SUDAH TERBIT CETAK
"Aku mau riset ke Jepang."
Menjadi awal dari kandasnya mimpi indah Anggi bersama Dio, the first love never die.
Ditambah tragedi yang menimpa kedua orangtua Dio, membuat masa depan yang sejak lama diangankan harus pupus dalam sekejap.
Namun ketika Anggi masih berusaha menata hati yang retak, Rendra datang hanya untuk berkata,
"I just simply love you."
"Gimme a chance."
A romantic story about Dio-Anggi-Rendra
--------------
Season 1 : Kisah Tak Berujung Bad Senior in love
Season 2 : Always Gonna be You
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. "Sleep Tight"
Sleep Tight
(Tidurlah yang nyenyak)
--------------------
Anggi
Ia langsung berbalik. Bermaksud mengembalikan topi dan Bear brand pada Rendra. Namun urung, karena begitu sampai di depan pintu, ia melihat Rendra sudah duduk melingkar. Tengah mengobrol bersama Damas, Angky, dan beberapa anak komdis lainnya. Jika ia tetap nekat datang menghampiri Rendra, itu sama saja menyerahkan kepala kepada algojo.
Tanpa berpikir dua kali, ia akhirmya membatalkan niat awal. Lebih memilih untuk berbalik pergi. Membawa kesal yang menggumpal di dada.
Langkah kaki menuntunnya mampir ke Mustek guna menunaikan sholat maghrib, yang waktunya hampir habis.
Beberapa panitia yang ia kenal, masih banyak hilir mudik di sekitaran FT dan Mustek. Euforia jelang hari H terasa kental dengan wajah tegang dan sibuk para panitia, yang dengan penuh semangat mempersiapkan pagelaran opening ceremony di hari Senin.
Ia pun menunggu di Mustek hingga waktu Isya tiba.
Selesai Isya, barulah ia pulang ke Raudhah. Yang keadaannya sepi. Tak ada acara makan malam bersama seperti biasa. Mungkin semua sedang sibuk dengan acara masing-masing.
Tapi kekesalannya kembali muncul, saat melihat Ira menyambut di depan pintu kamar sambil tersenyum lebar.
"Iqobnya jangan lupa," Ira mengingatkan
"Aku sebenernya udah mau pulang bareng Nila dari tadi," ia beralasan.
"Buktinya baru pulang sekarang," Ira mencibir.
"Emang Nila nggak bilang ... kalau aku bakalan pulang telat?" ia menggelengkan kepala tak percaya.
Ira balas menggeleng. "Jangan lupa, gosek WC."
Di titik ini ia jadi ingin menangis.
"Aku cape banget, Ir. Besok aja ya," ia benar-benar tak memiliki tenaga sisa untuk melakukan apapun selain tidur.
"Nggak bisa, udah kesepakatan. Atau mau kulaporin ke Mba Salsa biar ditambah iqobnya?" rupanya Ira sedang tak ingin memudahkan urusan orang lain.
Tanpa menjawab, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Tak memedulikan Ira yang masih berdiri di depan pintu kamarnya
"Aku tunggu ya, Nggi! Kebetulan kemarin ada yang lupa piket. Kamar mandi udah licin banget tuh," teriak Ira tetap konsisten, sekaligus menyebalkan.
BRUK!
Dilemparnya topi dan kaleng Bear brand sembarangan ke atas tempat tidur. Kostan macam apa yang menerapkan metode hukuman untuk penghuninya, gerutunya kesal. Dikira ini penjara apa. Benar-benar seperti ungkapan, bagai keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.
Ia sengaja mengulur waktu dengan tidur-tidur ayam di atas tempat tidur. Tapi ....
Tok Tok Tok
"Anggi!" suara Ira bagai debt collector yang terus mengejar tak kenal rintangan.
"Kamu anak baru di sini, jangan bertingkah!" seru Ira semakin menyebalkan.
Ia pun memutar bola mata kesal. Seriously?
"Kamu juga sih yang salah. Udah dibilang kalau mau pulang telat, tulis di papan pengumuman," ujar Ira ketika ia membuka pintu kamar.
"Minimal titip pesen ke Nila. Kalian kan sama-sama panitia," lanjut Ira lagi.
"Nila tuh ... kalau nggak diingetin, nggak bakalan inisiatif. Egois gitu anaknya," Ira memutar bola mata.
"Hei! Aku ngomong sama kamu nih, jangan diem aja!" Ira menatapnya dengan wajah memberengut.
Akhirnya, dengan terpaksa dan gondok bukan main, ia membersihkan kamar mandi. Bukan karena takut dilaporkan ke Salsa. Tapiebih sebagai pembuktian, bahwa ia adalah orang yang bertanggung jawab, menaati kesepakatan, tepat janji, whatever you name it.
"Nah, gitu dong," Ira tersenyum lebar begitu melihatnya mulai membersihkan kamar mandi.
"Jangan asal, yang bersih ya," Ira masih saja memantau dari depan pintu kamar mandi. "Tuh ... sebelah sana tuh."
Sebenarnya, seberapa besar masalah hidup yang dialami Ira sih? Sampai begitu setia, nongkrong di depan pintu kamar mandi. Hanya untuk mengawasinya yang sedang membersihkan lantai kamar mandi?
