Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
William yang tengah duduk di tepi ranjang sembari melihat perkembangan saham di layar Ipad-nya, spontan menghentikan gerakan tangannya. Matanya tanpa sadar mengikuti setiap langkah gadis itu, menelusuri dari ujung kepala hingga ke jemari kakinya. Ada sesuatu di dalam hatinya yang terasa menghangat—perasaan campuran antara kagum, heran, dan entah kenapa sedikit penyesalan.
Safeea merasa tatapan itu. Tatapan mata yang berat dan penuh makna, seakan menyapu dirinya tanpa meninggalkan satu inci pun yang terlewat. Safeea merasa tubuhnya merinding saat ditatap dengan sebegitu rupanya oleh William, ia menunduk untuk mencoba mengalihkan pandangannya dari tatapan laki laki itu, namun justru semakin membuat Safeea menyadari bahwa jantungnya berdetak tak terkendali karena tatapan William.
Berbeda halnya dengan Safeea yang merasa merinding, sementara itu William tersenyum samar, bukan senyum menggoda, tapi senyum yang sulit diartikan. Ia benar-benar tidak menyangka kalau gadis yang dulu ia renggut kesuciannya dengan cara paksa adalah seorang perempuan muda yang begitu cantik dan begitu mempesona. Ada kesan polos dan rapuh di balik kecantikan itu, dan justru hal itulah yang membuatnya semakin sulit untuk mengalihkan pandangannya.
“Kau…” William berhenti sejenak untuk menimbang kata-katanya. “Terlihat… berbeda.” Suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi cukup untuk membuat Safeea semakin salah tingkah.
Safeea menelan ludahnya dengan berat, lalu berusaha tersenyum dihadapan William.
"Mungkin ini karena gaun tidur pemberian pak William yang membuat penampilan saya berbeda dari biasanya." ucap Safeea dengan gugup.
William mengangguk pelan, matanya masih belum lepas dari gadis itu.
"Ya, mungkin kau benar."
Ucapan itu membuat Safeea semakin gugup, wajahnya memanas, sementara William bersandar sedikit ke belakang, namun tatapannya tetap melekat pada gadis itu seolah-olah ia sedang menghafal setiap detail yang ia lihat malam ini.
William menghela napas pelan, lalu mematikan layar Ipad-nya. Tatapannya kembali tertuju pada Safeea yang berdiri kaku di dekat lemari.
“Naiklah ke ranjang, Safeea. Kau harus istirahat.” Ucap William yang terdengar tenang, tapi tetap mengandung nada perintah yang membuat dada Safeea terasa sesak.
Safeea menunduk sebentar, lalu mencoba mengendalikan debaran jantungnya yang seolah berpacu tanpa kendali.
“B-baik, Pak…” jawabnya lirih.
Dengan langkah ragu, Safeea pun bergerak menuju sisi ranjang. Jemari tangannya meremas ujung gaun tidurnya, lalu perlahan ia naik ke atas kasur yang empuk itu, dan berusaha menjaga jarak sejauh mungkin dari William.
Detik itu juga, William memindahkan Ipad dari tangannya ke meja kecil di samping tempat tidur. Lalu, tanpa terburu-buru, ia merebahkan tubuhnya di sisi ranjang dalam posisi miring menghadap Safeea. Napasnya terdengar teratur, namun matanya tetap terbuka sembari memperhatikan gerak-gerik gadis itu.
Safeea yang tahu kalau William mengambil posisi tidur menghadap kearahnya lalu membelakangi William, mencoba menatap ke arah dinding agar ia tidak harus melihat wajah pria itu dari jarak sedekat ini. Tapi, meski ia memejamkan mata, ia bisa merasakan kehadiran William begitu dekat. Kehangatan tubuh pria itu seakan merambat ke punggungnya dan membuat tubuhnya semakin merinding.
Waktu berjalan begitu pelan. Keduanya mencoba memejamkan mata, namun gagal. William tak bisa memungkiri, aroma wangi jeruk dari tubuh Safeea yang tercium setiap kali ia bernapas membuatnya sulit untuk benar-benar tidur. Sementara di sisi lain, Safeea merasa setiap detik yang ia habiskan di ranjang yang sama dengan William hanya membuat detak jantungnya semakin berdebar kencang.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.