NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Zerga mencengkeram pulpen di tangannya dengan erat, da berusaha mengendalikan amarah dalam dirinya.

Sementara Abila mengalihkan pandangannya dari Zerga kearah David. Terlihat jelas, ketegangan diantara mereka berdua, tetapi mereka seakan berusaha menyembunyikannya. David tersenyum seolah tidak ada yang salah, sementara Zerga menahan diri.

"Saya Abila... Abila Beyza Auliandra." Jawab Abila dan tersenyum kecil.

"Auliandra?." David mengernyitkan dahinya. "Apa kamu putri kecilnya Andra Mahendra dan Aulia Dewita?."

Abila terkejut ketika David mengetahui nama kedua orang tuanya, tetapi dia segera menganggukkan kepalanya. "I-iya! Kok Om bisa..."

"Andra itu pengacara yang hebat." Puji David. "Rumah sakit milik saya tidak pernah kalah dalam kasus apa pun. Dulu, saya pernah meminta ayah kamu supaya pindah ke luar negeri dan membuka firma hukumnya sendiri, tapi katanya... dia lebih senang ada di sini. Ibu kamu, juga perawat yang paling rajin di rumah sakit saya. Saya masih ingat ketika kadang-kadang dia mengajak kamu yang masih kecil bekerja di rumah sakit." Senyum David langsung memudar dan pria itu memasang raut wajah sedih. "Saya turut berduka cita atas apa yang telah menimpa mereka." Imbuhnya. "Dua orang yang sangat baik, perpulang dengan sangat cepat dan dalam kecelakaan yang mengerikan."

Abila hanya menganggukkan kepalanya, tetapi topik tentang orang tuanya terlalu menyakitkan untuk di ingat.

"Kenapa papa ada di sini?." Tanya Zerga menyela. "Bukannya papa masih punya banyak pasien?."

"Papa istirahat dan tugas papa dikerjakan sama dokter yang lain. Papa ke sini karena mau minum kopi dan duduk diam, mikirin kondisi mama kamu." David menghela napas beratnya. "Disinilah, pertama kali Papa sama Mama bertemu. Mama dulu seorang gadis dari keluarga kaya yang bertemu dan jatuh cinta sama Papa, pemuda miskin yang nekat merantau di kota besar."

Rahang Zerga mengeras dan dia menatap ayahnya dengan tatapan kebencian yang mendalam.

Abila terkejut ketika melihat Zerga yang begitu benci terhadap ayahnya.

David Byantara tampaknya bersikap ramah dan manis pada Zerga.

"Kita minum kopi bersama, kalian setuju?." Tanya David menawarkan.

"Kita udah mau pergi.." Perkataan Zerga terpotong, ketika David mencengkeram bahunya, senyum terukir diwajahnya. Namun itu adalah senyum palsu.

"Loh... padahal Papa mau duduk bareng sama kalian." Kata David, mengeratkan cengkraman tangannya di  bahu Zerga. "Kita jarang bisa nongkrong bareng akhir-akhir ini. Dan Papa yakin, Abila juga ngga keberatan. Iya kan, Abila?."

"Ngga kok, Om." Abila tersenyum canggung. Gadis itu merasa canggung karena harus duduk diantara ayah dan anak yang sedang berseteru.

David memanggil seorang palayan dan memesan kopi untuk dirinya sendiri. Zerga dan Abila dengan enggan duduk di sana, menghindari tatapan satu sama lain.

"Jadi, apa yang kalian berdua lakuin di sini?." Tanya David dengan nada yang terdengar santai. "Ini masih sangat pagi, padahal hari minggu."

"Kita lagi ngerjain tugas sastra bareng, Om." Jawab Abila, sementara Zerga menatap kopinya, tidak melihat kearah David.

"Ah." David mengangguk mengerti. "Om liat, Zerga akhir-akhir ini lagi asyik sama pelajarannya di sekolah." Katanya menoleh kearah Zerga. "Padahal, Om sering banget dapet laporan kalau dia itu selalu bolos atau bikin ulah. Bahkan minggu lalu, Om denger dia ada masalah sama temannya yang namanya Rafka."

Abila bergerak gelisah di tempat duduknya, tetapi Zerga menahan tawa geli nya saat memperhatikan Abila.

Malam itu, setelah mendapat laporan dari pihak sekolah,  David dengan murka menyambuk punggung Zerga dengan ikat pinggangnya, tetapi Zerga tidak peduli. Lelaki itu berdiri di tempat saat ayahnya memukulnya. Bahkan sampai hari ini, bekas lukanya masih membekas di punggungnya. David tidak akan pernah memukul Zerga diarea yang bisa dilihat orang.

