Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Terpaksa Menikahkah
Keributan di balai desa yang tidak ada hentinya dan ternyata ada mobil yang terparkir di luar sana dan Arga yang berada di dalam mobil itu yang duduk di kursi pengaman.
"Ternyata tuan Dhafian melakukan rencana seperti ini, baiklah bisa dikatakan rencana ingin memang sangat singkat dari pada harus melanjutkan rencana dengan Nona Arum," batin Arga menghela nafas dan kemudian meninggalkan tempat itu.
Apapun pembelaan yang dilakukan Aliza yang ternyata tidak dipercaya oleh warga yang ada di sana. Apalagi Dhafian juga tidak melakukan pembelaan dan bahkan berniat untuk menikahinya yang membuat spekulasi warga semakin mengarah pada hal negatif.
Aliza harus menerima takdirnya yang mendapatkan fitnah pada malam itu dan juga harus menikah dengan laki-laki ini yang sama sekali tidak diketahui siapa pria itu dan bahkan Aliza juga tidak mengingat pria itu adalah laki-laki yang pernah dia tolong.
Karena kedua orang tua Aliza sudah tidak ada dan yang mewakilinya untuk menikahinya adalah Toha.
"Saya terima nikahnya Lavina Aliza Maheswari dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Dhafian dengan satu tarikan nafas saat berjabat tangan dengan Toha yang mewakili orang tuanya untuk menikahkan keponakannya.
"Bagaimana saksi sah?"
"Sah!"
Akhirnya Aliza dan Dhafian menikah pada saat itu juga dan semuanya berjalan begitu cepat, walau mereka telah di arak di balai desa yang ternyata Eyang memohon kepada warga untuk memberi kesempatan cucunya paling tidak untuk berpakaian rapi menikah dengan laki-laki yang mereka juga tidak tahu siapa pria itu.
Pernikahan itu juga tidak diadakan di balai desa dan melainkan di kediaman rumah Eyang dan pasti semuanya secara mendadak yang tidak ada apa-apa.
Air mata Aliza jatuh ketika dirinya yang ternyata sudah menjadi istri dari seorang pria yang masuk ke dalam kamarnya dan padahal 4 hari lagi dia seharusnya menjadi istri dari pria yang sudah menjalani proses taaruf selama 3 bulan dengannya.
Dhafian menoleh ke arah Aliza yang melihat bagaimana wanita yang sejak tadi menunduk sudah dapat dipastikan dibalik cadarnya itu berlinang air mata yang sangat banyak.
"Ini jalan yang sangat singkat yang harus aku lakukan dan seharusnya memikirkan semua ini sejak awal," batin Dhafian.
"Kalian sudah menikah dan segera tinggalkan kampung ini jangan pernah menunjukkan wajah lagi, kalau kalian ingin lakukan zina, maka lakukan sesuka hati kalian," ucap salah satu warga yang sejak tadi mewakili warga lain untuk menyuarakan kemarahannya.
"Kami sudah menuruti permintaan kalian untuk menikahkan keponakan kami dan padahal apa yang terjadi belum tentu itu kebenarannya. Jadi mohon untuk bersabar ini sudah malam dan tidak mungkin mereka meninggalkan rumah kami!" tegas Toha.
"Tapi kami juga tidak ingin kampung kami sial dengan keberadaan mereka," sahut salah satu warga.
"Kalian mementingkan diri sendiri yang mendesak kami untuk menikahkan mereka berdua dan bagaimana jika apa yang terjadi tidak terbukti apa kalian ingin bertanggung jawab!" tegas Ratih dengan meninggikan suaranya yang sejak tadi berusaha untuk menahan diri dan pasti dia sangat mempercayai keponakannya yang tidak mungkin melakukan hal seperti itu.
Mereka sangat mengenal bagaimana Aliza adalah gadis yang sangat baik, taat agama dan jangankan untuk zina bahkan berbicara dengan laki-laki saja Aliza sangat takut dosa, takut pada Allah.
"Baiklah, tetapi jika besok pagi mereka masih ada di sini. Maka jangan salahkan kami yang akan mengusir mereka secara paksa!" tegas warga tersebut.
Akhirnya satu persatu mereka meninggalkan tempat itu dan hanya menyisahkan Aliza dan juga Dhafian dan beserta keluarga Aliza.
"Aliza apa kamu baik-baik saja?" tanya Toha. Aliza menggelengkan kepala yang jujur apa adanya.
