NovelToon NovelToon
PELANGI DI UJUNG SENJA

PELANGI DI UJUNG SENJA

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:522.8k
Nilai: 5
Nama Author: 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒

Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?

"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri

"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

"Astaghfirullah. Huweekkk." Bukannya bangkit, Nisa malah ikut-ikutan mual dan ingin muntah.

Dengan mata yang sebenarnya ingin ditutup karena tidak mau melihat kebawah, perlahan Nisa mendorong tubuh tegap itu dengan sekuat tenaga. Ia mengambil tissue yang berada tepat didepannya, mengelap pahanya yang kena cairan dari mulut yang kini bergumam hampir tidak terdengar, meminta minum.

Aduh dia minta apa, Ya Allah bagaimana ini masa harus begini, gak bisa ngapa-ngapain

Nisa terus-terusan berusaha mendorong tubuh yang begitu berat sambil memeganginya karena tidak seimbang takut ambruk lagi.

Dengan susah payah, akhirnya Nisa bisa menjangkau air dibotol yang tersimpan di doorpocket sebelah kiri.

Kemudian membuka tutup botol yang sudah tidak tersegel, perlahan ia memberikannya pada laki-laki yang kini kepalanya bersandar pada bahunya, ia bingung harus berbuat apa tidak ada satu orang pun yang lewat dengan jalan kaki atau pengendara yang pelan.

Pahanya yang kini mulai berasa dingin karena kulotnya yang basah membuat Nisa makin tidak nyaman, rasa mual pun terus mengganggunya, ia menutup mata sambil memikirkan cara bagaimana bisa menolong orang disebelahnya sambil mengeluarkan dirinya dari dalam mobil.

Huweekkk

Gagal mensugesti diri supaya tidak merasakan pahanya yang dingin akhirnya Nisa pun ikut muntah lagi.

Astaghfirullah bagaimana ini kok aku jadi mual terus sih, mulutku pait banget, minum! iya aku harus minum biar mulut gak pait lagi, bodo amat bekas siapa yang penting aku gak mual.

Tanpa pikir panjang Nisa pun meminum air dari botol yang sama dengan laki-laki berada disebelahnya.

"Aarggghhh. Kepalaku sakit banget, tolong aku Nadira."

Nadira? Siapakah itu, apa kekasihnya atau adiknya?

Nisa berusaha menegakkan badannya, ia mendekatinya agar bisa mendengar ucapannya lebih jelas.

"Tolong kepalaku sakit." Lagi-lagi orang yang disebelah Nisa minta tolong sambil memegangi kepalanya, membuat Nisa panik dan tidak tahu harus berbuat apa.

Rumah sakit, "Iya aku bawa ke rumah sakit saja daripada kayak gini terus" Tanpa pikir panjang Nisa langsung menghidupkan mesin mobil dengan susah karena badannya yang menjadi sandaran badan laki-laki yang kini sedang memegangi kepala itu menyender minggir miring ke kanan yaitu ke badan Nisa, sehingga untuk menggerakkan persneling pun susah.

Setelah dengan susah payah, karena badannya menjadi tumpuan tubuh disebelahnya Nisa berhasil melajukan mobilnya perlahan dan kaku karena jarangnya mengendarai mobil sendiri, namun demi kemanusiaan ia memberanikan diri masuk ke jalan raya membelah jalanan yang tidak terlalu ramai karena bukan weekend.

Rasa kaku saat pertama melajukan mobil kini perlahan mulai hilang, namun entah kenapa tangannya yang memegang setir berasa seperti ringan, bahkan badannya pun.

Suara disampingnya yang tadi terdengar jelas merintih kesakitan perlahan menghilang, namun tubuhnya semakin merasakan beban berat entah karena orang disebelahnya tertidur atau pingsan.

Ia sudah hampir tidak kuat menahan, namun disisa tenaganya yang kini makin berkurang karena tidak seperti biasanya rasa ngantuk tiba-tiba melanda dirinya padahal jam 8 pun belum ada.

Pandangannya mulai buyar seiring dengan terus menerus ia menguap, sehingga beberapa suara klakson dibelakangnya mengagetkannya dan membuat mobil bergoyang dan akhirnya badan laki-laki yang tadi cuma bersandar kini ambruk di pangkuannya.

Entah yang ke berapa kalii Nisa menguap hingga air mata pun keluar, ia membawa mobil dengan tidak karuan mencari tempat aman untuk memarkirkan dulu mobil hendak mencuci muka dan mencari pertolongan karena ia sudah tidak tahan dengan ngantuknya.

