"aku...aku hamil Rayan !!" teriak frustasi seorang gadis
" bagaimana bisa laa" kaget pemuda di depannya.
Laluna putri 19 tahun gadis desa yatim piatu yang tinggal bersama neneknya sejak kecil.
Rayyan Aditya 22 tahun mahasiswa semester akhir anak orang berada asal kota.
Alvino Mahendra 30 tahun CEO perusahaan besar AM grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rizkysonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Langit sore itu kelabu, seolah tahu bahwa cinta mereka tak lahir dari kebahagiaan. Di balik gaun sederhana yang bahkan tak sempat disetrika rapi, Laluna duduk di samping Rayyan—pria yang kini resmi menjadi suaminya, tapi terasa aneh. Suara penghulu baru saja mengucap kata “sah”, dan seketika dada Laluna bergetar hebat. Ia tersenyum kecil, bukan karena bahagia, melainkan karena berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.
Rayyan menggenggam tangannya pelan—hangat tapi canggung. Di antara tepukan tangan orang-orang yang menyaksikan, hanya mereka berdua yang tahu, pernikahan ini bukan akhir dari perjalanan… tapi awal dari luka yang akan mereka rawat bersama, entah dengan cinta, atau dengan air mata.
Hujan sore itu seolah ikut menahan napas bersama hati Laluna. Semua terasa begitu cepat—gaun putih yang belum sempat dipilih, janji yang belum sempat diucap dengan tenang, dan tatapan Rayyan yang penuh penyesalan sekaligus tanggung jawab. Di antara doa yang tercekat dan bisik-bisik tamu yang tak percaya, pernikahan itu akhirnya terjadi... begitu saja.
" kamu jangan dengarkan apa yang mereka bicarakan Laa, biarkan mereka berkata sesukanya" Rayyan menggenggam tangan Luna lembut
Luna hanya mengangguk..
pernikahan sederhana yang di laksanakan di dalam rumah pak Robi, hanya keluarga dekat saja yang di undang dan mereka yang datang hanya untuk memastikan kabar yang mereka dapat.
semua orang memandang Luna dengan tatapan meremehkan.. Tidak ada senyum tak ada ucapan yang ada hanya bisikan yang menyayat hati.
" selamat ya atas pernikahan nya.. Selamat datang di keluarga kami" tiba-tiba ada yang memeluk Luna dan mengucapkan selamat.
" kenalkan aku Vani kakak ipar Rayyan, istri dari Rendi" melihat Luna bingung Vani segera memperkenalkan diri, ini pertama kalinya bertemu dengan Luna karena kemarin baru pulang dari luar kota menemani suaminya kerja.
" terimakasih kak, " Luna tersenyum ternyata ada yang menerima nya.
" jangan sungkan, besok aku temani kamu, kita ngobrol ngobrol ya" semangat Vani, ia senang ada teman baru walau ia tidak tinggal bersama tapi cukup membuat Vani berasa punya adik beneran.
" terimakasih kak Vani, tolong ya sering sering temenin Luna, dia belum punya teman disini" Rayyan Ikut menimpali
" ya tentu saja, aku juga senang punya adik perempuan ".
Vani adalah anak tunggal, ia menikah dengan Rendi sudah berjalan 5 tahun dan belum juga diberi keturunan, saat mendengar Rayyan mau nikah dan calonnya sudah hamil ia begitu antusias tak peduli apa yang terjadi yang penting ia akan segera melihat bayi di rumah mertua nya dan tentu saja ia berharap mertua segera melunak dan tidak menuntut cucu darinya.
.
.
.
...****************...
Acara sudah usai, semua orang mulai berpamitan, tinggallah keluarga inti yang tersisa.
Luna sudah masuk ke kamar tamu, dimana ia dan nek Lasmi tidur, Luna duduk di depan cermin dan nek lasmi membantu menyisir rambutnya.
" nak sekarang kamu sudah resmi jadi istri Rayyan, patuhi dia selagi di jalan yang benar, turuti apa kata-kata nya, nenek percaya dia anak yang baik. tapi nanti jika kamu tidak sanggup lagi menjalani pernikahan mu, bilang baik-baik sama mereka jangan kamu pergi dengan kemarahan, ingat kamu tidak sendiri ada anak yang harus kamu perjuangkan"
" ia nek, nenek juga baik-baik di sana ya.. Maafkan Luna, Luna tidak bisa menemani nenek lagi, nanti kalau ada kesempatan Luna akan pulang jenguk nenek" ucap Luna sambil menitikkan airmata nya
" nenek tidak apa-apa, nenek senang kalau kamu bahagia, berbahagia lah Luna nenek sayang kamu" mereka berpelukan, esok pagi nek Lasmi akan pulang kembali ke kampung.
