Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Kilas Balik Menyakitkan
...🌼...
...•...
...•...
Flashback On
Dua bulan yang lalu Bram sempat ditabrak oleh Sonia dengan sepeda motor, saat itu Sonia hendak membeli jajanan keluar, kondisi Bram saat itu tidak begitu parah.
Melihat kecantikan Sonia, Bram ingin mendekatinya, dia mengeluh kesakitan agar Sonia membawanya ke rumah sakit.
“Aku akan tanggung jawab kok, bisa naik ke motor sendiri kan Pak,” kata Sonia sedikit panik, baru kali ini dia menabrak seseorang.
“Iya bisa, kamu harus tanggung jawab sama saya ya, jangan kabur.”
“Iya iya.” Sonia membawa Bram ke rumah sakit terdekat.
“Gimana, Dok?” tanya Sonia pada dokter yang baru saja mengobati Bram.
“Pasien tidak apa-apa, lukanya juga tidak parah dan tidak ada yang mengkhawatirkan,” jelas dokter, membuat Sonia tenang dan lega.
“Alhamdulillah, terima kasih dokter.”
“Iya saya permisi dulu.”
Sonia menghampiri Bram yang masih tiduran di ranjang. “Maaf ya Mas, aku nggak sengaja nabrak Mas nya, siapa suruh nyebrang nggak liat-liat.” Tiba-tiba Sonia malah menyalahkan Bram karena saat itu memang Bram yang salah, Sonia padahal sudah sangat hati-hati dan membawa motor sangat pelan.
“Loh kenapa tiba-tiba kamu malah nyalahin saya? Kamu yang nggak hati-hati tapi malah nyalahin orang, kamu harus tanggung jawab.”
“Kan udah tanggung jawab, aku udah bawa ke rumah sakit dan juga biaya aku yang bayar, tanggung jawab gimana lagi?” protes Sonia.
“Ya kamu harus merawatku sampai sembuh.” Sonia sadar kalau laki-laki itu mencoba untuk memanfaatkannya.
”Maaf ya Mas, aku nggak sebodoh itu dimanfaatin sama kamu. Jaga dirimu baik-baik, aku mau pulang, tenang aja, semua biaya aku yang bayar,” balas Sonia dengan ketus.
Bram bangkit dari ranjang dan mengejar Sonia, dia mendapati Sonia sedang membayar tagihan rumah sakit. Setelah kelar, Sonia keluar mengambil motornya dan bersiap akan pergi tapi Bram malah menghalanginya.
“Kamu nggak bisa pergi gitu aja, di mana rumahmu?” tanya Bram tak terima ditinggal begitu saja.
“Buat apa Mas tau rumah saya? Jangan aneh-aneh ya, Mas.”
“Kamu harus tanggung jawab dengan merawatku sampai sembuh, bukan malah ninggalin gini aja dong.”
“Mas, kamu itu udah baik-baik saja, toh aku tadi nabrak Mas nggak terlalu kencang, kata dokter juga nggak ada yang serius dari luka Mas, jangan ngada-ngada deh Mas, aku mau pulang.”
“Kamu harus ikut saya.” Bram menarik Sonia, sebelumnya Bram sudah menghubungi anak buahnya untuk menjemput ke rumah sakit, Sonia dimasukkan ke dalam mobil oleh Bram, di sana mulut Sonia dibekap dan dibawa ke tempat Bram.
Bram menyekap Sonia di dalam kamar, dia tidak membiarkan wanita itu keluar.
“Untuk apa membawanya ke sini?” tanya Alice, wanita tangguh kepercayaan Bram sekaligus wanita tempat pelampiasan nafsu Bram.
“Aku tertarik padanya, dia begitu cantik dan manis, aku menyukainya,” jawab Bram sambil meneguk bir miliknya.
...***...
Di rumah, Sean mencari keberadaan Sonia yang sedari tadi belum kembali dari luar. Dia pergi mencari keberadaan Sonia dengan panik. “Tadi dia bilang mau beli pukis, coba liat ke sana dulu kali ya,” pikir Sean karena sudah terlalu lama Sonia keluar.
Dia menghampiri tukang pukis langganan Sonia, menanyakan istrinya pada orang sekitar sana dengan menunjukkan foto Sonia.
“Oh iya tadi mbak itu nabrak seorang pria, lalu dibawa ke rumah sakit terdekat mas,” tutur seorang wanita pada Sean.
“Makasih ya, Mbak.”
