NovelToon NovelToon
Cinta Sang CEO Dingin

Cinta Sang CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / CEO / Bullying di Tempat Kerja / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di kota megah Aurelia City, cinta dan kebencian berjalan beriringan di balik kaca gedung tinggi dan cahaya malam yang tak pernah padam.

Lina Anastasya, gadis sederhana yang keras kepala dan penuh tekad, hanya ingin bertahan hidup di dunia kerja yang kejam. Namun, takdir mempertemukannya dengan pria paling ditakuti di dunia bisnis Ethan Arsenio, CEO muda yang dingin, perfeksionis, dan berhati beku.

Pertemuan mereka dimulai dengan kesalahpahaman konyol, berlanjut dengan kontrak kerja yang nyaris seperti hukuman. Tapi di balik tatapan tajam Ethan, tersembunyi luka masa lalu yang dalam… luka yang secara tak terduga berhubungan dengan masa lalu keluarga Lina sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 8

Setelah insiden di ruang arsip, ada perubahan yang nyaris tak kentara di lantai 50.

Ethan Arsenio tidak lagi memberi Lina tugas-tugas rendahan seperti memeriksa AC atau mengisi ulang air mesin kopi. Sebaliknya, ia kembali ke taktik lamanya keheningan.

Selama dua hari penuh, Lina tidak melakukan apa pun.

Dia duduk di meja penjaranya dari pukul delapan pagi hingga pukul lima sore. Dia tidak punya komputer, tidak ada tugas. Ethan bekerja di seberang ruangan, tenggelam dalam dunianya sendiri yang penuh angka dan rapat virtual, mengabaikan Lina sepenuhnya.

Ini adalah bentuk penyiksaan psikologis yang baru. Setelah membuktikan bahwa ia kompeten, Lina kini dibuat merasa sama sekali tidak berguna.

Sandwich harian tetap muncul di mejanya, diletakkan oleh asisten lantai saat Lina sedang ke kamar mandi, tapi Ethan bahkan tidak lagi repot-repot memberikannya secara langsung.

Pada hari ketiga keheningan ini, Lina hampir mencapai batasnya. Dia lebih suka berlari ke basement yang berdebu daripada mati perlahan karena kebosanan.

Tepat pukul 11.00 pagi, sesuatu memecah keheningan.

BZZZZT... SKRREEE... POP!

Interkom di meja Lina mengeluarkan suara statik yang memekakkan telinga, disusul bunyi 'pop' kecil, lalu mati. Asap tipis mengepul dari speaker kecilnya.

Lina menatap alat itu dengan ngeri. Dia baru saja membakar satu-satunya alat komunikasinya.

Di seberang ruangan, Ethan mendongak dari pekerjaannya, alisnya terangkat. Dia jelas mendengar suara itu.

Dia menatap Lina. Lina menatap balik, matanya terbelalak panik.

Ethan menekan tombol interkom di mejanya. Tidak ada yang terjadi di meja Lina.

Pria itu menghela napas panjang, sebuah embusan penuh kekesalan yang terlihat jelas. Dia tampak sangat terganggu karena sekarang harus menggunakan suaranya.

"Anastasya!"

Suaranya yang dalam dan tanpa filter interkom terdengar menggema di ruangan besar itu, membuat Lina terlonjak kaget.

"Y-ya, Tuan!" panggil Lina balik, merasa konyol karena harus berteriak di dalam kantor mewah.

"Ke sini!" perintahnya.

Lina segera berdiri dan bergegas ke meja raksasa itu.

"Interkom saya... sepertinya rusak, Tuan," kata Lina pelan.

"Aku bisa lihat itu," desis Ethan. "Kau merusaknya."

"Saya tidak... saya hanya duduk!" protes Lina.

Ethan mengabaikannya. Dia menunjuk ke layar komputernya. Sebuah email mendesak dalam bahasa Inggris terpampang di sana.

"Aku harus membalas ini. Mendesak. Tapi aku ada conference call dalam tiga menit," katanya cepat. "Aku akan mendikte. Kau mengetik."

Lina membeku. "Saya... mengetik?"

Ethan menatapnya seolah dia bodoh. "Apa ada masalah dengan pendengaranmu selain interkom yang rusak?"

"Tidak, Tuan, tapi... di mana?"

Ethan menunjuk. Bukan ke laptop cadangan. Bukan ke komputer lain.

Dia menunjuk... ke kursinya. Singgasananya.