" apa suami mu tau kamu kesini?" Luna mengangguk
" kalau begitu mandi lah dulu, lalu istrahat sebentar pasti kamu lelah kan?"
" baik nek.. Tapi nenek temenin aku istirahat ya," nek lasmi mengangguk baru lah Luna pergi ke kamar mandi.
.
.
.
Keesokan harinya Rayyan dan Laluna mengantar nek lasmi ke terminal, air mata Luna terus mengalir mengiringi perjalanan itu, sebenarnya Luna tidak tega melihat nenek nya pulang sendiri tapi juga tidak bisa ikut karena ada anak yang harus ia perjuangkan.
" nenek.. nenek hati-hati ya di sana, banyakin istrahat jangan terlalu berat bekerja?"
Luna belum melepaskan pelukannya
" nak kamu sudah lebih dari belasan kali ngomong seperti itu" nek Lasmi menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, mencoba menenangkan Luna juga dirinya.
" tapi aku belum bisa tenang nek, bagaimana hari nenek esok tanpa aku nek"
" sudahlah lepaskan nenek. Nanti bus nya keburu berangkat " walau berat nek lasmi mencoba menguatkan diri
" tapi nek..."
" sudah sayang kasihan nenek nya, jangan nangis lagi ya, kita doakan nenek agar sehat selalu nanti kalau ada kesempatan kita jenguk nenek kesana ya" ucap Rayyan sambil mengusap air mata istri nya itu
" nenek titip Luna ya.. Jangan sakiti dia kalau kamu sudah tak suka antarkan ia pada nenek, nenek tidak akan menyalahkan mu, tapi nenek mohon jaga dia jangan kamu sakiti" ucap nek lasmi pada Rayyan
" pasti nek, aku pasti menjaga Luna sekuat dan sebisa ku nek, nenek jangan khawatir Luna aman disini aku akan berusaha membahagiakan nya nek" kata Rayyan yakin
" baiklah nenek pergi dulu, jaga diri kalian baik-baik"
akhirnya nek Lasmi pergi naik ke mobil bus sesuai arahan, dan mobil pun pergi berlalu meninggalkan Luna dengan segala kesedihan nya.
" sayang sebelum pulang kita jalan-jalan dulu bentar yu, agar kamu tenang dan kembali tersenyum" ajak Rayyan sambil menuntun Luna masuk kembali ke mobil.
.
.
.
Malam itu, Laluna menatap langit-langit kamar yang asing baginya. Hatinya sesak, bukan karena tempat baru, tapi karena tatapan dingin yang menyambutnya sejak pagi. Ia sadar, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal—ini adalah ujian pertama setelah pernikahan yang terlalu cepat terjadi.
“Kau pikir pernikahan bisa membuatmu diterima di sini?”
Kata-kata sang mertua masih terngiang di kepalanya. Laluna menunduk, menggenggam jemarinya yang gemetar.
Ia menatap pintu kamar yang perlahan tertutup.
Ia kira yang membuka pintu kamar tiba-tiba adalah Rayyan, ternyata Bu Meri yang membuka dan berkata yang menusuk hati Luna, Luna tau kata kata tadi adalah peringatan untuk nya.
Bu Meri berani masuk ke kamar Rayyan karena tau Rayyan masih di ruang kerja suaminya.
" kamu yang kuat ya sayang, kita akan berjuang bersama, kamu adalah kekuatan untuk bunda" Luna mengusap perut rata nya sambil berderai air mata.
Ceklek... Pintu terbuka dan Luna segera mengusap airmata nya dan pura-pura tidur.
" Laa.. Kamu udah tidur sayang.. Maaf ya aku tinggal lama" perlahan Rayyan mencium kening Luna, beruntung lampu kamar sudah mati hanya menyisakan cahaya redup lampu tidur jadi Rayyan tidak melihat wajah sembab Luna.
.
.
.
terimakasih untuk yang selalu nungguin cerita Laluna... Jangan lupa like dan komen dan vote nya ya...😍😍😍
Maaf masih banyak tyfo nya😃😃
Di tunggu koreksinya ☺️☺️☺️