NovelToon NovelToon
Hamil Anak Pak Dosen

Hamil Anak Pak Dosen

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen
Popularitas:35.2k
Nilai: 5
Nama Author: Al-Humaira

Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.

Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.

Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAPD_BAB 30

Napas Fayola memburu dengan dada naik turun, tubuhnya lemas dengan bibir tersenyum puas.

Tangannya menaikkan tali gaun yang sudah melorot ke perut menutupi dua gundukan sintalnya yang baru saja terekpose.

"Pak ini semua karena mu," Gumamnya sambil menarik selimut dan memejamkan matanya.

Keesokannya....

Fayola bangun dengan perasaan jauh lebih baik, pagi ini dia tak bekerja, Fayola akan memeriksakan kandungannya satu bulan sekali. Memasuki bulan ketiga Fayola tak merasakan kendala yang berarti hanya saja hormon seksualnya yang terkadang membuatnya tak bisa mengendalikan.

Emphh

Fayola menutup mulutnya saat hidungnya mencium aroma yang begitu tajam, wanita itu balik badan dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

"Dia mual lagi," Kata Veloz yang ternyata sudah ada dirumah Elin.

Elin mendelikkan matanya, "Sudah ku bilang, kau jangan pakai parfum berlebihan. Dia tidak bisa mencium aroma menyengat seperti tubuh mu itu." ketus Elin, sambil menaruh piring diatas meja makan.

Hueekkk

Veloz mencium aroma tubuhnya sendiri, mengangkat kedua tangannya bergantian dan mengendus ketiaknya.

"Elin, ini parfum terbaik yang selalu aku pakai, tidak ada masalah dengan baunya, mungkin hidung Angelina saja yang bermasalah,"

Elin semakin mendelikkan matanya kesal mendengar penuturan Veloz.

"Kau tidak akan mengerti karena kau bukan seorang wanita yang sedang hamil, wanita hamil memiliki hidung yang sensitif, dan jika kamu masih ingin makan disini lebih baik bersihkan dirimu dan ganti pakaian mu," Elin menatap Veloz tajam membuat pria itu mendengus kesal.

"Menyebalkan sekali, wanita merepotkan!"

*

*

Haah...

Fayola membasuh wajahnya setelah keadaanya membaik, gejolak mual yang terkadang datang tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman. Tubuhnya menjadi lemas, kepalanya sedikit pusing Fayola hanya bisa menghela napas berulang kali.

Tok..

Tok...

Tok...

"Anggelina! Are you oke..!"

Fayola kembali membuang napas kasar sebelum membuka pintu kamar mandi.

Ceklek

Bibirnya tersenyum sekilas, "Aku baik-baik saja Elin," Ucapnya setelah berdiri didepan Elin.

"Veloz sudah pergi, dia itu selalu bikin ulah." Elin menarik Fayola menuju meja makan.

Keduanya duduk dan makan bersama, Fayola hanya bisa memasukkan makanan sedikit karena mulutnya yang terasa tidak enak.

Elin sejak tadi memperhatikan gadis didepanya dengan seksama, wajahnya menunjukan seperti ada sesuatu yang membuatnya penasaran.

Fayola yang menangkap gelagat itu balik menatap Elin, membuat wanita itu tersenyum canggung.

"Ada apa Elin? Ada yang menganggu pikiran mu?" Tanyanya sambil memakan roti gandum.

Elin megambil minum dan menenggaknya, tenggorokannya terasa kering tiba-tiba.

"Umm, sedikit menganggu pikiran ku," balas Elin dengan senyum kaku.

"Katakan saja, jika aku tahu aku akan menjawabnya," Balas Fayola.

Elin, menimbang. Takut membuat Fayola tersinggung, selama tinggal bersama beberapa bulan ini Elin merasa jika Fayola adalah gadis yang baik, tak sama dengan wanita yang dulu pernah di datangkan, bahkan Fayola tak pernah menanyakan hal yang menyingung keluarga Gilbert.