"Emangnya aku anak kecil ... mesti diawasi segala!" semburnya kesal dan langsung menutup pintu kamar mandi.
BRUK!
"Yaa ... pokoknya aku tahu lah, kamu beneran bersihinnya bener apa enggak," suara Ira semakin tak enak untuk didengar.
"Kalau kamu cuman akting doang, nggak akan kepakai. Sama aja kamu belum ngelakuin iqob," sambung Ira lagi.
Sambil bersungut-sungut, ia meneruskan aktivitas menyikat lantai sekaligus dinding kamar mandi. Lalu menguras bak penampungan air dan merapikan peralatan mandi yang berantakan.
Selama membersihkan kamar mandi, ia terus mengomel dalam hati. Kelak, jika kepanitiaan ospek telah berakhir. Dan keadaan mulai normal tanpa rakor ini itu. Ia pasti akan hunting kost baru lagi. Kost yang natural tanpa seabrek aturan aneh bin menjengkelkan lainnya. Kost biasa-biasa saja seperti tempat kost pada umumnya yang pernah ia tempati sebelumnya. Kost yang memanusiakan manusia.
Hampir 30 menit ia berkutat di kamar mandi. Lantai check, bak mandi check, rak sabun check. Setelah semua beres, ia keluar dan kembali ke kamar tidur. Di lorong ia sempat papasan dengan Ira, yang sepertinya berniat menginspeksi kamar mandi. Untuk memeriksa hasil pekerjaannya.
Yang benar saja.
"Lumayan bersih," komentar Ira santai. "Iqob diselesaikan dengan baik," sambung Ira sambil tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. Kemudian berlalu ke kamarnya sendiri.
Haduh, ia memutar bola mata dan mengikuti jejak Ira untuk menutup pintu kamar.
Tanpa berganti baju tidur, ia melemparkan diri ke atas tempat tidur. Melelahkan sekali hari ini. Setelah seharian panas-panasan, begitu pulang terjebak 'aturan kost', hingga harus membersihkan kamar mandi.
Kini, badannya terasa seperti habis dipukuli 10 orang sekaligus. Alias pegal-pegal. Untung besok adalah hari minggu dan libur. Ia bisa istirahat seharian. Sebelum mulai ospek di hari Senin.
Dan otot pegal vs kasur empuk adalah perpaduan sempurna sekaligus menyenangkan, yang berpotensi menimbulkan kantuk. Hhoaaahhm.
Dddrrrttttttt Dddrrrttttttt Dddrrrttttttt
Getaran ponsel dari dalam tas mengganggu rasa kantuk yang mulai memasuki masa NREM tahap pertama.
Dddrrrttttttt Dddrrrttttttt Dddrrrttttttt
Sambil melenguh kesal, dengan mata tetap terpejam, tangannya bergerak ke sana kemari mencari tahu letak ponsel. Setelah bersusah payah meraih ke sana-sini, akhirnya ponsel berhasil diraih. Matanya menyipit untuk melihat layar.
Grup Wrekso21
31 Unread Messages
Grup Cofas Teknik
54 Unread Messages
Grup Cofas
75 Unread Messages
Ya ampun, para panitia, bukannya istirahat di rumah. Malah masih ribut di grup.
Ia sama sekali tak tertarik untuk membuka chat dan berniat melanjutkan tidur yang terinterupsi. Tapi tanpa sengaja matanya menangkap objek tulisan yang menarik di bagian bawah layar. Sederet huruf yang saat itu juga mampu membuat mata ngantuknya terbuka lebar.
Dio
2 Unread Messages
Wah, sepertinya pesan masuk ketika ia sedang membersihkan kamar mandi tadi, tebaknya saat melihat waktu chat masuk.
Dio : 'How's it going?'
Dio.: 'GR sukses?'
Ia tersenyum-senyum sendiri. Sebab kantuknya mendadak hilang tanpa bekas. Dan semangat baru muncul entah darimana.
Anggi : 'Pretty good.'
Anggi.: 'Hbu?'
Seperti biasa, tanpa harus menunggu lama, ponselnya kembali bergetar. Chat balasan dari Dio.
Dio : 'I'm good.'
Dio : 'Jangan telat makan. Jangan tidur kemaleman. G luck hari senin.'
Anggi : 'Ok. Ok. U 2. Masih tidur di kampus?'
Dio. : -emoticon tertawa- 'Udah mulai keos.'
Anggi : 'Waduh.' -emoticon berkaca-kaca- 'Semangat ya!' -stiker kepalan tangan-
Dio : 'Ok. G night. Sleep tight.'
Ia terus-terusan tersenyum sendiri. Kekesalan yang tadi menumpuk menguar entah ke mana.
Kehangatan lannsung menjalar ke seluruh tubuh, pikirannya menjadi lebih rileks, suasana hati juga menjadi lebih tenang dan nyaman.
Pun ketika matanya tak sengaja tertumbuk pada topi putih dan sekaleng Bear brand, yang teronggok tak berdaya di ujung tempat tidur. Hatinya tak terusik dan tetap merasa senang.
Efek Dio memang luar biasa bagi suasana hatinya. Hhmmm.
***
Catatan :
Mustek. : musholla teknik
NREM. : non rapid eye movement, tidur-tidur ayam
peuyeum kali ya