Sudah berkali-kali kepalanya membentur setir hingga diteriakin dari belakang oleh pengendara lain karena membahayakan semua pengguna jalan.

Setelah memastikan kendaraan yang dibawanya terparkir aman, Nissa membuka sedikit kaca mobilnya, ia menyandarkan punggungnya ke belakang sambil memejamkan mata, merilekskan otot yang terasa pegal, dan kaki kesemutan menahan risih karena pangkuannya dijadikan bantal oleh seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Dan hendak mencari cara bagaimana ia bisa mengantarkan laki-laki disebelahnya itu pada keluarganya tanpa menimbulkan salah paham.

......................

"Masih dirumah. Kayaknya nungguin Arman dulu soalnya sama ibu dilarang bawa motor sendiri, disuruh bareng berangkatnya sama kakaknya. Iya hati-hati dijalan, Waalaikumsalam."

Bu Ratna menutup panggilan dari Rian yang mengabarkan sudah sampai Bandung dan sedang menuju ke tempat acara juga.

Rian menanyakan keberadaan Nisa karena nomornya tidak bisa di hubungi. Tak lama berselang handphone milik Bu Ratna kembali berbunyi, dan ternyata Arman yang menghubunginya.

"Iya Aa. Ada apa?"

Bu Ratna langsung menodong putranya dengan pertanyaan, sambil berjalan keluar dari aula, karena suara MC yang sebentar lagi akan membuka acara membuat ia tidak bisa dengan jelas mendengar suara Arman yang sedang berbicara.

"Iya. Adek memang pulang dulu sudah dari setengah jam yang lalu bahkan lebih. Astaghfirullah kemana dulu atuh, kok belum sampai. Yasudah atuh, mau di telepon dulu sama ibu." Tanpa menunggu jawaban dari Arman Bu Ratna menutup panggilannya dan langsung berganti menghubungi nomor Nisa.

Bukan Nisa yang menjawab, melainkan operator yang mengabarkan bahwa nomor tujuan sedang tidak bisa dihubungi dan berada diluar jangkauan. Wajah bu Ratna mulai memucat karena panik.

Ia berjalan kembali masuk, mencari Yuli hendak meminta bantuan mengantarnya mencari Nisa, Bu Ratna terus mensugesti diri kalau Nisa baik-baik saja hanya mungkin lagi ada kendala dengan motornya. Seperti yang dialami Yuli kemarin yang ia dengar dari cerita dari putrinya.

Bu Ratna mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, namun ia tidak melihat keberadaan Yuli sama sekali, hanya sang suami yang terlihat sedang sibuk berbincang dengan para tamu undangan di meja VIP.

Saat ia hendak duduk dan kembali membuka handphonenya, sekilas ia melihat Dodi dan Yuli sedang berjalan menuju ke arahnya, Bu Ratna segera berdiri dan menarik Yuli keluar, dan diikuti Dodi yang keheranan sehingga ia pun ikutan keluar juga karena penasaran ada apa yang terjadi.

"Ayo anterin ibu nyusul Caca. Takutnya kenapa-kenapa ia belum sampai juga kerumah padahal sudah setengah jam lebih."

Bu Ratna menjawab keheranan Yuli yang seperti kerbau dicucuk hidungnya.

"Aduh jangan-jangan bocor ban seperti Yuli kemarin." Dodi mendahului Yuli yang hendak mengucapkan hal yang sama.

"Yasudah Bu. Ayo!" Kini giliran Yuli yang berganti menarik tangan Bu Ratna perlahan menuju motornya yang berada diparkiran.

Dengan Dodi masih tetap mengikutinya dari belakang sambil memegang handphonenya juga, mencoba menghubungi Nisa.

Saat Bu Ratna hendak memakai helm milik Yuli karena Yuli memakai punya Dodi, terdengar suara klakson dari arah belakangnya, dan ternyata Rian sudah sampai. Dengan tergesa Rian turun dan menghampiri Bu Ratna.

"Ibu mau kemana? Barusan saya menghubungi Arman lagi tapi tidak bisa karena sibuk terus." Rian menatap calon mertuanya dengan raut khawatir.

"Ibu mau nyusul Caca, takutnya ada masalah dengan motornya karena Yuli juga kemarin ban motornya tiba-tiba bocor. Takutnya Caca juga mengalami hal yang sama, mana ini malam mending kalau siang.