"Umm, aku hanya penasaran karena orang yang mengirim mu kesini tidak menjelaskan apapun, berbeda dengan wanita yang dulu juga pernah dikirim ke desa ini, Hansel selalu mengecek keberadaan wanita itu. Tapi kamu? Sejak datang Hansel tak pernah mencari tahu kabar tentang mu," Ucap Elin.

Fayola menghentikan kunyahan mulutnya, sedikit tertegun, namun hanya sekejap.

"Aku tidak tahu, beliau hanya ingin aku menjauh dari hidup putranya, padahal di sana aku adalah seorang wanita bayaran untuk memuaskan pak Calvin," Balas Fayola dengan suara tercekat.

Memang begitu awalnya bukan, Calvin menyentuhnya saat dirinya terjebak dengan obat perangsang, setelahnya dosen itu menawarkan sejumlah uang untuk melayaninya dan tinggal bersama. Namun lama-lama perasaanya mulai berubah. Benci dan juga jijik berubah menjadi kesenangan dan jatuh cinta. Begitu mudah dirinya jatuh cinta pada orang yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Why? Kenapa kamu mau pergi dari Calvin?" Timpal Elin.

Fayola tersenyum miris, rasanya sangat sakit mengingatnya.

"Tuan Hansel, mengancam kedua orang tuaku. mereka mengalami kecelakaan dan koma dirumah sakit. jika aku ingin mereka selamat maka aku harus pergi."

Ada kegetiran disetiap kata yang terucap, kesedihan yang terpancar dari wajahnya, kedua matanya tak bisa berbohong selama ini Fayola memendam kesedihan.

Elin yang mendengar merasa jengkel, begitu liciknya seorang Hansel.

"Its oke, kamu akan baik-baik saja di sini," Elin mengusap punggung tangan Fayola untuk menenangkan.

Fayola mengangguk dengan senyum sendu, "Terima kasih,"

*

*

Kota sore itu hujan lebat melanda, Wilea yang baru saja hendak pulang terjebak hujan tak bisa melakukan apapun.

Gadis itu berdiri dengan kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri, angin yang bertiup kencang membuatnya kedinginan.

Sebuah mobil berhenti didepannya, Wilea yang tahu mobil siapa hanya bisa menghela napas.

"Wilea," Jerry turun dan berlari kecil mendekat Wilea.

Pria itu mengusap wajahnya yang basah didepan Wilea.

"Sejak tadi aku mencarimu, kenapa disini?" Tanyanya yang melihat Wilea hanya menunduk.

"Um, tidak apa." Balas Wilea singkat.

Jerry merasa diabaikan, Wilea tak pernah bicara dengan wajah menunduk seperti ini, membuatnya merasa kesal.

"Wil, aku bicara padamu!" Kesal Jerry karena Wilea hanya menunduk saja.

"Ck," Jerry berdecak, tangannya menyentuh dagu Wilea untuk mengangkat wajah gadis itu agar melihatnya.

Auwss

Wilea meringis, membuat Jerry menyipitkan kedua matanya.

"Siapa yang melakukanya?" Tanya Jerry dengan nada suara yang sudah berubah, lebih tepatnya menahan amarah.

Wilea tak menjawab, gadis itu memilih membuang wajah.

"Pergilah Jer, tidak perlu peduli dengan ku." Ucap Wilea ketus.

Jerry tersenyum miring, "Jadi seseorang sedang mengancam mu," Katanya dengan nada tak suka.

Wilea tak menjawab.

"Bagus, kau lebih suka ditindas dari pada melawan. Kau memang gadis lemah!" Sarkas Jerry.

Wilea menatap Jerry dengan mata tajam, dirinya tak suka mendengar ucapan Jerry.

Jerry tersenyum remeh, "Kenapa? Ngak suka?" Balas Jerry menatap Wilea remen.

Wilea membuang wajah, dan ingin pergi. Enggan menanggapi Jerry. Lebih tepatnya Wilea tak ingin kembali berurusan dengan Luna, yang membuat bibirnya memar.

