NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:513
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제21장

Ingatan Jae Wan kembali ke pertemuannya kemarin dengan manajer Seo Yeo Jin. Percakapan mereka masih membekas kuat di benaknya, terutama nada suara Yeo Jin yang penuh kekhawatiran dan air mata yang tak bisa ia sembunyikan. Kata-katanya membuat Jae Wan harus berpikir ulang tentang tawaran Ha Young. Ini bukan sekadar misi. Ini tentang nyawa, tentang luka lama, dan tentang keberanian yang terlalu besar untuk ditanggung seorang diri.

“Ha Young gadis yang kesepian,” ucap Yeo Jin saat itu, suaranya bergetar. “Orang tuanya bercerai saat ia berumur delapan tahun. Usia yang terlalu kecil untuk hidup dalam penderitaan. Aku tak bisa mengubah pikirannya. Ia berniat melawan ayahnya dengan berpura-pura berada di pihaknya. Tapi aku takut... jika suatu hari CEO Jung tahu rencananya, dia bisa saja melukai putrinya sendiri.”

Jae Wan terdiam saat itu, lalu bertanya pelan, “Manajer Seo... apakah Nona Jung pernah mengatakan padamu tentang kasus pembunuhan yang dilakukan ayahnya?”

“Dia mengatakannya,” jawab Yeo Jin tanpa ragu. “Karena itu dia mendekati ayahnya. Ia ingin mengumpulkan lebih banyak bukti, agar bisa membongkar semuanya ke media. Ia tahu risikonya, tapi tetap memilih jalan itu.”

“Ha Young pasti akan sangat menyesal jika ada orang yang terluka karena dirinya,” tutur Yeo Jin lirih, matanya mulai berkaca. “Dia lebih rapuh dari yang terlihat, Detektif Han. Di balik keberaniannya, ada luka yang belum sembuh. Ia bahkan rela mengorbankan nyawanya sendiri... hanya agar ayahnya tidak terus berbuat jahat.”

Yeo Jin menunduk, air matanya mulai jatuh. “Jika Ha Young tak menolongku saat aku dirundung dulu, mungkin aku sudah tiada. Tapi pertolongannya membuatku bersyukur masih bisa hidup. Tidak ada orang sebaik dirinya. Aku sudah berjanji akan melayani Ha Young seumur hidupku. Tapi aku sangat takut melihatnya harus melawan ayahnya sendiri. Saat ini, ia sangat percaya padamu. Mungkin hanya kau yang bisa membantunya... dan melindunginya.”

Jae Wan mengingat kata-kata itu dengan perasaan campur aduk. Ia menyesal. “Manajer Seo... aku benar-benar terkejut. Jika saja aku tidak memberitahunya tentang kasus pembunuhan itu... mungkin ia tidak akan melakukan semua ini.” Tapi di balik penyesalan itu, ada satu hal yang mulai tumbuh, yaitu tanggung jawab. Ia tahu, ia tidak bisa mundur sekarang. Ha Young sudah melangkah terlalu jauh. Dan jika ia tidak ikut berdiri di sisinya... maka tidak ada lagi yang bisa menjamin keselamatannya.

Ha Young masih berdiri di hadapan Jae Wan, menanti jawaban yang terasa begitu menentukan. Kecemasan mulai merayap di dadanya. Ia tahu, Jae Wan dan timnya telah bekerja keras menyelidiki kasus ayahnya. Jika ia menolak, bukan karena tak peduli, tapi mungkin karena beban profesional yang tak bisa ditawar. Namun tetap saja, Ha Young tak bisa menahan rasa takut, takut jika perjuangannya harus ia lanjutkan seorang diri.

“Aku akan membantumu, Ha Young-ssi,” ujar Jae Wan akhirnya, suaranya tegas dan mantap. Keputusan itu bukan datang dari logika semata, tapi dari sesuatu yang lebih dalam. Ia teringat kata-kata Yeo Jin bahwa Ha Young adalah gadis yang rapuh, yang rela mengorbankan dirinya demi mencegah kejahatan. Dan entah kenapa, kalimat itu menggema bersama suara ibunya di masa lalu: “Tolonglah orang-orang yang tak bisa melindungi dirinya sendiri.” Kini, ia tahu... inilah saatnya.

Ha Young menatapnya, matanya membulat sejenak sebelum berubah menjadi senyum penuh rasa syukur. Ada cahaya baru di wajahnya seperti seseorang yang akhirnya menemukan sekutu di tengah medan yang gelap. “Terima kasih, Detektif Han,” ucapnya tulus. “Aku akan pastikan... kita berdua mampu membongkar kejahatan ayahku.”

Jae Wan hanya mengangguk pelan. Ia tahu, jalan di depan mereka tidak akan mudah. Tapi melihat keyakinan di mata Ha Young, ia merasa... mungkin, untuk pertama kalinya, kebenaran punya peluang untuk menang.

“Ha Young-ssi, mau aku tunjukkan tempat yang bisa menghapus kesedihan seseorang?” ujar Jae Wan, suaranya tenang namun penuh makna.

Ha Young menoleh dengan rasa penasaran. “Kamu tahu tempat seperti itu?” tanyanya, alisnya terangkat sedikit.

“Ikutlah denganku,” jawab Jae Wan sambil tersenyum samar. “Aku akan tunjukkan di mana tempatnya.”

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah taman hiburan yang penuh cahaya dan suara riang. Musik, tawa anak-anak, aroma jajanan, dan gemerlap lampu membuat suasana terasa hidup. Ha Young terdiam sejenak, matanya membulat penuh takjub. Wajah yang sebelumnya dirundung kesedihan kini berubah cerah, seolah beban di dadanya menguap bersama angin malam.

