NovelToon NovelToon
CINTA DI UJUNG PERPISAHAN

CINTA DI UJUNG PERPISAHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Konflik etika / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: ratu_halu

Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..

Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.

Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...

Happy Reading 💜
Enjoy ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 17

Setelah sebelumnya mampir makan malam di luar, Aric mengantarkan Faza pulang ke kediaman kedua orang tuanya. Aric turun lebih dulu lalu berkeliling untuk membuka pintu mobil untuk Faza.

"Aku langsung pulang ke apartemen, ya."

Faza ingin bertanya kenapa Aric tidak pulang ke rumah lama nya, atau menginap dirumah ini seperti kemarin, atau mungkin mengajak nya ke apartemen lagi, tapi Faza justru hanya merespon dengan anggukan kepala.

Aric mengusap rambut Faza lalu mengecup kening nya, "Istirahatlah." Aric tak mampir karena sudah malam juga. Dia pun lelah, ingin beristirahat. Meski pun ada hasrat ingin selalu bersama Faza, tapi karena hubungan mereka baru saja membaik, Aric tak mau membuat Faza merasa tertekan.

Faza masih berdiri di depan pintu rumah sampai mobil yang di kendarai Aric menghilang dan tak terlihat lagi.

Perlahan Faza membuka pintu, tidak ada siapapun, mungkin sudah pada tidur.

"Kamu baru pulang, faza ?" tanya Papa Surya dari arah dapur membuat Faza kaget.

"Iya, pah.." Jawab Faza singkat

"Di antar Aric ?" tanya pria tua itu lagi

Sambil malu malu, Faza tersenyum lalu mengangguk..

"Syukurlah jika hubungan kalian sudah baik-baik saja. Papa ikut senang."

"Iya, pah. Terimakasih."

"Yasudah, istirahat sana. Kamu kelihatan lelah."

"Baik, pah."

Setelah sedikit berbicang ringan, dan Papa Surya kembali ke kamar nya, Faza segera naik ke lantai atas menuju kamar Aric.

Hari ini terasa seperti mimpi. Semuanya terlalu cepat. Tapi Faza sangat bahagia. Cinta yang di pendam nya sejak masa kuliah dulu tak lagi bertepuk sebelah tangan.

Faza mandi karena merasa badan nya sudah sangat lengket.

Sementara di sana, Aric baru saja sampai di apartemen. Aric masuk ke dalam kamar, lalu duduk di sisi kasurnya. Aroma tubuh Faza masih tertinggal disana, dan membuat Aric tiba-tiba jadi rindu.

Aric mengeluarkan ponsel nya, mengetik sesuatu disana sebelum akhirnya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Keesokan pagi nya, Faza membuka mata saat suara alarm di ponsel membangunkan nya.

Eughhh!

Lenguh nya panjang sembari merentangkan kedua tangan. Faza lalu mematikan alarm dan mengecek ponselnya sebentar. Semalam Faza memang langsung tidur setelah mandi, jadi dia belum sempat membuka ponsel nya sama sekali.

Aric :

'Apa kamu sudah tidur ? Aku kangen kamu...'

Satu pesan Aric membuat jantung Faza berdebar-debar. Wajah malu nya sungguh sangat lucu. Pipinya jadi merona. Senyum di bibirnya membuat wajah Faza semakin menggemaskan.

Ting!

Bunyi notifikasi pesan masuk lagi dari Aric.

Aric :

'Good Morning, sayang. Sudah bangun ?'

Faza mengigit bibirnya, kenapa Aric manis sekali. Rasanya Faza ingin guling-guling mendapatkan pesan mesra dari suami nya itu.

Faza :

'Sudah, mas. Baru saja bangun.'

Aric :

'Aku jemput, ya. Kita sarapan pagi bareng'

Faza :

'Maaf, mas. Tapi hari ini aku mau mengantar Alena sekolah..'

Aric :

'Baiklah.'

