NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: riena

“Pernikahan kita cuma sandiwara. Di depan keluarga mesra, di belakang orang asing. Deal?”
“Deal!”

Arman sudah punya kekasih, Widya ogah ribet. Tapi siapa sangka, hidup serumah bikin aturan mereka berantakan. Dari rebutan kamar mandi sampai saling sindir tiap hari, pura-pura suami istri malah bikin baper sungguhan.

Kalau awalnya cuma perjanjian konyol, kenapa hati ikut-ikutan serius?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 18. Tidak gampang dijatuhkan

Arman menyalakan motor, lalu menepuk jok belakang pelan. “Ayo, naik.” suaranya terdengar ringan, meski sebenarnya ia deg-degan menunggu respon Widya.

Widya melangkah mendekat, ragu sebentar sebelum akhirnya duduk di belakang. Awalnya ia memilih menjaga jarak, kedua tangannya menempel di sisi jok.

Motor melaju pelan melewati jalanan pagi yang masih ramai. Udara sejuk berhembus, membuat ujung jilbab paris yang Widya kenakan tiba-tiba menutup wajah Arman.

Arman menoleh sedikit, menahan senyum. “Kalau kamu nggak pegang, bisa jatuh lho.” ucap Arman sambil tetap menatap jalan.

Widya diam, bibirnya mengatup. Ia menimbang sejenak, lalu akhirnya mengangkat tangan dan memegang sisi jaket Arman. Hanya ujung kainnya, tidak sampai merangkul pinggang.

Arman tertawa pelan. “Segitunya jaga jarak?”

Widya mendengus pelan, “Bawa motornya aja yang bener, Mas.”

Arman pura-pura menghela napas panjang, “Iya, iya. Padahal aku nggak keberatan kalau kamu pegang lebih erat, lho.” suara Arman setengah menggoda, setengah serius.

Widya refleks menepuk pelan punggungnya. “Mas, ih…” wajah Widya memerah, untung Arman tidak bisa melihat.

Motor terus melaju. Di persimpangan jalan, Arman sedikit melambat karena ada mobil berhenti mendadak. Refleks, Widya langsung memeluk pinggangnya erat.

Detik itu juga, senyum Arman mengembang, meski ia pura-pura tetap fokus ke jalan. “Nah, gitu lebih aman.” suara Arman pelan, nyaris seperti bisikan yang tertelan angin.

Widya menyadari dirinya masih menempel erat, buru-buru melepaskan tangan. “Tadi itu cuma refleks.” gumam Widya cepat, lalu menunduk.

Arman terkekeh. “Refleks yang aku nggak keberatan kalau sering kejadian.”

Widya mengerjap, jantungnya berdebar lebih kencang dari suara motor. Ia tak membalas, hanya menatap jalanan yang mereka lewati sambil menggenggam ujung jaket Arman lebih erat daripada sebelumnya.

*

*

Motor Arman melambat begitu memasuki area depan kampus. Deretan mahasiswa lalu-lalang, beberapa sempat melirik ke arah mereka. Widya cepat-cepat melepaskan genggamannya di jaket Arman, karena ia malu.

Arman bisa merasakannya. Sudut bibirnya terangkat tipis, tapi ia tidak berkomentar. Arman hanya menepikan motor di dekat gerbang.

“Udah sampai,” ucap Arman sambil menurunkan standar.

Widya turun pelan, merapikan tasnya, lalu menatap sebentar ke arah Arman. Ada jeda singkat sebelum akhirnya ia membuka mulut. “Makasih udah nganterin.” suaranya terdengar datar, tapi matanya… sedikit terlalu lama tertahan di wajah Arman.

Arman menatap balik, matanya dalam, mencoba membaca perasaan istrinya itu. “Hati-hati di dalam. Kalau pulang jangan lupa kabarin aku.” ucap Arman singkat, tulus.

Widya sempat menggigit bibir, lalu mengangguk kecil. “Iya.”

Beberapa teman Widya lewat sambil melirik-lirik penasaran. Salah satu dari mereka bahkan sempat berbisik sambil nyengir, “Wid, dianter suami yaa?”

Pipi Widya memerah seketika. Ia menunduk, buru-buru melangkah masuk gerbang. Tapi sebelum benar-benar pergi, langkahnya sempat terhenti sepersekian detik. Ia menoleh sekilas—hanya sekilas—ke arah Arman yang masih duduk di atas motor.