"Siapa kamu sebenarnya apa kamu memang mengenal keponakan saya?" tanya Toha.
"Maaf jika kedatangan saya sudah membuat keonaran. Saya tidak mungkin menikahi keponakan Anda jika saya tidak mengenal siapa dia," jawab Dhafian yang membuat Aliza melihat ke arah Dhafian.
Barulah Aliza mengingat laki-laki tersebut adalah pria yang dia tolong dan cadarnya dia buka untuk menjadi penahan luka pada perut pria tersebut.
"Kamu...." lirih Aliza.
"Maaf Aliza, pertemuan kedua kita harus dengan cara seperti ini. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu dan siapa sangka kau sekarang menjadi istriku," ucap laki-laki.
"Apa maksud kamu berbicara seperti itu?" tanya Toha.
"Karena yang sudah menikahi keponakan Anda dan saya akan bertanggung jawab atas apa yang sudah saya lakukan. Dia sekarang adalah istri saya!" tegas Dhafian
Aliza tidak bisa berkata-kata, benar-benar sangat lelah dengan kejadian malam itu dan apalagi langsung dinikahkan begitu saja tanpa mengetahui kebenarannya.
Tetapi dari sorot mata kedua pria yang sudah menjadi suaminya itu dapat Aliza lihat bahwa laki-laki itu sepertinya memiliki rencana sesuatu dan bukan hanya sekedar salah masuk ke dalam kamarnya.
"Saya permisi!" ucap Dhafian yang berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi begitu saja
"Heh mau ke mana kamu?" tanya Ratih.
"Besok pagi saya akan menjemputnya dan akan membawanya ke Jakarta," jawab Dhafian yang terlihat begitu santai dan langsung meninggalkan tempat itu.
"Ya Allah rencana apa ini sebenarnya? Kenapa semua tiba-tiba seperti ini. Kenapa hamba terjebak dalam pernikahan ini?" batin Aliza yang tidak henti-hentinya meneteskan air mata.
****
Jakarta
"Mama, Papa!" Arum menuruni anak tangga dengan sangat buru-buru sekali yang menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menikmati sarapan.
"Ada apa Arum, kenapa kamu jalan cepat-cepat seperti itu hah, kamu bisa jatuh," sahut Mayang.
"Mama dan Papa harus tahu jika terjadi hal buruk pada Aliza," ucapnya terlihat begitu panik.
"Ada apa dengan Aliza Arum?" tanya Mayang yang langsung berdiri dari tempat duduknya seperti seorang ibu ketika putrinya khawatir dan menyebutkan nama keponakan yang juga membuatnya sangat panik.
"Arum, kamu tenangkan diri dulu dan kamu katakan pelan-pelan apa yang terjadi sebenarnya. Aliza kenapa?" tanya Lucky yang juga sangat penasaran tetapi hanya berusaha untuk tenang.
"Arum baru saja ditelepon oleh Eyang. Aliza sudah menikah di desa," ucap Arum yang mengejutkan Mayang dan juga Lucky.
"Kamu mengatakan apa?" tanya Mayang.
"Dengan siapa Aliza menikah dan bukankah Ardito masih berada di Singapura dan hari ini akan kembali ke Jakarta," sahut Lucky.
"Bukan menikah dengan calon suami Aliza, tetapi dengan pria lain yang mana mereka harus menikah pada saat itu juga," jawab Arum juga tidak mengerti kenapa sepupunya itu tiba-tiba saja menikah dengan orang lain di desa yang padahal tujuannya ke sana hanya untuk berziarah ke makam kedua orang tuanya untuk meminta Restu.
Mungkin Eyang juga tidak menceritakan apa yang terjadi sebenarnya ada mungkin saja karena mereka juga merasa Aliza tidak mungkin melakukan semua itu.
"Sebenarnya ada apa ini. Papa akan bicara sendiri dengan Eyang kamu dan kenapa tiba-tiba Aliza sudah menikah begitu saja dan sementara dia memiliki calon suami di Jakarta," sahut Lucky tidak bisa tenang sebelum mendengarkan cerita langsung dari ibunya.
Lucky yang langsung menghubungi ibunya dan sementara Mayang juga tampak begitu frustasi yang tidak mengerti situasi yang mereka hadapi sekarang seperti apa. Arum sendiri juga schok dengan kabar yang telah dia dapatkan.
Bersambung.....