“Iya sama-sama.” Sean menuju ke rumah sakit yang di maksud, di sana dia mendapati motor istrinya terparkir di area parkiran, Sean segera meminta rekaman cctv untuk mencari keberadaan Sonia dan di dalam rekaman itu terlihat jelas Sonia dibawa paksa oleh seseorang.
Sean seketika diliputi oleh emosi, dia mencari tahu mengenai orang itu dan meminta anak buahnya melacak mobil yang membawa Sonia. Tak lama informasi lengkap pun didapatkan, Sean segera menuju lokasi yang dikatakan oleh anak buahnya itu.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 7 malam, hari juga sudah gelap pastinya, Sean berdoa agar istrinya baik-baik saja.
Sudah terlintas di benak Sean untuk membunuh pria itu. Saat akan sampai di lokasi, Sean melihat Sonia sedang berlari tanpa alas kaki dan ada beberapa orang mengejarnya, dia langsung turun dari mobil dan menghampiri Sonia.
“Sean.” Sonia langsung memeluk Sean dan menangis tersedu.
“Masuk mobil!” titah Sean, Sonia mengangguk dan memasuki mobil suaminya, Sean melawan semua pria bertubuh besar itu dengan amarah yang sudah ada dalam dirinya semenjak tadi, delapan pria bertubuh besar itu kalah dengan beberapa luka dan patah tulang yang cukup parah.
Sean memasuki mobil dan memeluk Sonia lagi, kondisi istrinya begitu memprihatinkan, wajah, lengan, lutut dan juga tulang keringnya lebam, di leher Sonia ada bekas cakaran dan rambutnya juga berantakan, baju Sonia bagian lengan juga robek namun tidak lebar, Sean memakaikan jaketnya pada sang istri.
“Yang menculikmu tadi ada di mana?” tanya Sean. Sonia mengatakan lokasinya pada Sean.
“Anak buahnya banyak, ganas-ganas pula,” adu Sonia sedikit ketakutan.
“Ayo ke sana, aku akan kasih dia pelajaran.”
“Jangan Sean, aku mohon, kita pulang aja ya.”
“Nggak Son, dia harus menerima balasan dari perbuatannya.”
“Aku nggak mau balik ke sana lagi, aku takut, aku mau pulang.” Sonia semakin menangis, terlihat jelas kalau istrinya sangat ketakutan, Sean menurunkan egonya dan memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Sean mengobati luka Sonia, dia tidak bertanya apapun karena dia yakin kalau Sonia itu akan mengatakan apa-apa.
Sean menyisir rambut Sonia dan mengepangnya dengan cantik, Sean sangat ngilu melihat luka di tubuh istrinya itu, secara, jika dia yang menyebabkan luka itu, dia akan biasa saja namun jika orang lain dia sangat tidak terima.
Sonia sesekali menghapus air matanya, selain sakit di tubuh, dia juga takut keluar sendirian lagi, ada rasa trauma di hatinya saat ini.
Sean berusaha membuat Sonia tenang dengan memberikan pelukan hangat, Sonia membalikkan tubuh menghadap Sean dan melepaskan tangisannya di sana.
“Jajanannya nggak dapat?” tanya Sean yang dibalas gelengan kecewa oleh Sonia.
“Kamu mau apa? Kita beli keluar ya.”
“Aku udah nggak mau apa-apa, aku mau tidur aja,” balas Sonia lalu membaringkan tubuhnya dan Sean menyelimuti tubuh Sonia. Terbesit dendam di hati Sean pada pria itu.
“Aku pasti akan memburumu bajingan.”
Flashback Off
Sean memutar arah mobilnya setelah mengantarkan Sonia tadi. Dia tidak ke kantor hari ini, melainkan kembali ke rumah untuk menjemput Kenzo, mereka ada misi untuk melenyapkan Bram— pria bajingan yang pernah menculik Sonia dua bulan yang lalu.
Kenzo yang memang sudah menunggu Sean langsung memasuki mobil. Kali ini Kenzo yang mengemudi sedangkan Sean mengganti pakaiannya dengan baju kaos dan celana levis serta jaket kulit berwarna hitam, agar nanti saat pulang Sonia tidak curiga dia dari mana.
Jika masih memakai pakaian kantor yang formal, Sonia pasti akan curiga karena sudah dipastikan kalau baju yang dia kenakan akan kumuh dan berlumuran darah.
“Udah dapat alamat si Bram?” tanya Kenzo.