat dengan mu, tapi sayangnya kita harus berpisah besok, tuan Daniel akan membawa mu pergi dari kota ini."

Ayra memajukan bibirnya seraya menghela nafas panjang.

"Sebenarnya, aku juga lebih suka tetap berada di sini. Tapi sayangnya di sini terlalu berbahaya untuk ku, selain itu aku juga sudah menyepakati pekerjaan ini dengan tuan Daniel."

"Ini semua ulah Rayyan si pria brengsek itu!! Gara gara dia, aku jadi terseret kasus nya seperti ini!" imbuh Ayra.

"Oiya Ay...!" Bram mengeluarkan ponselnya.

"Lihat ini, aku sudah menangkap orang orang suruhan tuan Steven yang telah menyakiti ayahmu. Sebaiknya aku apakan mereka?"

Ayra melihat video orang orang yang telah membuat ayahnya meninggal, berada di sebuah ruangan.

Mereka nampak babak belur habis dihajar oleh anak buah Bram.

"Kasihan sekali mereka, bebas kan saja mereka!"

"Hah...?! Bebaskan? Kamu serius? Mereka ini penjahat, mereka tak pantas hidup bebas Ayra!"

"Mereka melakukan itu karena disuruh kan? Aku yakin mereka juga memiliki keluarga, kasihan keluarganya kalau sampai mereka kenapa kenapa. Lagian aku sudah ikhlas, mungkin ini adalah takdir yang terbaik dari Tuhan. Dengan mencelakai mereka juga tak akan membuat ayahku hidup kembali."

Bram merasa sangat kagum mendengar ucapan Ayra," Kamu luar biasa Ayra, hatimu benar benar tulus dan baik." batinnya.

"Aku terbiasa berada dalam posisi seperti ini, menerima takdir adalah pilihan terbaik. Aku tidak seperti tuan Daniel yang pendendam dan kejam itu!"

"Tapi kamu suka dengannya kan?" goda Bram.

"Ihh...amit amit tujuh turunan, aku gak akan mungkin suka dengannya, enggak akan pernah!"ucap Ayra lagi.

Bram tersenyum, hatinya merasa lega mendengar ucapan Ayra.

"Kenapa tidak diikhlaskan saja, orang yang sudah meninggal tidak akan bisa bangkit lagi, meskipun dendam sudah terbalaskan," imbuh Ayra.

"Tuan Daniel hanya mencoba mempertahankan hak yang berusaha direbut oleh tuan Steven. Menurut ku wajar jika dia semarah itu, ayahnya sudah membunuh ibunya dan merebut istrinya, bahkan sekarang ayahnya juga berusaha merebut perusahaan yang seharusnya milik tuan Daniel," kata Bram menjelaskan.

"Iya juga si, tuan Daniel memang kejam, tapi ternyata, ayahnya lebih kejam lagi. Sebenarnya aku agak takut bekerja dengan tuan Daniel, dia itu galak...!" ujar Ayra.

Bram terkekeh, tangannya menggenggam tangan Ayra lalu menatapnya.

Ayra sedikit terkejut, tapi ia juga tak menarik tangannya dan justru merasa nyaman.

Ayra menunduk, tersipu malu.

"Dia tidak akan melakukan itu padamu, aku bisa jamin itu. Jika dia berani macam-macam, aku akan membawamu kabur dari sana!"

"Memang berani??"

"Eumm berani, kalau itu berhubungan dengan mu, aku akan berubah sangat berani."

"Benarkah?"

"Heem..."

***

Di sisi lain, Daniel yang memang telah membuat janji dengan Steven untuk bertemu, mulai turun dari mobil dengan langkah yang tertatih-tatih. Mereka bertemu di sebuah club malam dengan pengawalan ketat.

Daniel segera masuk mencari keberadaan ayahnya, yang ternyata, tengah minum minuman didampingi para wanita malam.

"Ciihh...! Menjijikkan!" ucap Daniel menatap kelakuan ayahnya dengan tatapan jijik.