Arman menangkap pandangan itu. Senyum tipis muncul di wajahnya, berbeda dengan senyum dingin biasanya. Ada kehangatan yang jelas.

Widya buru-buru membuang muka, melangkah cepat ke arah gedung, meninggalkan Arman dengan dada yang entah kenapa terasa lebih ringan.

Arman menarik napas panjang, menyalakan motor lagi. Dalam hati ia bergumam, sekeras apapun Widya menutup diri… dia sudah mulai goyah.

*

*

Arman duduk di balik meja kerjanya, tangan sibuk membuka berkas laporan. Tapi pikirannya sama sekali tidak fokus. Sesekali matanya melayang ke layar monitor, bukan untuk membaca, melainkan memutar ulang adegan pagi tadi: tatapan singkat Widya sebelum masuk gerbang kampus.

Senyum tipis itu. Bukan senyum penuh, bukan juga basa-basi, tapi cukup untuk membuat dadanya hangat sampai sekarang.

Arman mendengus kecil, menutup berkas lalu menyandarkan punggungnya di kursi. ‘Apa jangan-jangan aku yang kebanyakan berharap? Tapi jelas, dia tadi nggak buru-buru pergi. Dia sempat noleh…’

“Eh, si Arman lagi senyum-senyum sendiri nih,” celetuk suara usil memotong lamunannya.

Arman menoleh. Reza, salah satu rekan sekantor, sudah berdiri di pintu cubicle dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

“Kenapa? Ada apaan?” Arman berusaha merapikan ekspresinya, pura-pura tenang.

Reza nyengir. “Gue liat lo tadi pagi nganter istri lo ke kampus.”

Arman mendesah, malas menanggapi tapi akhirnya mengangguk singkat. “Iya. Kenapa emang?”

Reza mengangkat alis, ekspresinya setengah kaget setengah kepo. “Terus? Bukannya cewek yang kemarin sering jemput-jemput lo tuh si Priya pacar lo? Nggak salah, Man? Lo masih ada hubungan sama lo cewek, sementara lo udah nikah?”

“Stop.” Suara Arman tegas, memotong sebelum gosip itu melebar. Pandangannya tajam, membuat Reza sedikit tertegun. “Jangan pernah bandingin masa lalu gue sama keadaan sekarang.”

Reza mengangkat tangan, pura-pura menyerah. “Oke-oke, santai, Man. Gue cuma nanya. Tapi jujur aja ya, cewek itu kemarin masih kesini nyariin lo. Gue khawatir aja kalau—”

Arman menunduk, menutup berkas dengan cepat lalu menatap lurus ke arah Reza. “Gue udah bilang. Gue udah nikah. Gue nggak mau ada orang yang ngerusak itu. Termasuk lo yang suka kepo nggak penting.”

Reza mengedip pelan, agak kikuk. “Sip, sip. Nggak usah marah gitu kali. Gue cabut dulu deh.”

Begitu Reza pergi, Arman mengusap wajahnya. Ada rasa jengkel yang tertahan. Bukan cuma karena pertanyaan Reza, tapi karena ucapannya menyentil hal yang paling Arman takutkan: gosip bisa sampai ke telinga Widya.

“Widya udah cukup kepikiran sama Priya. Gue nggak mau ada lagi yang bikin dia tambah dingin sama gue.”

Arman menarik napas panjang, lalu menekuk bibirnya tipis. Pikirannya kembali ke senyum singkat pagi tadi. Satu hal kecil itu cukup jadi alasan baginya untuk menahan semua kekesalan hari ini.

*

*

Usai kelas terakhir, Widya memutuskan mampir sebentar ke minimarket dekat rumah. Tas selempang masih menggantung di bahu, langkahnya ringan meski ada sisa letih. Tangannya meraih satu botol susu dan sekotak roti tawar, lalu ia berjalan ke rak mie instan.

Baru saja ia menjulurkan tangan, suara familiar terdengar dari belakang.

“Eh, kebetulan banget. Kita ketemu lagi, Wid.”

Widya menoleh cepat. Priya berdiri di ujung rak, senyumnya tipis tapi sorot matanya tajam. Aura menyebalkan itu langsung mengaburkan rasa lelah Widya.

“Kalau mau belanja, silakan. Aku nggak bisa larang,” ucap Widya singkat, sembari menaruh mie ke keranjang.

