Awalnya Andien begitu dingin pada seorang pria tampan yang sedang melakukan kkn di wilayah tempat tinggalnya.
Reza yang begitu terpukau dengan kecantikan Andien berusaha mendekati gadis itu dengan segala cara.
Ketika Reza mampu menaklukkan hati Andien hingga gadis ini hamil. Sayangnya Reza ingkar dengan janjinya saat merenggut kesucian Andien.
Gadis ini akhirnya meninggalkan tanah air dan menerima bea siswa dari universitas luar negeri yang pernah ia daftar. Di sanalah ia melahirkan bayi kembar empat yang merubah hidupnya menjadi wanita tangguh mengurus ke empat anaknya.
Tujuh tahun berlalu, Reza dipertemukan kembali dengan Andien ketika keempat anaknya tercatat sebagai bocah jenius yang mampu menciptakan alat perekam digital yang mampu menembus pasar gelap bagi para mafia.
"Apakah Andien akan memaafkan Reza yang pernah mengabaikan permohonannya?"
"Apakah Reza mau mengakui kepada dunia untuk anak kembar empat yang pernah ia minta untuk digugurkan?"
Ikuti perjalana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Interogasi
Callista menyampaikan apa saja yang di lakukan mereka hari ini di sekolah. Kata-kata Calista yang sangat cepat dalam menyampaikan sesuatu menjadi keunggulan tersendiri untuk anak seusianya.
"Hari ini Miss Alicia memberikan soal matematika dari yang termudah hingga tersulit yang bukan untuk anak tingkat taman kanak-kanak.
Awalnya hanya penjumlahan di bawah angka puluhan karena kami mengerjakannya lebih cepat dari teman yang lain, Miss Alicia menambahkan lagi soal hingga soal matematika yang biasa di kerjakan anak usia sepuluh tahun.
Kami di giring ke kepala sekolah dan di ruang kepala sekolah kami diminta untuk memperkenalkan diri dengan hobi masing-masing. Setelah itu kami di uji dengan soal kimia untuk kelas SMA dan jawaban dari kami benar semua." Ucap Calista membuat Andien tercengang.
Andien tidak menyangka keempat anaknya begitu jenius. Ia memang melatih mereka dengan disiplin belajar dengan hal yang ringan saja sesuai yang mereka mampu.
"Tunggu!" Bagaimana mungkin kalian melakukannya padahal mama tidak pernah menyuruh kalian belajar kimia atau lainnya.
Kalian saja yang selalu membaca buku-buku milik mama di perpustakaan untuk sekedar ingin tahu." Ucap Andien.
"Kami membaca semuanya mama." Ucap Alfarizi.
"Aku bisa bahasa Arab, Perancis dan Jerman mama." Ucap Callista.
"Apa...?" Bagaimana mungkin kamu bisa melakukannya?" Tanya Andien tidak percaya.
Andien mencoba mengetes putrinya Calista dengan bahasa Perancis dan Jerman yang ia kuasai. Ternyata obrolan singkat keduanya membuat Andien tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Antara bangga dan takut mulai menghinggapi dirinya. Keempat anak kembarnya yang jenius ini butuh perhatian dan perlindungannya lebih intensif.
"Sayang, tolong jangan tunjukkan kemampuan kalian ini pada sembarang orang. Jika kalian melakukannya, kalian akan di culik." Ucap Andien tegas pada anak-anaknya.
"Apakah mereka akan meminta uang tebusan pada mama?" Tanya Callista yang sering membaca buku kriminal.
Semua penculik memiliki motif masingmasing, jadi kita tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa apa yang menjadi target mereka, itu yang akan mereka wujudkan."
Andien mengingatkan anak-anaknya yang masih berusia lima tahun ini.
Tidak terasa mereka sudah tiba di rumah. Seperti biasanya anak-anak ini mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk rumah. Kebetulan sekarang ini Andien memiliki beberapa pelayan yang beragama Islam walaupun bukan dari negara Indonesia.
Kebetulan pelayan yang dipekerjakan Andien termasuk orang-orang yang sangat taat pada agamanya membuat Andien tidak kuatir mempercayakan keempat anaknya kepada mereka.
"Assalamualaikum!" Ucap mereka serentak lalu duduk di bangku panjang untuk membuka sepatu.
Callista yang selalu merapikan kembali sepatu saudaranya yang diletakkan begitu saja.
Andien memperhatikan Calista yang sangat senang dengan kerapian.
Semuanya sudah duduk di meja makan dengan tangan yang sudah bersih. Alfarizi memimpin doa makan lalu antara ibu dan anak ini mulai menikmati makanan mereka tanpa ada pembicaraan di dalamnya karena Andien sudah menerapkan kedisiplinan itu.
Usai makan siang Calista menanyakan ibunya akan sesuatu yang membuat Andien tersedak.
"Mama..?" Apakah kami punya ayah?" Apa perkejaan ayah..?" Dan mengapa dia tidak pernah terlihat?" Apakah ayah kami seorang pembunuh sehingga ia di tahan di penjara dan tidak pernah pulang." Tanya Calista membuat wajah Andien memerah.
