NovelToon NovelToon
Cinta Sang Mafia

Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lili Syakura

Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Dia hanya gadis miskin

Keesokan harinya...

Langit tampak mendung, awan kelabu menggantung rendah di atas kawasan pasar lama tempat Viola dan Rara baru saja membeli beberapa bahan makanan sepulang kerja. Jalanan mulai sepi, sebagian kios sudah menutup pintunya, hanya tersisa beberapa pedagang yang membereskan dagangan.

"Cepat, Ra, sebelum hujan turun," ujar Viola sambil tertawa kecil. Tapi tawa itu seketika menghilang ketika dari ujung gang muncul tiga pria bertubuh besar yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan langkah mencurigakan.

Salah satu dari mereka bersiul, matanya menatap nakal ke arah dua wanita itu.

"Heh, sore-sore udah mau pulang aja? Temenin kita dulu, cantik," ujar pria itu dengan nada menggoda namun menakutkan.

Rara menggenggam tangan Viola erat.

"Vio, ayo jalan cepat."

Namun sebelum mereka sempat berlari, salah satu preman itu menghalangi jalan.

"Eh, jangan kabur dong, kita cuma mau ngobrol."

Viola menatap mereka dengan mata tajam, berusaha menutupi rasa takut. "Kami nggak tertarik ngobrol. Minggir!"

Ketegangan makin memuncak. Salah satu dari mereka berusaha meraih lengan Viola—

Tapi sebelum sempat menyentuhnya, sebuah mobil hitam berhenti mendadak di ujung jalan.

Beberapa pria berpakaian rapi turun dengan cepat, dan dalam hitungan detik, para preman pasar itu tersungkur setelah disergap oleh orang-orang asing itu.

Rara berteriak kecil, menutup mulutnya karena kaget. Viola hanya terpaku.

Di antara keributan itu, seorang pria melangkah keluar dari mobil dengan sorot mata tajam dan aura berwibawa yang tak asing bagi Viola.

  "Jovan."ucapkannya tak percaya.

Ia mengenakan kemeja gelap, wajahnya sedikit tegang, namun pandangannya langsung tertuju pada Viola.

"Viola… kamu nggak apa-apa?" tanyanya cepat sambil mendekat.

Viola mundur selangkah, matanya tak lepas dari pria itu.

Kini ia yakin — tidak salah lagi. Pria di perusahaan tempo hari, orang yang ia tolong malam itu, dan pria berjas elegan di depannya saat ini…semuanya adalah orang yang sama.

"Jovan?" suaranya bergetar.

"Jadi memang kamu…"

Jovan terdiam. Ia tahu tak bisa lagi bersembunyi.

Ia memberi isyarat pada anak buahnya untuk membawa para preman itu pergi, lalu menatap Viola dengan penuh penyesalan.

"Aku cuma mau pastikan kamu aman,"ujarnya pelan. "Mereka bukan kebetulan. Ada yang memang sedang mengawasi kamu… karena mereka tahu kamu pernah menolongku."

Viola mengernyitkan keningnya hatinya berdebar.

"Jadi semua teror ini… semua yang aku rasakan selama ini… itu karena kamu?"

Jovan menunduk, suaranya berat. "Aku minta maaf. Aku nggak pernah bermaksud menyeret kamu ke dalam masalahku. Tapi sejak malam itu… aku nggak bisa berhenti mengkhawatirkan mu, Vio..."

Viola terdiam lama, matanya berkaca-kaca. Ada campuran marah, takut, dan perasaan aneh yang sulit dijelaskan.

Ia ingin marah karena, Jovan menyembunyikan kebenaran. Tapi di balik itu, ada getaran lembut di dadanya ketulusan yang sama yang pernah ia lihat di malam pertama kali menolongnya.

Rara menarik lengan Viola, berbisik panik.

 "Vio kita pulang aja dulu."

Namun sebelum mereka pergi, Jovan menatap Viola dalam-dalam.

"Viola… izinkan aku jelaskan semuanya. Aku berutang nyawa padamu. Dan aku janji, kali ini aku nggak akan sembunyi lagi."katakan Jovan sambil meraih tangannya.

 Namun perlahan Viola melepaskan genggaman tangan itu lalu berkata dengan suara lirih seakan ada kekecewaan di sana.

 "Maaf Jovan ,sepertinya kita berbeda."

Viola menatapnya dalam diam. Hatinya berperang — antara rasa takut dan perasaan yang tak bisa ia pungkiri.

Hujan pertama mulai turun malam itu, seakan langit pun tahu,sebuah kebenaran baru saja terbuka, tapi badai yang lebih besar sedang menanti mereka.

Di kediaman keluarga Adiwangsa...

