Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Beberapa hari kemudian...
Tak terasa sinar matahari telah memasuki ruangan, dimana Kiya sedang berada. Mata Kiya menerima rangsangan cahaya tersebut, dan dengan perlahan ia membuka matanya.
" Sudah pagi ternyata, hem ada baiknya berjemur saja diluar." Kiya beranjak untuk duduk di tepi tempat tidurnya, setelah sholat subuh dan tilawah, Kiya melanjutkan untuk tidur sejenak dikarenakan ia mengalami kesulitan untuk tidur dimalam harinya.
Menikmati udara dipagi hari, sangat sejuk. Belum terlalu banyak polusi yang ikut membaur, pandangan Kiya terhenti pada suatu tanaman hias yang berada di balkon kamar rawatnya.
Sudah beberapa hari ini, wajah tuan aneh itu tidak tampak. Kemana dia? Apakah perusahaan sedang dalam keadaan tidak baik? Tapi, mbak Ghina bilang. Tuan juga tidak berada dikantor. Hem, kemana ya?. Kiya.
Kiya larut dalam lamunannya, hingga tak menyadari kehadiran seseorang yang sedang ia fikirkan.
" Tidak baik melamun seperti itu." ucap Azzam menghampiri Kiya.
" Astaghfirullah!!!." Kiya langsung tersadar dari lamunannya, melihat siapa gerangan yang telah membuatnya kaget.
" Tuan!!." Mulut Kiya membeo.
" Kenapa sayang, kangen ya." Dengan sangat percaya diri, Azzam menyakinkan dirinya.
" Masyaa Allah, luar biasa PDnya. Anda tidak bekerja, tuan?." tanya Kiya, melepas rasa penasaran dalam dirinya.
" Wah, kamu sangat perhatian sekali rupanya. Sedang malas saja, ada Daffa disana." Azzam menatap Kiya dengan tatapan penuh arti.
Beberapa hari ini, Azzam memilih untuk memulihkan kondisi tubuhnya sehabis terkena tembakan saat peyerangan. Tidak ingin dilihat oleh sang pujaan hati tentang kondisinya saat itu, ia memilih berdiam diri dirumahnya. Dan tentunya, Gabriel dibuat kalang kabut oleh Azzam.
" Anda berpakaian kerja dan rapi, tapi tidak pergi untuk bekerja. Kan terlihat aneh, tuan." Kiya memutar bola matanya, malas sekali jika harus berdebat dengan bosnya itu.
" Bekerja tidak selalu harus berpakaian formal, sayang. Dimana Ghina? tugasnya untuk menjaga kamu sayang." Azzam menatap Kiya, seolah meminta penjelasan atas ucapannya.
" Oh itu, semalam Mbak Ghina saya yang minta buat istirahat dirumah saja. Kondisi saya sudah lebih baik dan bisa melakukan aktivitas sendiri. Tidak baik merepotkan orang terus-terussan, disaat diri kita sendiri mampu mengerjakannya." Jelas Kiya.
" Bagaimana bisa dia meninggalkanmu sendirian disini, sayang!! Akan kupotong gajinua bulan ini, dasar." Azzam mengedumel.
" Ya bisalah, kan saya yang mengizinkan mbak Ghinanya pulang. Jika gaji mbak Ghina dipotong, gaji saya akan menjadi milik mbak Ghina semuanya." Kiya merasa jengkel dengan sikap bosnya itu, yang suka seenaknya sendiri.
" No, no, no. Kamu ini, dia memang salah sayang. Kenapa jadinya membela." Tuuk!! Azzam menyentil hidung Kiya.
" Akkhh, sakit!! Silahkan anda pergi, daripada membuat saya kesal!." Nada ucapan Kiya meninggi.
Prok
Prok
Prok
" Wah wah wah, adikku ini hebat sekali. Siip!!." Kedatangan Gabriel dengan tiba-tiba, membuat Azzam kesal.
" Adik? Jangan sembarangan kau!!." Azzam tidak suka, Gabriel menyapa sang pujaan hatinya dengan sebutan seperti itu.
Flashback On...
Sudah beberapa kali berjumpa dan berinteraksi, Gabriel merasa sangat nyaman untuk berdekatan dengan Kiya.