"Uhuk...uhuk!" Andien tersedak saat meneguk air sambil mendengar pertanyaan putrinya Calista.
"Ayah kalian sudah meninggal dunia."
Jawaban singkat yang tidak perlu penjelasan panjang.
"Apakah dia sakit atau kecelakaan?" Tanya Al-Ghifari.
"Serangan jantung secara mendadak dan mati seketika." Ucap Andien.
Callista melihat raut wajah ibunya yang sedang berbohong. Ia ingin sekali bertanya lagi, namun wajah ibunya mulai terlihat berkabut.
"Mama harus kembali ke kantor, kalian boleh istirahat sekarang." Ucap Andien lalu mencium wajah anak-anaknya satu persatu.
"Hati-hati mama sayang!" I love you." Ucap keempatnya serentak.
Andien melambaikan tangannya ketika sudah berada di mobil.
Keempatnya sudah menempati kamar mereka yang masih menjadi satu.
"Kalau ayah sudah meninggal kenapa kita tidak pernah mengunjungi makamnya?" Tanya Camilla yang mulai merindukan sosok ayahnya.
"Aku sangat merindukan ayah...hiks ...hiks!" Al-Ghifari mulai menangis.
"Tidak ada kunjungan ke pemakaman jika orang itu masih hidup." Ucap Calista yang mengetahui ibu mereka sedang berbohong.
Gadis kecil itu mengambil tablet miliknya dan mulai mencari sesuatu yang diinginkannya.
"Apa yang Calista bicarakan?" Mengapa dia bilang tidak ada pemakaman?" Tanya Camilla pada dua saudara lelakinya.
"Calista tidak ingin mempercayai ayah kita sudah meninggal, itulah sebabnya dia berkata seperti itu." Ucap Alfarizi.
"Aku ingin bertemu ayah...hiks..hiks!" Camilla ikut menangis.
"Mungkin orangtua kita sudah bercerai sebelum kita lahir. Bukankah setiap orang dewasa yang sudah menikah, bila tidak cocok dengan pasangannya akan memilih bercerai dari pada mempertahankan rumah tangganya?" Ucap Calista yang ternyata masih ikut menyimak obrolan ketiga saudaranya.
Ketiga saudaranya saling menatap lalu mereka menghampiri tempat tidur milik Calista.
"Berarti kita punya kesempatan untuk bisa bertemu dengan ayah. Tapi, bagaimana kita bisa melakukannya kalau selama ini kita tidak tahu keberadaannya Calista?" Tanya Al.
"Kita bisa bertemu dengan ayah hanya dengan satu cara." Ucap Calista memberikan ide cemerlangnya.
"Apakah kamu punya ide, Callista?"
"Buatlah dunia bangga dengan kemampuan kita yang tidak bisa dilakukan orang lain namun kita bisa melakukannya. Jika media mengetahui kemampuan kita, maka akan tersebar informasi itu sampai ke telinga ayah."
"Bukan kita yang harus mencari ayah, tapi ayahlah yang akan menemukan kita sendiri." Timpal Alfarizi.
"Wah, Calista hebat!!!"
Ketiga saudaranya langsung memeluk Calista namun Calista tidak terlalu betah di peluk, kecuali pelukan ibunya yang bisa membuatnya tenang.
Pujian dari ketiga saudara kembarnya membuat Calista bangga. Ia pun mulai memikirkan langkah selanjutnya atas idenya itu.
"Calista, apakah kamu punya sesuatu yang bisa membuat dunia mengakui kita?" Tanya Al.
"Aku sedang memikirkannya, bisakah kalian menjauhi tempat tidurku?" Titah Calista.
"Baiklah tuan putri!" Ucap Camilla sambil menarik tangan kedua saudara lelakinya.
"Apakah kita bisa melakukan sesuatu yang diakui dunia?" Tanya Al, lirih.
"Mintalah petunjuk kepada Allah, niscaya, Allah akan membukakan jalan itu kepada kita, itu yang selalu di ucapkan mama yang selalu mengandalkan Allah dalam segala hal.
"Mulai nanti malam kita bangun sholat tahajud." Ucap Fariz.
Keempatnya mengangguk sambil tersenyum seakan Allah sedang memberikan mereka kejutan besar suatu saat nanti.
"Ayah kami merindukanmu!" Gumam Camilla membatin.
Keempatnya lama-lama mulai tertidur setelah lelah mencari tahu keberadaan ayah kandung yang selama ini mereka belum pernah bertemu.
Sementara di Jakarta-Indonesia, Reza merasakan kerinduan yang sangat menyesakan dadanya. Ia merasa ada keterikatan batin antara dirinya dan anaknya.
"Sayang, apakah saat ini kamu sedang merindukan ayah?" Tanya Reza yang belum mengetahui kalau dirinya memiliki anak kembar empat.
Ndak usah marah...yg jelek buang ke sampah aja ya....🤭🤭🤭🤗🤗
semoga kesehatan dan keselamatan iman dan ilmu u kita semua...🤲🤲..aamiin
semangat trs Thor...💪💪💪..♥️♥️
Terima kasih juga mbak Author sudah di ijinin baca sampai Tamat 🙏👍❤