Galexia Ranendra, gadis bebas, bar bar, seenaknya, tidak mau di kekang oleh aturan apa pun, terpaksa di persatukan dengan banyak aturan bersama seorang pria yang bernama Pradivta Agas. Pria yang di pilihkan oleh kedua orang tuanya untuk menjadi partner hidup tanpa persetujuan darinya.
Bahkan Galexia tidak tahu dengan jelas siapa pria berwajah manis dan berkulit bersih yang selalu berusaha menarik perhatiannya.
Lalu bagaimana setelah Galexia tahu kalau Pradivta adalah pria penjual es doger yang sudah membuatnya kesal karena merasa di PHP? Dan artinya Pradivta adalah seorang Intel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutar Otak
"Jadi Divta ninggalin kamu pas makan malam kemarin?" Eyang Sari mendelik murka saat mendengar aduan Galexia. Wanita tua itu terlihat menahan amarahnya, dia tidak mengira kalau cucu laki laki satu satunya itu akan melakukan hal yang membuat calon cucu menantunya kesal.
Ini pasti akan lebih menyusahkan lagi, batinnya.
"Katanya Mas Divta mau ke toilet. Tapi hampir satu jam nunggu gak balik balik, akhirnya aku disuruh cuci piring deh sama pihak restorannya buat bayarin makanan kita," adanya lagi.
Eyang Sari terdengar menggeram kesal, wanita tua itu berkali kali menghirup napas dalam guna menahan emosinya. Sedangkan si gadis pengadu terlihat santai sembari menikmati potongan buah, entah sejak kapan dirinya menjadi pengadu seperti ini- yang jelas Galexia ingin melihat Pradivta terkena amukan Eyang Sari. Sangat kekanakan memang, tapi dia tidak peduli- selagi ada yang bisa dimanfaatkan untuk menebus rasa kesal serta amarahnya, Galexia akan menuntaskannya.
Sayang targetnya tidak ada di tempat. Eyang Sari mengatakan kalau Pradivta harus bekerja ke tempat cukup jauh dari rumah hari ini- mungkin nanti sore atau malam harinya pria itu baru bisa pulang.
Sebenarnya dari dulu Galexia cukup penasaran dengan pekerjaan calon suaminya itu, ya dia tahu kalau Pradivta hanya bekerja serabutan- tapi dia ingin tahu pekerjaan apa saja yang sering di lakukan pria itu di luaran sana? Buruh panggil, tukang cedol, pedagang di pasar, tukang sapu jalanan, tukang parkir, kurir, atau jangan jangan-
"Eyang, apa aku boleh tau kerjaan yang biasa Mas Divta lakuin tiap hari?"
Eyang Sari yang tengah sibuk mencuci sayuran untuk makan malam mereka terlihat menoleh, wanita bersanggul itu terdiam cukup lama- seperti tengah mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan yang di lontarkan calon cucu menantunya.
"Banyak, pokoknya Divta kerja apa saja. Suatu saat nanti kamu pasti bakalan tau, sekarang bantu Eyang siapin makan malam- kayaknya sebentar lagi Divta pulang." Eyang mencoba mengalihkan pembicaraan, bersyukurnya Galexia menurut dan segera mendekat pada Eyang Mertuanya.
Kedua wanita beda usia itu terlihat sibuk, mereka sesekali bercengkrama ringan dan bercanda. Sampai tidak terasa waktu semakin sore, hidangan makanan sudah tersedia di meja makan- Galexia pun sudah selesai membersihkan diri di kamar Pradivta, sementara orang yang mereka tunggu tidak kunjung pulang.
Senja mulai turun keperaduannya, suara hewan malam semakin terdengar- waktu makan malam segera tiba, Galexia dan Eyang Sari sudah berada di ruang makan menanti Pradivta yang belum juga kembali.
"Divta kemana ya? Tadi pagi dia bilang mau pulang sore, tapi sampai sekarang belum pulang juga," alih alih marah Eyang Sari malah terlihat khawatir. Wanita tua itu berulang kali melihat ke arah jendela kaca rumahnya, berharap sang cucu segera pulang dan menikmati makan malam bersamanya.
Melihat Eyang Mertuanya khawatir, Galexia pun turut bertanya tanya sekarang- kenapa Pradivta belum pulang? Apa ada hal yang membuat pria itu-
Kriieet...
"Assalamualaikum!"
Kedua wanita beda usia itu tersentak kaget saat mendengar suara seseorang masuk kedalam rumah lewat pintu belakang. Galexia reflek menoleh, dia juga tidak lupa meraih garpu yang ada diatas piringnya dan hampir saja melemparkan benda itu pada sang tamu.