Priya melangkah mendekat, suaranya rendah tapi menusuk. “Aku cuma mau ngingetin. Jangan terlalu cepat merasa aman, hanya karena saat ini kami lagi break. Kamu pikir dengan status istri, berarti Arman udah jadi milikmu sepenuhnya?”

Widya menoleh, menatap lurus. “Bukannya memang begitu? Buku nikah itu bukan sekadar kertas, Priya. Itu tanggung jawab dan komitmen.”

Priya terkekeh, sengaja mencondongkan badan. “Komitmen bisa rapuh. Jangan salah, kadang tubuhnya memang di sampingmu, tapi pikirannya… masih ke aku. Kalau dia sekarang memilihmu, dia cuma ingin mengamankan situasi sebentar aja.” ucap Priya dengan senyum sinis.

Widya menarik napas panjang, lalu mengangguk kecil. “Makasih ya, udah mau repot-repot ngingetin. Tapi sejujurnya aku kasihan sama kamu.”

Kening Priya berkerut. “Kasihan?”

Widya tersenyum tipis. “Iya. Karena orang yang benar-benar percaya diri dengan posisinya di hati seseorang, nggak perlu repot datang ke istri sahnya buat bilang ‘aku masih ada bekas di sana’. Itu justru bukti kamu takut kalah.”

Priya tercekat sepersekian detik, ekspresinya menegang sebelum buru-buru menutupi dengan tawa sinis. “Kamu berani juga sekarang, Widya.”

Widya menatapnya tenang. “Aku nggak perlu berani. Aku cuma yakin. Kalau kamu merasa menang, ya sudah… nikmati aja ilusi itu. Sementara aku pulang bersama suamiku, kamu pulang sendirian.”

Jawaban itu membuat Priya kehilangan kata. Ia hanya melipat tangan, menatap dengan sorot yang tak kalah panas.

Widya melangkah ke kasir tanpa menoleh lagi, membayar belanjaannya dengan tenang. Saat keluar dari minimarket, dadanya masih berdegup kencang. Tapi kali ini bukan karena tidak bisa diprovokasi, melainkan karena ia berhasil berdiri tegak tanpa goyah.

Kalau Arman lihat aku barusan, dia pasti tahu… aku nggak gampang dijatuhkan seperti kemarin.

------

1
Safitri Agus
hubungan mereka sudah maju beberapa langkah kedepan, semoga bisa saling menerima satu sama lainnya 😊
Yani Hendrayani
ceritanya ga pernah gagal luar biasa
Mam AzAz
terimakasih Up nya 😊
Mam AzAz
cieee cieee😄😄😄
Safitri Agus
Widya malu-malu nih ciee🤭
Safitri Agus
ya nda papa toh man sudah halal kok
Enisensi Klara
Cieeh ..Arman yg curi2 pandang ke Widya lewat kaca spion 😇😇😇
Enisensi Klara
Cieee ..yg gak bisa jauhan hihihi 🤣🤣🤣itu udah cinta namanya Arman 🤣🤣
Enisensi Klara
Karena kamu sebenarnya punya rasa yg sama kyk Arman Wid ,makanya ga bisa marah sama Arman 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Tuh kan ..Widya juga merasa kan deg degan sama kyk Arman 😂😂😂
Enisensi Klara
Khilaf aja gak oapa2 bagus lagi biar jadi cucu nya wkwk 🤣🤣
Enisensi Klara
Nah kan kan Arman 😂😂😂 mulai buang guling pembatas 🤣🤣🤣🤣mau apa hayoo🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Hapus aja kontrak nya ,kalian jadi pasangan yg sebenarnya 😇😇😇
Enisensi Klara
Gaslah buat cucu utk kakek 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Yeaay up lagi makasi kak Riee 🤗🤗🤗
Ratu Tety Haryati
Klo melihat keakraban dan kekompakan, Kakek dan Para Besan, mereka menyimpan banyak harapan pada, Arman dan Widya.
Ratu Tety Haryati
Sikapnya santai penuh godaan, mirip yang biasa dilakukan, Para Pelakor, bebal dan tak tahu malu.
Eh... kan memang😂
Ratu Tety Haryati
Janji ya, Man... jalani pernikahan kalian dengan normal tanpa bayang2, mantan...
Enisensi Klara
Ayo sekarang di cicil aja sun sun nya 🤣🤣
Enisensi Klara
Beugh ..sabar kek belum ada cicit nya ,mrk blm unnoxingan 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!