Jawaban singkat Aric membuat Faza bingung.

"Kenapa singkat sekali ?!" Gumam Faza sambil memajukan bibirnya.

Faza tak membalas lagi, dia segera beranjak ke kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, Faza segera menemui Alena di kamar kakek dan neneknya. Sejujurnya Faza merasa sangat bersalah karena melalaikan tanggung jawabnya menjaga Alena. Karena masalah nya pun sudah beres, dia akan kembali menjalani aktifitas seperti sebelumnya. Mengantar Alena, ke Galery kemudian menjemput Alena lagi.

"Selamat pagi..." Sapa Faza dengan wajah cerah masuk ke dalam kamar yang kebetulan ada Mama Dian serta Alena di dalam sana.

"Tante...." Alena langsung berhambur ke pelukan Faza. Mungkin bocah menggemaskan itu juga sangay merindukan Faza.

Faza membalas pelukan Alena, "Sudah siap ?" tanya Faza

"Sudah, tante. Ayo berangkat sekarang, Alena nggak mau sampai telat. Kemarin di anter opa, Alena jadi telat. Opa lama banget nyetirnya, Alena kesel." Alena nyerocos terus meluapkan kekesalan nya karena kejadian kemarin.

Faza tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Alena, "Kamu ini." Faza menjawil hidung Alena, "Yasudah, pamit dulu sama oma dan opa."

"Oma, Alena berangkat sekolah dulu ya." Alena mencium punggung tangan Mama Dian

"Iya, sayang." Kata Mama Dian sembari membantu Alena memakai tas sekolah nya

"Langsung berangkat saja, nggak usah cari opa. Opa kamu lagi lari. Udah jam segini belum pulang juga. Huh! Padahal berangkat dari jam 5 pagi loh.." Mama Dian tiba tiba ikut mengomel, mungkin kesal karena hampir 2 jam Papa surya belum juga kembali.

Faza hanya menanggapi dengan senyum kecil.

"Yasudah, mah. Faza juga pamit, ya." Setelah berpamitan Faza dan Alena pun langsung berangkat.

Di dalam mobil...

"Tante, kemarin om nya Daren nanyain tante.." Ujar Alena ketika mereka sudah dalam perjalanan menuju sekolah.

Alena berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi berlebihan. "Benarkah ?"

"Iya, tante. Bener. Kemarin dan kemarin nya lagi waktu tante nggak anter aku, Om nya Daren nanyain tante terus. Emang Om nya Daren itu temen tante, ya ?" tanya Alena dalam mode kpo

Tatapan Faza masih fokus pada jalanan di depan, "Ya. Teman kampus dulu saat tante kuliah." Lebih tepatnya Raka adalah sahabatnya Aric. Namun karena repot menjelaskan, jadi Faza menjawab saja seadanya.

"Kenapa kamu bertanya ?"

"Om nya Daren ganteng ya, tante. Daren juga ganteng sih, tapi dia rese.."

Faza menahan senyum nya mendengar ucapan Alena. Dari kalimat nya, sepertinya Alena tertarik dengan Daren.

Tapi jika boleh jujur, bagi Faza, Aric jauh lebih tampan dari Raka. Apalagi jika sifat Aric kembali seperti dulu, ramah, baik dan lucu.

Ngomong-ngomong soal Aric, Faza jadi kepikiran soal balasan pesan yang di kirim Aric terakhir kali nya.

"Apa aku salah bicara.." tanya Faza dalam batin nya.

Sesampainya di sekolah, faza tak lupa mengingatkan Alena untuk memakan bekalnya sampai habis serta jika sudah pulang bersabar menunggu Faza menjemput. Faza takut terlambat sebab hari ini dia akan ada kelas melukis untuk pemula di galery nya.

"Faza!"

Saat Faza hendak masuk ke dalam mobil, ada seseorang yang memanggil nama nya dari belakang.