"Yasudah. Ayo sama saya saja." Rian mengajak Bu Ratna kemudian membalikkan badannya menuju mobil yang belum terparkir dengan benar itu. Rasa penat dan lelah setelah bekerja seharian kemudian menempuh perjalanan udara selama 1 jam, yang ia rasakan tadi semenjak turun dari pesawat kini menguap entah kemana.

Rasa khawatir langsung mendominasi memenuhi pikiran dan hatinya.

Yuli mengikuti Bu Ratna dan Rian dari belakang, begitupun dengan Dodi yang mengikutinya juga.

"Dol. Kamu enggak usah ikut, stay disini saja dan nanti kalau bapak nanyain ibu, kamu bilangin."

Yuli memberhentikan langkahnya didepan pintu mobil, mencegat Dodi yang hendak memutari badan mobil menuju pintu sebelahnya.

"Benar apa yang dikatakan Yuli, nak Dodi gak usah ikut Ibu malah tidak kepikiran ke ayahnya Caca." Bu Ratna membuang nafas kasar menyesali dirinya yang melupakan sang suami.

Dodi melepaskan pintu mobil yang sudah dipegangnya sambil mengangguk, ia hanya refleks mengikuti Yuli yang seperti kepalanya kemanapun selalu ia ekori.

Perlahan Rian melajukan mobilnya keluar meninggalkan area yayasan, matanya mengedar meneliti jalan yang akan dilaluinya.

"Mas Rian jangan lewat jalan raya. Soalnya Caca kalau buru-buru tidak pernah lewat jalan raya tapi lewat jalan komplek." Yuli memberi tahu Rian yang hampir membelokkan mobilnya ke arah jalan raya.

Rian pun mengikuti arahan Yuli, melewati jalanan komplek yang sepi.

Setelah sekitar 10 menitan melewati jalan yang hanya sesekali bertemu dengan kendaraan lain, yaitu warga komplek yang habis beraktivitas diluar, dari kejauhan samar-samar Rian melihat motor yang sangat ia kenali terparkir dipinggir jalan, Ia pun mempercepat laju mobilnya ingin segera memastikan benar atau tidaknya itu milik kekasihnya, Nisa.

"Itu kan motornya Adek"

"Itu kan motornya Caca"

Suara Bu Ratna dan Yuli keluar secara kompak dengan kalimat yang sama, bahkan Yuli sampai bangkit dari duduknya dan mencondongkan badannya kedepan ingin memastikan apa yang dilihatnya.

"Tapi Cacanya mana?" Yuli bertanya entah pada siapa, mungkin lebih pastinya pada diri sendiri, karena sejatinya Rian dan Bu Ratna pun memiliki pertanyaan yang sama dengan Yuli, mempertanyakan keberadaan Nisa.

Setelah memberhentikan mobilnya tepat dibelakang motor yang seperti milik Nisa, tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibirnya, Rian langsung turun dari mobil mendekati motor matic yang berwarna merah hitam itu.

🍁🍁🍁

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
☠@AngguN
wkwkekek saking diem dieman dalam mobil😄
☠@AngguN
memang lebih baik berpisah drpd banyak hati yg terluka
☠@AngguN
astaghfirullah
lucky gril
awalnya ngintip kok jadi keterusan sampai tamat❤❤❤
lucky gril
ternyata mak baca expresss tau2 udah tamat,makasih karya nya teh nei🙏🙏🙏
lucky gril: sama2 kk'yg mau nuangin karyanya di NT dan waktunya untuk menghibur mak yg kegabutannya ruaaarrr biasa😅
total 2 replies
lucky gril
kok perasaan mak ngga enak😔

jagain fahri atuhhh
lucky gril
SAH
lucky gril
si mm risa mau menodai pikiran kotor ke caca🤣🤣
lucky gril
guling nis itu🤣🤣🤣
lucky gril
bintang utamanya siapa y...kok tau2 fahri datang tanpa kejelasan hubungan siapa ....

masih membanggongkan ceritanya😯
lucky gril
loh kok rian ngga pamit sama orang tuanya nisa😟
lucky gril
wa'alaikum salam salam kenal dr mak di brebes😍
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Semoga berhasil ya bu
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Bener banget makanya dibilang cinta itu buta, tapi harus pake logika yah😂😂😂
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwkwwk pada senyum2 sendiri
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwwk males amndi ternyata bukan cuman di novel, kenyataan juga begitu harus pada diomelin dulu padahal handuk udh dipegang dr tadi
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Nisa gak sadar dengan tingkah abstrudnya
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Ketahuan hayooo saling baperrr
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Kejedot bener dirasa in sama nisa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!