Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil. Membuat dua orang sahabat terjebak di pulau pribadi dengan cinta penuh misteri.
Bagaimana bisa gadis miliarder yang super tengil mendadak bangkrut karena ulahnya sendiri. Dan di masa sulitnya ia bertemu pun dengan kuli kampung yang mampu memalingkan dunia penuh masalahnya.
Namun apakah dia benar-benar kuli kampung? Atau hanya bermain di atas panggung sandiwara dibalik dunia gelapnya.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
[Jati Dirimu Yang Sebenarnya]
.
.
Cherry sudah berjalan meninggalkan desa dan kembali memasuki wilayah kota, tetapi ia masih terganggu disepanjang jalan dikarenakan Dylan terus saja mengikuti dari belakang. Tampaknya pemuda itu tak membiarkan Cherry pergi dengan tenang.
"Hei, bocah! Bukankah urusan diantara kita sudah selesai? Apa yang kamu inginkan dariku?" Tegas Cherry, menatap tajam.
"Kamu ingin menagih uang taruhan itu ya? Oke... Aku bakal kasih sekarang tapi setelah itu pergilah."
"Hah? Bicara apa sih kamu? Aku hanya berjalan biasa, tidak mengikuti siapa-siapa kok." Sahut Dylan, mencoba berdalih sambil mengangkat bahu.
"Jangan bohong! Aku panggil satpam kalau kamu masih berani mengikuti-ku lagi!"
"Galak benget! Aku hanya ingin mengajakmu makan ke restoran di dekat sini." Ajak Dylan, senyumnya ramah supaya Cherry berhenti kesal kepadanya.
"Tidak, terima kasih. Aku tidak menerima ajakan dari orang asing yang tidak tahu sopan santun kayak kamu."
"Aku orang asing? justru kamu sendirilah yang orang asing. Aku sudah lama tinggal di pulau ini dan sudah menjadi bagian salah satu penduduk desa." Sindir Dylan, sembari berjalan menuju Cherry.
Belum sempat bereaksi terhadap situasi, tiba-tiba Dylan menarik tangan Cherry dan membawanya pergi tanpa berkata apa-apa, sehingga Cherry dibuat terkejut dan mulai berontak untuk melepaskan tangannya yang dicekal erat oleh Dylan.
"Wait! Don't hold me!"
"I am pissed off!"
Cherry memberikan perlawanan secara berulang kali agar pemuda itu melepaskan dirinya, tetapi dia mengabaikan Cherry dan terus saja menariknya untuk berlari bersama tanpa henti.
"Sudah! ikut aja!"
"Cut it out! Dumb–ass."
Cherry berteriak menegur si bocah bule itu pakai bahasa asing sambil juga marah-marah di depan umum, sampai mereka menjadi bahan tontonan publik.
"Penjaga! Tolong aku! Orang ini mau menculik-ku." Teriak Cherry pada satpam di depan toko, tapi tak direspon.
"Jangan diam aja! Bantu aku dong!" Ucap keras Cherry lagi, dan tetap saja diabaikan.
"Diamlah! Jangan membuat keributan! ikut aja sama aku!"
"Tidak! Lepaskan sekarang, tolol!" Teriak Cherry lebih keras.
...----------------...
Di restoran terbuka yang khusus di desain agar para pelanggan dapat melihat pemandangan alam, menyuguhkan latar belakang laut bagian selatan. Restoran ini begitu populer karena mampu menyajikan bermacam jenis kuliner seafood dari berbagai belahan dunia.
Di salah satu meja, Cherry duduk sambil menyilangkan kedua tangan. Dengan wajah cemberut, menyorot tajam pada Dylan yang telah menyeretnya datang ke tempat ini. Tapi, lirikan membunuhnya tak berpengaruh, Dylan membalasnya dengan senyuman penuh.
"Apa-apaan coba dia ini? Senyumannya bikin naik darah." Gerutu Cherry dalam benak.
"Lagipula kita tidak saling mengenal, tapi kenapa dia begitu tak tahu malu memaksa seorang wanita hanya untuk makan bersama."
Cherry bukalah tipe wanita yang bisa digoda oleh pria hidung belang, dan sekarang seorang pemuda cukup berani mendekatinya. Kendati dia cukup tampan dengan fitur wajah bak orang Eropa, namun Cherry tak tertarik sedikitpun.
"Akhirnya aku menemukanmu, Cherry Neville "
Mendengar nama yang diucapkan oleh Dylan merupakan nama aslinya, sontak Cherry pun merasa tak wajar dikarenakan nama Neville sudah hilang sepenuhnya dari masa lalu, apalagi Cherry tak pernah memberikan tahu siapapun tentang nama itu.