Melihat kedatangan Daniel, para wanita itu menyingkir dan memberi tempat duduk untuk Daniel.

Daniel meraih gelas wine dari tangan ayahnya dan meletakkan di meja.

Ayahnya yang sudah mabuk berat terus saja berbicara ngawur.

Daniel berdiri dan memanggil seorang pelayan."Bawakan aku penawarnya, aku mau bicara dengannya!" perintahnya.

"Baik tuan!"

Pelayan itu kembali pergi membuatkan penawar untuk Steven.

Sementara Daniel kembali duduk, menatap ayah nya penuh kebencian yang sengaja ia tutupi.

Ponsel Steven yang ia letakkan di meja tiba tiba saja berdering.

Daniel mendekat, menatap layar ponsel Steven.

Sebuah nama "honey" nampak tengah melakukan panggilan. Daniel meraih ponsel Steven memperhatikan foto profil si penelepon tersebut.

Foto ayahnya sedang memeluk seorang wanita yang sangat ia kenal terpampang di layar ponsel Steven.

Tiba-tiba anak buah Steven datang, meraih ponsel Steven dengan segera.

"Maaf tuan muda, tuan tidak diperkenankan untuk membuka ponsel milik tuan Steven," ucapnya.

Daniel hanya menatapnya sekilas, lalu beralih memperhatikan Steven yang masih melantur.

"Kejahatamu semakin terlihat jelas, Rinda memang masih hidup. Beesenang-senang lah malam ini, karena setelah ini kamu akan menangis, Steven!" ucapnya lirih namun penuh arti.

Tak lama, seorang pelayan datang dan memberikan penawar untuk Steven.

Daniel segera memintanya anak buah Steven untuk meminumkannya. Selang beberapa menit kemudian, Steven mulai sadar dan bisa diajak bicara meskipun keadaannya masih sedikit kacau.

"Ayah sudah baikan?" tanya Daniel tanpa menatap Steven.

"Ohh...! Maafkan ayah Daniel, ayah sedikit mabuk tadi."

"Memang dari dulu atau seperti itu kan? aku sudah tak heran."

Steven mengusap usap wajahnya, kepalanya sedikit pusing akibat minum terlalu banyak di umur yang sudah tak muda lagi.

"Daniel...! Besok kamu jadi ikut ayah kembali ke rumah kan?"

"Aku tidak bisa, aku ada kepentingan lain."

"Daniel! kamu harus ikut aku kembali ke rumah, kalau kamu bersikeras tidak mau, maka ayah akan memaksamu!!"

"Paksa saja kalau bisa!" tantang Daniel, membuat Steven menjadi garam.

"Daniel!!!" bentak Steven sambil berdiri, tangannya mengepal dengan mata yang mendelik.

"Kalau ayah mengundang ku kemari hanya untuk membicarakan itu, maaf aku tetap dalam keputusan ku! Aku tidak akan pergi dengan ayah!!"

"Daniell!! kamu harus ikut ayah pulang! Karena aku akan mengenalkan dengan anak dari teman ayah. Kamu akan menikah dengan nya, hanya dengan cara itu perusahaan akan bisa kembali berdiri kokoh."

"Cihhh...! Ayah pikir aku boneka? ayah pikir aku anak kemarin sore? seenaknya saja ayah atur hidup ku!" pekik Daniel ikut berdiri tepat di hadapannya, dengan tatapan penuh kedengkian.

"Daniel...! berani kamu melawan ayah mu sendiri!!" balas Steven ikut meninggikan suaranya.

Daniel menatapnya sekilas, lalu berbalik pergi dengan langkah yang tertatih Ratih.

"Cepat...! Tangkap dia!" ujar Steven pada anak buahnya.

Anak buah Steven berlari hendak mengejar Daniel, namun dengan cepat, anak buah Daniel yang selalu siaga menghadang mereka semua.

Keadaan semakin memanas, kubu Daniel dan kubu Steven mulai saling lawan, dan menimbulkan kekacauan.

Pemilik club segera memanggil polisi, Tak lama mereka bubar karena enggan berurusan dengan polisi.

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!