"Mau kemana! Ikut dengan ku!" Jerry menarik tangan Wilea paska, memasukkan Wilea kedalam mobil dengan paksa.

Pakaian mereka basah, tak peduli Jerry membawa Wilea pergi.

Sampainya di apartemen Jerry, Wilea sudah menggigil, tubuhnya kedinginan.

Jerry mengendong Wilea dan membawanya ke dalam rumah, Wilea sudah tak sadarkan diri karena rasa dingin yang menyerang.

"Berbaringlah," Jerry membaringkan tubuh Wilea disofa lebih dulu, pakaian basah hanya akan membuat basah tempat tidurnya.

Jerry hanya tinggal sendiri, hujan lebat seperti ini akan cukup lama untuk menunggu dokter datang.

Jerry melepaskan pakaiannya yang basah, ia megambil celana pendek untuk menutupi asetnya saja. Jerry mendekati Wilea menatapnya seksama sebelum tangannya bergerak menyentuh pakaian Wilea.

Beberapa saat..

Keduanya berada dibawah selimut tebal, Jerry memeluk tubuh Wilea dengan erat. Tak melepaskan membuat rasa dingin disekujur tubuh Wilea berangsur hangat, setelah melakukan skin to skin.

Justru kini Jerry yang merasa tersiksa, reaksi dalam tubuhnya membuatnya tak bisa mengendalikan, niat ingin menolong namun gairahnya terpancing. Tubuh polos Wilea dalam peluknya membuatnya terjebak gairahnya sendiri.

Jerry menatap lekat wajah Wilea, jika diperhatikan, Wilea ternyata memiliki wajah cantik dan manis. Tangannya bergerak menyelipkan rambut kebelakang telinga, Jerry menelan ludah saat menatap bibir sedikit pucat itu.

Umm

Wilea meleguh kecil saat merasakan benda kenyal menghisap bibirnya, seperti mimpi Wilea yang masih belum sadar hanya bisa memejamkan matanya menikmati kuluman hangat dibibirnya.

1
Hartini
mungkin ini jalan untk kalian bertemu
Erna Fadhilah
perkebunan yang di maksud Calvin kayaknya yang di tempati yola deh
Erna Fadhilah
semoga🤲🤲🤲 megi udah dapat informasi tentang yola dan dia mau lapor pada Calvin
Nur Adam
lnjut
daroe
not smart 😒
Erna Fadhilah
kayaknya halusinasi deh😅😅😅, semoga🤲🤲🤲 dengan adanya halusinasi ini hanzel bisa sadar dan mengekang Calvin lagi
Nur Adam
lnjjut
Vtree Bona
lindungi payola bibik kasihanilah dia
Erna Fadhilah
jangan ngomong sama majikanmu dulu lin kasihan dia biar dia bersatu lagi sama Calvin
Erna Fadhilah
semoga bibi megi bisa membantu pak dosen menemukan yola secepatnya
Muawanah
msh menunggu update nya ya,
Marc Lina Aczenk Lolo
cerita hamil nya mana thor?
*Septi*
kasian Calvin dalam tekanan ayahnya sendiri
*Septi*
kenapa ya seperti itu terhadap putranya sendiri 🤔
Erna Fadhilah
iiih orang tua kok kaya gitu sama anaknya, daripada kamu di gituin trs setiap dekat sama perempuan mending habisi aja dia biar ga ada penghalang kebahagiaan untuk mu, aku kok jadi jahat siiih nyuruk seorang anak bunuh ayahnya 🙏🙏🤦‍♀️🤦‍♀️, abisnya greget siiih aku sama bapaknya 😤😤😤
Erna Fadhilah
itu namanya kalau sudah tiada baru terasa
Erna Fadhilah
apa selama kamu pergi kamu ga ngubungin dia walau lewat chat sekalipun pak dos 🤦‍♀️🤦‍♀️
saljutantaloe
cewe klo udh di ewe sebelum nikah jadi bloon akut nurut aja sama cwo nya di apa"in juga diem
Nur Adam
lnju
Asih Sumarsih
sedih banget bacanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!