" Ki, boleh nanya? Ada hubungan apa sama si iblis, Azzam? Sepertinya, kalian sepasang kekasih." Gabriel sangat ingin tau.
" Eh, tidak seperti itu dokter! Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan bos saya itu, hanya saja. Memang dia sempat beberapa kali menyatakan perasaannya, dan disaat nenek disini. Dia melamar saya, tapi saya belum menjawabnya. Tapi, dia sudah mempatenkan jika saya adalah miliknya." Kiya jadi pusing jika harus mengingat hal itu.
Gabriel duduk bersebelahan dengan Kiya, menarik nafas dengan kuat dan menghembuskannya perlahan.
" Jika memang dia menyatakan seperti itu, kau tak perlu takut. Dia akan menjagamu dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri, kau sungguh beruntung Ki. Percayalah, Azzam bukan seperti pria-pria lainnya, dia akan menjaga wanita yang benar-benar ia yakini untuk menjadi pendamping hidupnya. Selamat ya!!." Gabriel memberikan tangannya, untuk memberikan selamat kepada Kiya. Namun, dibalas Kiya dengan menyatukan kedua telapak tangannya.
" Kau! Ya Tuhan, benar-benar sempurna. " Tangan Gabriel tak bisa dikondisikan lagi, tangan itu sudah mengelus puncak kepala Kiya dengan perlahan. Sangat kagum dengan kepribadian Kiya, ia pun teringat dengan adiknya yang telah tiada. Matanya pun berkaca-kaca.
" Dokter, tangannya!" Kiya menyadarkan Gabriel dan ia langasung menarik tangannya. Namun, Kiya melihat ada perasaan sedih dari mata Gabriel.
" Dokter." Kiya bermaksud untuk menanyakan penyebabnya.
" Maukah kau menjadi adikku?" Ucap Gabriel dengan oenih keyakinan.
" Eh, e e..." Belum sempurna kalimat yang kiya ucapkan, Gabriel sudah menyelanya.
" Sudah, tak perlu malu dan bertanya lagi kenapa. Dan sekarang, kau adalah adikku. Dan aku adalah kakak bagimu, oke. Sudah, beristirahatlah, kakak masih banyak kerjaan. Menurutlah adik kecil!." Tanpa paksaan, Kiya langsung menuruti perkataan Gabriel.
" Sipp!! Adik kakak ini sangat penurut. Nanti kakak kembali lagi."
" Iya kak". Ucapan yang Kiya berikan, membuat Gabriel tersenyum bahagia.
Flashback Off...
" Heh, kau yang seharusnya jangan bermain-main dengan adikku. Aku tidak akan merestui kalian berdua, tanpa restuku. Kau tidak akan bisa mendekati adikku, paham." Gabriel menyeringai dengan penuh kemenangan.
" Sayang!." Azzam menatap Kiya dengan tatapan yang membutuhkan penjelasan.
" Hufh!! Kalian berdua ini, seperti cicit dan miaw saja. Sama-sama pemaksa! " Kiya mendengus kesal.
" Huf huf, hahaha!!!" Gabriel tertawa dengan sangat keras.
" Sayang, tidak mungkin o..." Perkataan Azzam langsung disela oleh Kiya.
" Ssssstttt, dirumah sakit dilarang teriak-teriak tuan. Dokter Gabriel memang benar kakak saya, dengan paksaan seperti anda tentunya." Jawaban polos dari mulut Kiya.
" Hah!!!." Azzam dan Gabriel membeo bersama-sama.
Melihat ekpresi sangat lucu yang diberikan oleh kedua pria yang sama-sama aneh menurur Kiya, membuat Kiya tidak bisa menahan tawanya lagi.
" Hahaha... Ups! maaf." Kiya menutup mulutnya.
Azzam dan Gabriel sontak dengan bersamaan menatap Kiya, sungguh mereka sudah dibuat gila oleh Kiya. Pada hari itu, Kiya sudah diperbolehkan untuk pulang. Dan tentunya, dengan pengawalan super ketat dari Azzam dan peraturan kesehatan yang berlebihan dari Gabriel.
......................