Faza menoleh, lalu tersenyum tipis saat melihat orang nya..

"Hai. Kemana aja ?" tanya seseorang itu,

"Ada, kok.." Jawab Faza "Tapi akhir-akhir ini memang sedikit sibuk."

"Oh, tunggu sebentar, ya. Aku antar Daren masuk dulu."

Sudah tau kan dia siapa. Ya. Dia adalah Rakana.

"Maaf, lama.. Oh ya, habis ini mau kemana ?" tanya Rakana

"Mau langsung ke Galery."

"Boleh ikut ? Kebetulan aku juga tertarik dengan seni rupa, kalau boleh, aku mau juga di ajari melukis agar mahir seperti kamu."

Faza sama sekali tak berpikir negatif pada Arkana. "Oh. Tentu saja boleh. Kebetulan hari ini ada kelas melukis buat pemula."

"Tapi alat lukisnya, aku belum beli."

Faza tersenyum lagi, "Jangan khawatir. Di galery, kami juga menjual berbagai macam peralatan lukis."

"Wah, benarkah ? Tapi beri aku diskon ya.."

"Tenang saja. Yasudah, ayo berangkat sekarang, acara nya sebentar lagi di mulai." Kata Faza sambil melirik ke ponselnya untuk melihat jam

Faza dan Raka pun berangkat ke galery dengan mobil masing-masing.

Kurang lebih tiga puluh menitan, mereka pun sampai. Ternyata disana sudah ramai dengan para peserta. Tak menyangka untuk kesekian kalinya membuat acara selalu ramai dan di minati.

"Aku baru pertama kesini. Tak menyangka galery mu besar juga." Kata Raka menatap takjub galery Harmoni Sentuhan Warna milik Faza.

"Terimakasih. Kalau begitu ayo, masuk. Aku jamin, kamu akan lebih takjub lagi saat masuk ke dalam."

Raka sudah tak sabar. Pria itu pun segera mengekor Faza di belakang.

Tatapan mata Raka berbinar cerah. Tak menyangka Faza bisa membuat Galery lukis terlihat semenyenangkan ini. Tidak ada kesan membosankan di dalam nya. Semuanya terlihat sangat menarik namun tak menghilangkan kesan elegan nya.

"Kamu lihat lihat dulu saja. Oh,ya. Sebelah sana toko peralatan lukisnya." Faza menunjuk sudut paling kanan galery.

"Baiklah. Terimakasih."

Sementara Raka sibuk mencari peralatan lukis, Faza pun menyiapkan diri untuk memulai kelas melukisnya.

"Selamat pagi, bu." Sapa Mila sambil menyerahkan setumpuk berkas berisi tawaran kerjasama dari berbagai perusahaan seni rupa.

"Ini ada surat. Tapi nggak ada nama pengirimnya. Tadi Pak Aji yang menerima surat ini bu dari kurir."

Faza menerima amplop putih yang di berikan Mila dengan dahi berkerut.

"Kalau begitu saya permisi, bu." Kata mila undur diri.

Setelah Mila keluar, Faza membuka amplop itu. Namun baru saja isi amplop tersebut Faza keluarkan, jantung Faza terasa berhenti berdetak, dada nya sesak bukan main.

Amplop itu berisi foto foto Aric dan seorang wanita. Seperti nya Aric dan wanita itu sangat akrab bahkan ada satu foto yang menggambarkan kedekatan mereka seperti bukan sekedar teman.

Tangan wanita itu bergelayut manja di lengan kekar Aric. Membuat dada Faza seakan terhimpit batu besar.

Sepertinya ada orang yang sengaja mengirimkan foto-foto itu pada Faza. Tapi Faza sendiri pun tak tau siapa orang nya dan apa maksudnya..

1
Lisa
Puji Tuhan Faza ditemukan Aric..
Lisa
Aku mampir Kak
Lisa: Suka Kak 😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!