"Waalaikumsalam,"
Eyang Sari segera bangkit, dia berjalan cepat saat melihat seseorang berpakaian hitam masuk kedalam ruang makan. Netra keduanya saling bertautan, bergerak kecil seakan tengah mengisyaratkan sesuatu.
Helaan napas Eyang Sari pun terdengar kasar saat dirinya menyadari sesuatu. Semuanya terlambat, Galexia pasti sudah melihat penampilan cucunya saat ini. Ekor mata wanita tua itu melirik pada Sang Gadis, benar saja Galexia terdiam- dia menatap lekat pada Pradivta yang masih memakai pakaian khasnya dengan wajah penuh lebam.
"Lo- emm, Mas Divta habis ngapain? Kenapa mukanya babak belur kayak gitu?!" pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Galexia.
Gadis itu mendekat pada calon suaminya, kedua mata abu abunya terus saja menatap penuh selidik pada wajah Pradivta yang penuh luka lebam dan sedikit lecet di bagian bibirnya.
Eyang Sari bahkan harus menahan napas saat melihat Galexia mendekat, dia mengira gadis itu akan mencecar Pradivta dengan banyak pertanyaan, tapi ternyata gadis itu hanya terfokus pada luka lebam yang dialami cucunya.
"Emm- ini, tadi ini tuh- ini, ini di keroyok preman yang mau malak dagangan aku. Ya mau malak, jadi-,"
"WAH GAK BISA DI BIARIN DONG!"
Eyang Sari dan Pradivta tersentak mendengar seruan keras Galexia, gadis itu tiba tiba saja terbawa emosi saat mendengar penuturan calon suaminya.
"Tapi aku enggak apa a-,"
"Apanya yang enggak apa apa?! Mas Divta babak belur gini masih dibilang enggak apa apa, ngaco. Dimana tuh para preman, seenaknya aja bikin kamu kayak gini! Seharusnya aku yang bikin kamu kayak gini kemaren malam, enak aja ngeduluin." cerocosnya tanpa beban.
Pradivta yang tadinya merasa di awang awang, karena mendapatkan sedikit perhatian dari calon istrinya- perlahan layu dan akhirnya kering lalu mati. Ternyata perhatian yang Galexia berikan masih mengandung racun dan akan segera memusnahkan nya, gara gara makan malam mereka yang hancur semalam.
Eyang Sari bahkan menahan tawanya mendengar penuturan Galexia. Kondisi Pradivta saat ini belum seberapa di matanya, maka dari itu dia terlihat biasa saja- sang cucu bahkan pernah mendapatkan luka yang lebih parah saat pulang ke rumah. Walaupun sudah di tangani oleh tim keselamatan Black Mamba tapi tetap saja Eyang Sari khawatir. Setelah bertahun tahun dia melihat hal itu, Eyang Sari sudah terbiasa dan memaklumi apa yang Pradivta alami sekarang, itu adalah resiko dari tugasnya.
Tapi saat melihat reaksi Galexia yang di luar ekspetasi, membuatnya yakin kalau gadis pilihannya itu tidak lemah. Dia juga yakin kalau Galexia akan mampu mengimbangi resiko pekerjaan Pradivta nantinya, Eyang Sari berharap keduanya akan selalu ada satu sama lain walaupun hubungan yang mereka jalani lewat perjodohan. Dan Eyang Sari sangat menginginkan Pradivta untuk segera mempersunting Galexia tanpa menunggu sang gadis tahu sebelum mereka menikah.
"Mau kemana?" tanya Pradivta.
Pria itu menarik lengan Galexia saat sang gadis mencoba membawanya keluar dari rumah. Bahkan interaksi keduanya sama sekali tidak sadari oleh Eyang Sari, karena wanita tua itu tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Ya kita labrak lah tuh preman, gimana sih!"
Pradivta menghela napas pelan mendengar ucapan Galexia, saat ini ingin sekali dia mencubit bibir tebal sexy milik gadisnya itu. Bisa bisanya Galexia ingin melabrak preman halu yang dia karang tadi, dan hal itu membuatnya harus kembali memutar otak.
"Ayo! kok malah diem!?" ajaknya. Dan lagi lagi Galexia berhasil membuat Pradivta menipiskan senyumannya walaupun tidak ada hal lucu.
MASIH GANTENG KOK MAS🙈🙈🙈🤣🤣🤣
lanjut ke Tiger ugerrrr 😁😁😁
Bagus ceritanya buat aq senyum" sendiri di dukung dg visual tmbah keren skaleeee👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