Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI BIMBANG
Hari ini mereka bahagia sekali, meski tadi malam gak bisa tidur karena si dedek, pagi ini mereka tetap semangat menjalani KKN. Mereka ikut para bapak ke sawah, untuk take video menggunakan ponsel, masih program tentang IT. Jadi para bapak akan direkam oleh ibu-ibu saat berkegiatan di sawah, seperti saat tabur pupuk, menyiangi rumput, dan juga mengambil buah hasil kebun. Mereka dibagi ada yang ke sawah ada yang ke kebun buah, terserah. Target hari ini hanya pengambilan beberapa video tentang aktivitas pertanian dan perkebunan.
Kamila, Aluna dan beberapa teman lain mendapat bagian ke kebun buah. Ternyata para bapak ada yang menjadi pekerja di kebun buah tersebut, khususnya saat panen begini, jadi lahan disewakan tapi beliau juga bekerja sebagai pemetik buah saja. Jadi tidak terlalu berat.
"Mas Keenan saya izin mengambil video ya, Mas!" ucap Pak Tarmuni, menghampiri seorang pemuda yang pakai topi dan baju kaos serta jeans, seperti pemilik kebun ini. Mendengar namanya Aluna langsung mengerutkan dahi, ia menatap laki-laki itu, jangan-jangan Keenan yang dimaksud adalah cowok manipulatif alias Mas Ojol itu. Lama Aluna melihat Pak Tarmuni, dan tatapan mereka tertaut satu sama lain, apalagi Pak Tarmuni menunjuk dirinya, mungkin beliau menjelaskan kegiatan apa yang dilakukan oleh warga dan juga para Mahasiswa KKN.
"Ck, dari sekian banyak orang kenapa juga bertemu dia lagi. Masih pagi udah nongkrong di kebun saja," gerutu Aluna.
"Ngomong sama siapa?" tanya Mbak Kamila sembari membenarkan gendongan si dedek. Aluna tersenyum sembari menggeleng.
"Lun, kayaknya dia mahasiswanya Pak Cokro kemarin kan, pamit gih. Ini lahan cowok itu kayaknya. Masa' iya langsung take video di lahan orang," ujar Citra.
"Udah, Pak Tarmuni tadi izin kok."
"Kayaknya kita juga perlu izin deh, kamu aja deh Lun, yang pintar ngomong!" ujar Rohman, Aluna memutar bola matanya malas, mereka kan mahasiswa tingkat akhir kan ya. Tentu sudah puluhan kali presentasi, masa' iya gak pintar ngomong. Bilang aja malas berurusan dengan orang lain.
Pak Tarmuni datang, memberi tahu bahwa boleh melakukan rekam video, tapi jangan sampai mengganggu aktivitas petik buah Alpukat, dan pisang cavendish. Mereka agak merinding juga karena banyak ulat di sekitar kebun Alpukat.
Beberapa ibu-ibu yang ikut rombongan ini, siap merekam aktivitas Pak Tarmuni dkk, yang sedang memetik buah. Para mahasiswa pun mendampingi mereka, mengajarkan cara mengambil video sesuai dengan kerangka yang telah dibuat mereka. Seperti halnya cara panen buah, alpukat bagaimana pisang cavendish bagaimana, kemudian cara meletakkan di keranjang dan merekam buahnya itu sendiri.
"Hai," sapa Keenan. Sengaja mendekati Aluna yang sedang mengajari seorang ibu merekam video saat seorang bapak memotong setandan pisang cavendish. Aluna menoleh, tersenyum tipis, dan mengangguk hormat. Berusaha bersikap manis, karena ini wilayah Keenan, jangan sampai merusak suasana damai para pekerja dan juga tim rekam.
"Program KKN tentang apa ini?"
"Membuat konten, Pak!" jawab Aluna sesopan mungkin, meski nadanya sedikit ketus. Keenan mengangguk saja. Mungkin para sesepuh yang sudah tidak bisa mengolah kebun atau sawah, diajari punya aktivitas yang produktif.
"Mbak cantik, gak sengaja goyang. Gak pa-pa?" tanya seorang ibu yang memang dihandle oleh Aluna.
"Oh gak pa-pa, Bu. Nanti diajarkan Mas Afkar biar tidak goyang. Silahkan rekam sebanyak-banyaknya saja," ucap Aluna ramah bahkan sampai mendekati ibu lagi.
Keenan kembali mendekati Aluna, ia ingin membicarakan masalah kemarin, masih ada ganjalan juga. Tak enak kalau dibiarkan terus. "Setelah ini kegiatan kamu apa?"