Merasa tak wajar, berhadapan dengan seorang penguntit, Cherry pun bergegas pergi meninggalkan meja.
"Jangan pergi! Duduk dulu, aku tidak ingin kamu salah paham." Cegat Dylan, dengan langsung meraih tangannya.
"Lepaskan! Aku akan melaporkanmu sekarang juga." Tepis Cherry secara kasar.
"Aku bakal jelasin. Kamu seorang youtuber, kan? Aku ini penggemarmu loh."
"Hah?" Cherry kebingungan, memiringkan wajahnya.
"Aku pernah membaca komentar dari seseorang yang mengatakan pernah menjadi temanmu, karena itulah kalau nama belakangmu dahulu adalah Neville."
"Begitu, ya? Oke, aku percaya." Sahut Cherry duduk kembali ke kursi.
Percaya bukan berarti sepenuhnya mempercayai Dylan.
Dylan sering menonton acara makan-makan secara langsung yang Cherry lakukan. Ia juga sangat suka melihat potong pendek yang selalu di-upload oleh akun Cherry setiap hari tentang makan-makan ekstrim.
Setelah tahu bila Cherry selalu menerima tantangan makan dari kolom komentar paling teratas, Dylan pun tertarik dan mulai berlangganan.
Pertama kali, Dylan memberikan komentar untuk menyantap serangga goreng dan beberapa lama kemudian komentarnya dikabulkan, Dylan merasa senang, lalu mulai kecanduan menulis berbagai permintaan disetiap video yang diunggah.
Walau wanita itu tidak pernah memperlihatkan wajahnya dan hanya menunjukkan bagian mulutnya saja, tetapi Dylan masih bisa mengingat dan mengenali dengan jelas bibir wanita itu, yang kini ada dihadapannya, dia adalah Cherry.
Sesaat bercengkrama singkat, Cherry pun mulai terbuka dengan salah satu penggemarnya ini. Yang awalnya begitu curiga, berprasangka buruk kepada Dylan, sekarang Cherry mulai menurunkan kewaspadaan terhadap pemuda itu.
Cherry pun tahu siapa orang yang sering memberikan gift hingga berjuta-juta kepadanya dengan tantangan yang lumayan mengerikan. Masih teringat dengan jelas pada saat ia melakukan siaran langsung untuk memakan bola mata ikan tuna mentah.
Cherry beberapa kali muntah hanya memandangnya saja, pada akhirnya ia menyerah. Namun sang editor terus memaksa dan menekan Cherry agar memakannya karena mereka telah menerima gif yang lumayan besar.
Setelah hari itu Cherry sampai absen selama tiga hari tak membuat konten karena demam. Tubuhnya lemas, terbaring di atas kasur. Cherry masih merasa jijik setelah memaksakan diri untuk menelan mata ikan itu padahal dirinya memiliki phobia terhadap mata.
Tetapi bagaimana pun juga memang begitulah cara ia bekerja dan mendapatkan penghasilan besar dengan cepat, meski demikian Cherry tak sebodoh itu untuk merusak tubuh sendiri hanya karena menerima tantangan dari pengikutnya.
Cherry tidak mau memakan sesuatu yang berbahaya dengan cara tak menanggapi komentar itu dan memilih makanan lain. Ia merasa tertarik dan penasaran dengan rasa baru sehingga suka mencoba berbagai makanan asing ke dalam mulutnya.
Tak berselang lama, beberapa pelayan datang membawakan makanan yang sudah dipesankan oleh Dylan. Sontak Cherry menjadi was-was kembali, dirinya tak tahu apa yang dengan direncanakan oleh pemuda itu.
Hidangan yang disajikan di atas meja adalah seafood cacing laut, gurita mentah, lobster hitam, dan beberapa macam jenis kerang, bahkan ada banyak seafood nyeleneh lainnya yang tampak asing seperti sarapan alien.
Cherry menatap nyalang, menukik tajam, terheran-heran pada hidangan yang ada dihadapannya. Kemudian memicingkan matanya ke arah Dylan yang hanya senyam-senyum sambil bertopang dagu.
"Dia memang sengaja mengajakku kemari hanya untuk mengujiku secara langsung. Licik sekali."
"Tau gini lebih baik pergi aja sejak awal." Desis Cherry, mendengus kesal.
Dylan menunggu dengan sabar, memandang ramah pada Cherry yang terus nyalang tajam kepadanya dan sesekali dia menatap hidangan dengan ragu, wajahnya tertekan, bahkan kesulitan menelan ludah.
"Apa yang salah, Cher? Bukankah aku sudah memesankan seafood tanpa ada satupun mata?"
"Kenapa kamu tidak menyentuh makananmu?"