Bagaimana pun, dia punya reputasi yang harus di lindungi.

"Om ngga tau kenapa Zerga bisa dendam banget sama Rafka." Keluh David. "Om yakin itu pasti karena sifat mereka yang masih kekanak-kanakan. Tapi Abila, mungkin kamu tau sesuatu tentang mereka?."

"Rafka ngga pernah cerita soal itu, Om." Ungkap Abila. "Dia cuma bilang kalau dia ngga suka sama Zerga."

"Rafka ngga kasih tau kamu?." Tanya David. "Kamu kenal sama dia?."

"Iya, om." Jawab Abila. "Sebelum orang tua aku pergi, aku di titipin ke Bundanya Rafka dan sampai sekarang aku masih tinggal sama mereka."

"Oh, jadi kamu tinggal sama mereka?." David mengamati gadis itu dengan seksama, dilihat dari raut wajahnya, seakan David sedang memikirkan sesuatu.

Tatapan mata David kemudian perlahan beralih kearah putranya yang tampak marah. Zerga gemetar karena marah, tetapi dia tidak bisa berkata apa-apa didepan Abila. Nyawa ibunya masih di tangan David. Jika Zerga bertindak gegabah, maka ibunyalah yang akan di hukum.

"Zerga, kamu pasti beruntung banget ketemu sama Abila yang jelas-jelas dari keluarga yang baik."  Kata David berkomentar.

Abila merasa bingung dengan interaksi antara ayah dan anak itu. David terlihat ramah dan baik hati, tetapi dengan kata-kata yang di katakannya secara tiba-tiba seperti itu seolah mengandung dua makna yang terdengar seperti sebuah teka-teki yang rumit.

"Oh astaga. Papa harus pergi dulu." Lanjut Zerga. "Satu jam lagi ada operasi penting dan papa ngga boleh telat." David beranjak dari duduknya, sembari meraih jas yang dia gantung disandaran kursinya. Sebelum benar-benar pergi, David menatap kearah Zerga. "Kamu mau mampir jenguk Mama di rumah sakit malam ini?." Tanya nya.

Abila menoleh, menatap Zerga.

Zerga merasa kesal dengan pertanyaan yang baru saja David lontarkan. Zerga tidak ingin membicarakan perihal ibunya di depan orang lain. Bahkan tak seorang pun temannya yang tahu bahwa Amanda sedan dirawat di rumah sakit. Zerga selalu berbohong pada temen-temanya dan mengatakan bahwa ibunya sedang bekerja di luar negeri sehingga ibunya tidk bisa selalu ada dirumah.

Sekarang, Abila pasti akan mulai bertanya-tanya dan kondisi ibunya yang sebenarnya akan terbongkar! Zerga sama sekali tidak ingin mendapatkan simpati dari orang lain.

"Mamanya Zerga ada di rumah sakit? Maaf, tapi beliau sakit apa ya, Om?." Tanya Abila yang terkejut mendengar pertanyaan David tadi.         

"Loh, kamu belum tau?." David pura-pura bertanya. "Mamanya Zerga kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Dia masih koma sejak saat itu. Saya heran kenapa Zerga  belum cerita tentang itu ke kamu."

Abila tak berkata apa-apa, hanya melirik kearah Zerga. Ia bisa melihat Zerga sudah mencapai batasnya.

"Kalau gitu saya pergi dulu." Kata David. "Sampai jumpa di lain waktu ya, Abila."

Setelah itu, David berbalik dan langsung pergi.

Zerga melayangkan tatapan tajamnya, memperhatikan kepergian ayahnya, menahan keinginan untuk melempar cangkir kopi ke arahnya. Semua akan lebih mudah jika monster itu mati saja!

Setelah David pergi, Abila menoleh kearah Zerga untuk mengatakan sesuatu, tetapi Zerga tiba-tiba berdiri.

"Jangan pernah cerita ke siapa pun tentang hari ini!." Kata Zerga memperingatkan, amarahnya meluap. "Bahkan ke Rafka pun jangan!."

Abila hendak mengatakan bahwa dirinya tidak akan mengatakan apa pun, tetapi Zerga sudah lebih dulu berpaling, melemparkan beberapa lembar uang seratus ribu ke meja dan pergi begitu saja. Meninggalkan Abila sendirian.

Abila duduk sejenak di sana, merenungkan peristiwa yang terjadi barusan. Untuk pertama kalinya, ia melihat topeng dingin Zerga terlepas dan sekilas ia bisa melihat sisi Zerga yang rapuh.

"Mungkin sikap Zerga yang urakan, itu karena ada masalah yang dia sembunyikan di keluarganya." Kata Abila bermonolog.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!