Sore itu, suasana ruang makan keluarga terasa begitu kaku. Nyonya Maya Adiwangsa wanita elegan berusia empat puluhan, duduk anggun di kursi utama dengan gaun berwarna gading. Wajahnya cantik dan terawat, tapi sorot matanya tajam memantulkan aura seorang sosialita yang terbiasa mengatur segalanya sesuai kehendaknya.

Di hadapannya, Jovan duduk dengan wajah tanpa ekspresi, memainkan sendok di tangannya tanpa minat.

"Jovan," suara sang ibu memecah keheningan. "Minggu depan Mama sudah atur pertemuan dengan keluarga Rania Putri Adibrata. Kamu tahu kan siapa dia?"

Jovan menatap ibunya sekilas, lalu menjawab datar, "Putri pemilik perusahaan Adibrata Group. Iya, aku tahu."

Nyonya Maya tersenyum puas. "Bagus lah kalau begitu... Jadi Mama nggak perlu lagi jelasin panjang lebar. Rania itu cantik, berpendidikan, keluarganya terpandang, dan yang paling penting dia sepadan denganmu. Pernikahan kalian akan memperkuat posisi keluarga kita di dunia bisnis, bayangkan saja jika dua perusahaan besar digabungkan menjadi satu, kamu pasti akan mendapatkan apa yang kamu mau. Bahkan semua orang akan tunduk kepadamu.!"

Namun Jovan hanya menarik napas panjang.

"Hmph..!"

Ia menatap ibunya dalam-dalam.

"Ma, aku nggak mau menikah karena kepentingan bisnis," ujarnya tegas.

Senyum di wajah Nyonya Maya perlahan memudar.

 "Jovan, jangan mulai lagi. Mama capek mendengar alasan itu. Kamu bukan anak remaja yang bisa memilih pasangan karena perasaan. Ini tentang masa depan keluarga kita!"kata nyonya Maya dengan tegas.

"Dan aku juga punya masa depan sendiri, Ma,"balas Jovan tanpa menatapnya ke arah wanita yang telah melahirkannya itu.

Nada suaranya membuat sang ibu membeku sejenak.

"Jadi… kamu menolak perjodohan ini?"tanyanya pelan tapi tajam.

Jovan menegakkan tubuhnya, suaranya mantap.

"Ya. Aku sudah punya seseorang."

Nyonya Maya terdiam beberapa detik, lalu meletakkan sendoknya dengan bunyi "ting" yang menggema di ruangan.

"Siapa dia? dari keluarga mana..Siapa perempuan itu yang membuatmu berani menentang Mama?"tanyanya dingin.

Jovan ragu sejenak, tapi akhirnya,ia pun menjawab.

"Namanya Viola, Dia bekerja di pabrik garmen yang masih bagian dari perusahaan kita."

Tatapan Nyonya Maya berubah seketika antara tidak percaya dan marah.

"Buruh garmen?" katanya tajam. "Kamu bercanda, Jovan? Kamu mau bilang, kalau kamu jatuh cinta pada perempuan kelas bawah yang bahkan mungkin nggak tahu cara menghadiri acara sosial?"katakan nyonya Maya dengan ucapan yang cukup pedas.

"Dia lebih tahu arti ketulusan, dari pada semua orang yang pernah datang ke pesta Mama," jawab Jovan pelan namun tegas.

Seketika udara di ruangan itu seolah membeku.

Nyonya Maya menatap anaknya dengan mata berkaca-kaca bukan karena sedih, tapi karena harga diri dan gengsinya terluka.

"Kamu sungguh nekat menghancurkan nama baik keluarga ini demi seorang gadis miskin?"ucapkan nyonya Maya sembari menatap tajam ke arah putranya.

Jovan berdiri. "Aku tidak menghancurkan apa pun, Ma. Aku cuma ingin hidup dengan cara yang aku pilih sendiri."

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan melangkah pergi. Langkah kakinya bergema di lantai marmer, meninggalkan ibunya yang masih terpaku di kursi, diruangan itu,wajah cantiknya kini diliputi amarah dan kekecewaan.

Begitu Jovan keluar dari rumah, ia menatap langit malam yang mulai gelap. Di genggaman tangannya, ia memegang ponsel di layar tertulis satu nama,Viola Amandha.

Ia tersenyum kecil.

"Mungkin dunia kita berbeda, tapi aku nggak akan biarkan siapa pun memisahkan kita lagi,"gumamnya dalam hati.

Sementara itu, di ruangan makan yang sunyi, Nyonya Maya sudah mulai menyusun rencana.

Jika Jovan menolak taat pada keinginannya, maka ia sendiri yang akan memastikan gadis bernama Viola itu tidak pernah lagi muncul dalam kehidupan putranya.

Dan malam itu, diam-diam,permainan baru pun dimulai.

1
Kaylin
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
Lili Syakura: asiap kakak 😍😍😍
total 1 replies
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Lili Syakura: thanks kakak, sehat terus 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!