"Kembali ke basecamp."
"Oh, sampai jam berapa di sini?"
"Mungkin jam 8, ibu-ibu yang akan kembali. Sedangkan Bapak-Bapak tetap bekerja sesuai jam kerja panen buah."
Keenan kemudian menjauh, Aluna memperhatikan sebentar, lalu bergabung dengan teman lain, karena ibu dampingan Aluna sudah merekam banyak di sisi kebun pisang cavendish.
"Lun, kamu kenal sama Mas itu?" tanya Citra yang memperhatikan gerak-gerik Aluna bersama Keenan tadi.
"Enggak, cuma tanya program KKN apa ini, kok sampai rekam video. Itu doang," jawab Aluna menutupi perkenalan Aluna dan Keenan di luar. Citra percaya saja, wajar kalau Keenan tanya. Mungkin selama ini juga tidak ada kegiatan merekam saat bekerja.
Saat para ibu berkumpul, mereka melapor sudah banyak rekaman video di ponsel mereka, dan waktunya kembali ke basecamp. Menunggu lanjutan pelatihan bersama Bapak-bapak setelah ashar nanti. Aluna pun diminta untuk pamit kepada Keenan.
"Mas Keenan baik kok Mbak Lun, mari saya antar," ucap seorang ibu. Aluna pun mengangguk.
"Hem, Maaf, Pak. Kita mau pamit, terimakasih sudah memberikan izin kepada kami untuk merekam aktivitas panen di sini," ucap Aluna dengan memaksakan senyum ramah.
Keenan mengangguk dan terimakasih kembali, kemudian saat Aluna hendak beranjak pergi, Keenan kembali memanggilnya. "Ada sedikit oleh-oleh," ucap Keenan sembari memberikan plastik merah berisi dua sisir pisang cavendish. "Buat camilan dengan teman KKN, sudah masak kok!" ucapnya dengan senyuman manis. Aluna menerima dan mengucap terimakasih.
"Maaf, ya Aluna. Semoga kita bertemu lagi, dalam kondisi tenang, aku bisa minta maaf segera," gumam Keenan sembari menatap kepergian rombongan Aluna.
Sepanjang jalan, ibu-ibu menceritakan kebaikan Keenan. Bahkan ada yang beberapa kali menjodohkan anak gadis mereka dengan Keenan, tapi selalu ditolak. "Masih cinta sama mantannya mungkin," celetuk Aluna tak sengaja. Citra langsung menoleh.
"Katanya gak kenal?"
"Lah emang gak kenal, kan cuma menebak," ujar Aluna mengelak. Sedikit denial dengan testimoni ibu-ibu itu, yang menganggap Keena baik. Bagi Aluna itu hanya pencitraan saja. Sembari menunggu Bapak-Bapak pulang kerja. Mereka pun rebahan di basecamp sembari bermain dengan anak Mbak Kamila.
Bahkan Gopi yang terkenal clamitan begitu pintar menciptakan tawa bagi si bayi yang hanya pakai diapers dan kaos kutang saja. "Sumpah konyol!" ujar Aluna saat Gopi main cilukba dengan si dedek.
"Assalamualaikum," sapa seseorang di luar basecamp. Sontak mereka menoleh dan menjawab salam tersebut. Seorang wanita kece, menenteng dua kresek merah besar dengan senyum cerianya.
"Mama!" teriak Aluna girang, dan langsung menuju ke mama, memeluk perempuan kesayangannya, diikuti teman Aluna lain untuk salim kepada Arimbi. Sedangkan Aluna lari ke sang papa, yang sedang menurunkan kresek merah lain. Dia langsung memeluk papanya, para teman melihat Aluna dicium sayang oleh sang papa.
"Pantas saja jomblo, tangki cinta dari sang papa meluber," ucap Jihan melihat interaksi Aluna dan sang papa, sedangkan Arimbi sudah membagikan kotak makan kepada teman Aluna lain. Namanya mahasiswa dikasih makanan gratisan auto semangat.
Arimbi juga ikut menggendong bayi Mbak Kamila, dan si bayi anteng tapi menatap serius pada Arimbi. "Saya dan papa Aluna juga menikah muda kok, Mbak Kamila. Setelah ujian skripsi," ujar Arimbi masih menggendong si bayi.
Eriska dan Ulin saling pandang, "Jadi makin bimbang nih, menikah gak jadi menakutkan setelah melihat keluarga Aluna," ucap Eriska dengan wajah bimbangnya.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...