"Duduk," perintahnya.

Lina merasa lantai di bawahnya bergeser. "D-di kursi Anda, Tuan?"

"Apa kau mau mengetik sambil berdiri?" bentak Ethan, jelas kehabisan kesabaran.

"Cepat!"

Dengan sangat ragu, Lina melangkah ke belakang meja mahoni itu. Ini adalah pertama kalinya ia berada di sisi kekuasaan. Ia perlahan-lahan duduk di kursi kulit raksasa itu.

Rasanya... menakutkan.

Kursi itu luar biasa nyaman, dan masih terasa sedikit hangat dari tubuh Ethan. Aroma samar kolon mahal kayu cendana dan sesuatu yang tajam seperti ozon menguar dari sandaran kursi, menyelimutinya.

Untuk sesaat, pemandangan dari kursi itu—memandang rendah ke seluruh Aurelia City—membuatnya pusing.

"Fokus, Anastasya."

Suara Ethan tiba-tiba terdengar tepat di samping telinganya.

Lina terkesiap dan menoleh. Ethan tidak kembali ke sofanya. Dia berdiri tepat di samping kursi itu, mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat layar, satu tangan bersandar di meja.

Dia terlalu dekat.

Lina bisa merasakan panas tubuhnya, melihat detail kecil yang tidak pernah ia perhatikan ujung rahangnya yang baru dicukur bersih, urat tipis di pelipisnya yang berdenyut pelan karena kesal.

"Si-siap, Tuan," bisik Lina, memaksa matanya fokus ke layar.

"Balas," perintah Ethan, suaranya rendah dan cepat. "Kepada Tuan Henderson. Subjek: RE: Pelanggaran Kontrak."

Ethan mulai mendikte. Dia berbicara cepat, menggunakan jargon bisnis yang tajam dan kalimat-kalimat yang brutal.

"...Oleh karena itu, tawaran Anda tidak hanya tidak dapat diterima, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap kemitraan kita. Jika revisi proposal tidak ada di meja saya dalam 24 jam ke depan, anggap seluruh perjanjian ini..."

Ethan berhenti, seolah mencari kata yang tepat.

Lina, yang jari-jarinya terbang di atas keyboard (dia selalu menjadi pengetik yang cepat), tanpa sadar menyelesaikan kalimat itu dengan suara pelan. "...batal demi hukum."

Ethan berhenti mendikte. Dia menoleh untuk menatap Lina. Kepalanya kini hanya berjarak beberapa inci dari kepala Lina.

Lina membeku, menyadari kesalahannya. "Maaf, Tuan, saya hanya..."

Mata Ethan yang dingin menelusuri wajah Lina. Dia tidak marah. Dia... menganalisis.

"Kau cepat," katanya, sebuah pernyataan fakta yang datar.

Kemudian, sebelum Lina bisa menjawab, timer di jam tangan Ethan berbunyi pelan. Conference call-nya.

"Cukup," kata Ethan, tiba-tiba menarik diri dan berdiri tegak. "Jangan kirim email itu. Simpan sebagai draf."

Dia berjalan ke sofa di sudut ruangan, memakai earpiece nirkabel, dan langsung beralih ke mode bisnis yang dingin, berbicara dengan orang-orang tak terlihat di ujung sana.

Lina masih duduk di kursi singgasananya, jantungnya berdebar kencang karena campuran adrenalin, intimidasi, dan aroma kayu cendana.

Dia baru saja duduk di kursi CEO.

Dan untuk sesaat, dia tidak merasa seperti tahanan.

1
Putra
ljutttttttttttt
Putra
mntppp
Alex Hutagalung
tak bakalan dibolehin Ethan mengundurkan diri, karna Ethan sendiri udah mulai suka Ama Lina 🤭
Alex Hutagalung
semangat thor
Sang_Imajinasi: terimakasih 💪
total 1 replies
Dedi
lnjut thor
Dedi
bagussss
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Sheryn
😍😍
Sheryn
seru ni
Sheryn
bagussss
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Fitriani
lanjutkan
Indah Ratna
yah baru tahu rasa Lina recent🤣
Indah Ratna
😍😍😍
Indah Ratna
🤣🤣😍
Indah Ratna
good thor
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Ardi
gantung lanjutan thor
Ardi
good
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Ardi
😍😍😍
Putra
lanjut thor
Putra
mantappp
Sang_Imajinasi: terimakasih 💪
total 1 replies
Putra
gasdd pol
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!