“Wah, Detektif Han... bagaimana kamu tahu, aku sudah lama sangat ingin datang ke tempat seperti ini?” ucap Ha Young dengan mata berbinar. “Aku sering melihat taman hiburan seperti ini di film, tapi belum pernah benar-benar datang.”

“Kalau begitu, hari ini kamu sangat beruntung,” jawab Jae Wan, matanya ikut tersenyum melihat ekspresi gadis itu.

“Kamu benar... hari ini aku sangat beruntung,” sahut Ha Young seraya tersenyum hangat pada Jae Wan, lalu mulai berjalan menjauh, menyusuri lorong-lorong penuh warna. Jae Wan tetap di tempatnya sejenak, memandangi punggung Ha Young yang tampak ringan untuk pertama kalinya. Ia kemudian menyusul, berjalan pelan di belakangnya.

“Lihat, Detektif Han!” seru Ha Young sambil menunjuk ke arah roller coaster yang menjulang. “Aku sudah lama ingin naik itu. Apa kita bisa menaikinya bersama?”

“Kamu yakin ingin naik itu?” tanya Jae Wan, matanya menatap roller coaster yang menjulang tinggi. “Kamu juga belum pernah mencobanya. Aku khawatir kamu akan ketakutan saat berada di atas.”

Ha Young menoleh, menatapnya dengan tatapan curiga. “Kenapa, Detektif Han? Justru aku melihat ketakutan di wajahmu. Apa kamu yang sebenarnya takut?” ujarnya sambil tersenyum mengejek.

“Tidak mungkin,” sangkal Jae Wan cepat, nada suaranya terdengar sombong. “Seorang detektif yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi orang lain... tidak mungkin takut pada hal semacam ini.”

“Baiklah kalau begitu,” sahut Ha Young antusias. “Kita harus naik bersama!”

Jae Wan tak bisa menolak. Ia memang tidak takut pada roller coaster itu sendiri tapi ketinggian adalah cerita lain. Saat berumur dua belas tahun ia dan ayahnya pergi olahraga menaiki gunung. Namun tak pernah ia duga sebelumnya hari itu menjadi hari terakhir ia dan ayahnya bersama. Ketika Jae Wan dan ayahnya sudah berada di puncak yang terjal, bekas hujan membuat tebing itu licin. Jae Wan yang awalnya terpeleset akan jatuh diselamatkan oleh ayahnya sehingga ayahnya yang tewas menggantikannya jatuh dari tebing itu.

Kejadian itu adalah pukulan terberat di dalam hidupnya. Untuk beberapa tahun lamanya ia hidup dengan rasa bersalah yang besar terhadap kematian ayahnya. Namun paman dan bibinya yang merawat Jae Wan selalu menegaskan bahwa itu bukanlah kesalahan Jae Wan. Karena dorongan dan semangat yang besar Jae Wan akhirnya bisa sembuh dari rasa bersalahnya. Namun tidak untuk rasa trauma akan ketinggian. Rasa trauma itu terus menghantuinya diam-diam. Ia tak pernah membicarakannya, bahkan pada rekan terdekatnya.

Begitu roller coaster mulai melaju dan menanjak, Jae Wan mulai kehilangan kendali. Ia menjerit sangat keras, tangannya mencengkeram lengan Ha Young dengan kekuatan yang membuat gadis itu terkejut. Wajahnya pucat, matanya terpejam rapat. Ia benar-benar merasa ingin pingsan. Untungnya, wahana itu hanya berlangsung sebentar.

Saat mereka turun, Jae Wan melangkah keluar dengan kaki lunglai. Ia terduduk lemas di tanah, mencoba mengatur napas. Ha Young menatapnya dengan campuran khawatir dan tak percaya. “Detektif Han... Apa kamu baik-baik saja?”

Jae Wan hanya mengangguk pelan, masih berusaha menenangkan detak jantungnya. “Aku... hanya butuh satu menit,” ujarnya lirih. Dan untuk pertama kalinya, Ha Young melihat sisi lain dari pria yang selama ini tampak tak tergoyahkan sisi yang rapuh, manusiawi, dan sangat nyata.

Ha Young terkejut melihat wajah Jae Wan pucat, dan tubuhnya gemetar. Ia segera berlutut di sampingnya, memegang tangan Jae Wan yang dingin dan masih bergetar.

“Detektif Han, ada apa denganmu?” tanyanya cemas, suaranya nyaris berbisik.

Jae Wan tak langsung menjawab. Matanya kosong, pikirannya terseret kembali ke masa kecil ke tebing di dekat rumahnya, tempat ia pernah tergelincir dan hampir kehilangan nyawa. Bayangan itu muncul begitu nyata, seolah tubuhnya kembali tergantung di ujung batu.

Ha Young merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan sebotol air minum. Ia menyodorkannya dengan tangan gemetar. “Minumlah,” ucapnya lembut.

Jae Wan menerimanya, meneguk perlahan. Setelah beberapa saat, napasnya mulai teratur, dan warna di wajahnya perlahan kembali. Ia duduk bersandar, masih terengah, tapi mulai bisa bicara.

“Detektif Han... kamu sungguh takut naik roller coaster. Kenapa tetap memaksakan diri?” tanya Ha Young, matanya penuh kekhawatiran.

“Aku... fobia ketinggian,” jawab Jae Wan pelan, sesekali menghela napas. “Dan aku ingin menghadapinya. Aku ingin menghilangkan rasa takut itu. Karena itu... aku tetap naik.” tuturnya

Ha Young menatapnya lama. Ia tak pernah menyangka bahwa pria sekuat Jae Wan juga menyimpan ketakutan. Ia teringat dirinya sendiri gadis penakut yang dulu bahkan tak berani menatap mata ayahnya. Tapi kini, ia berdiri di garis depan, menantang kejahatan yang selama ini membungkamnya.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!