NovelToon NovelToon
Dikira MONTIR Ternyata SULTAN

Dikira MONTIR Ternyata SULTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Konglomerat berpura-pura miskin / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:138k
Nilai: 5
Nama Author: Moms TZ

Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.

Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.

Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.

Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?

Temukan jawabannya hanya di sini

"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Rencana Pak Haris

Di dalam kamar kosnya yang sederhana, Darren berbaring di atas kasur dengan perasaan gelisah. Cahaya lampu neon dari luar jendela menyusup melalui tirai tipis, menciptakan bayangan samar di dinding. Pikirannya dipenuhi dengan ucapan Pak Haris sore tadi, tawaran yang tak terduga untuk menjadi menantunya.

Setelah penolakan Nancy beberapa bulan lalu, Darren menutup hatinya rapat-rapat dan fokus pada bengkelnya, berusaha melupakan luka yang masih terasa. Namun, tawaran Pak Haris membangkitkan kembali kenangan pahit dan menghadirkan dilema baru.

Di satu sisi, Darren tidak ingin mengecewakan Pak Haris, yang sudah seperti ayah baginya. Ia tahu Pak Haris adalah orang baik dan tulus. Namun, di sisi lain, Darren belum siap membuka hati untuk orang lain. Ia masih terluka dan takut mengalami hal yang sama seperti sebelumnya. Ia takut tidak bisa memberikan cinta yang seharusnya, dan malah mengecewakan orang yang mungkin akan mencintainya.

Darren membalikkan badannya, menatap langit-langit kamar kosnya dengan pikiran bingung.

"Aku...menjadi menantunya? Ya Tuhan... setelah Nancy, aku bahkan tidak pernah berpikir sejauh itu. Hatiku masih terluka, bagaimana bisa aku membuka diri untuk orang lain? Apalagi ini... perjodohan?" Darren mengacak rambutnya frustrasi.

Dia menghela napas panjang, lalu duduk di tepi kasur, pikirannya dipenuhi keraguan. "Aku tidak ingin mengecewakan Pak Haris. Dia sudah banyak membantuku dan aku sangat menghormatinya. Tapi kenapa harus seperti ini? Kenapa aku harus dihadapkan pada pilihan yang begitu sulit?"

Darren berhenti di depan cermin, menatap pantulan dirinya. "Mungkin ini kesempatanku memulai sesuatu yang baru, untuk menyembuhkan luka lama. Tapi... bagaimana jika aku hanya akan menyakiti orang lain? Bagaimana jika aku tidak bisa memberikan cinta yang pantas?"

Darren menghela napas panjang, merasa terjebak dalam kebimbangan. "Aku benci situasi ini, aku benci harus memilih. Tapi aku tahu, aku harus mengambil keputusan. Cepat atau lambat. Aku hanya berharap, apapun keputusanku, itu yang terbaik untuk semua orang... terutama untuk diriku sendiri."

*

Cahaya pagi menyelinap malu-malu di antara celah gorden kamar Darren. Suara burung yang berkicau di luar sana menambah riuhnya suasana pagi, tapi tak mampu mengalahkan kebisingan dalam benak Darren. Bahkan aroma kopi yang samar-samar menusuk hidung, tak cukup kuat untuk mengusir kantuk yang masih membelenggu.

Darren menggeliat di ranjangnya, tubuhnya terasa berat dan pikirannya kalut karena tawaran Pak Haris yang terus berputar di kepalanya menambah kegelisahan yang sudah memenuhi dadanya.

"Apa yang dia lihat dari aku?" Darren berpikir, "Kenapa dia begitu yakin aku akan cocok untuk putrinya yang bahkan belum pernah aku lihat?"

Darren membuka mata perlahan, menatap langit-langit kamar yang tampak suram. Pikiran tentang masa depannya yang mungkin akan berubah drastis membuatnya enggan beranjak.

"Apakah aku sudah siap untuk ini? Bagaimana jika aku tidak sesuai harapannya?" Darren berpikir dengan rasa takut yang masih menghantuinya.

Dengan langkah gontai, ia menyeret dirinya ke kamar mandi, berharap air dingin bisa sedikit menjernihkan pikirannya yang berkecamuk.

*

*

*

Sementara itu di rumah Pak Haris, suasana pagi terasa hangat dan tenang. Pria paruh baya itu duduk santai di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan koran pagi. Tak jauh darinya, Bu Hasna-istrinya dengan telaten menyirami tanaman hias kesayangannya.

"Bu..." Pak Haris membuka percakapan, meletakkan korannya di meja.

"Menurut Ibu, Mas Darren itu cocok nggak sama Ajeng? Entah kenapa bapak ingin sekali mengenalkan dia dengan Ajeng, putri kita. Bahkan bapak sudah bicara padanya," ucapnya, seraya menatap Bu Hasna dengan serius.

Bu Hasna menghentikan aktivitasnya, meletakkan alat penyiram tanaman, dan berbalik menghadap sang suami. "Mas Darren? Maksudnya, yang punya bengkel langganan Bapak itu?" tanyanya, memastikan.

Pak Haris mengangguk mantap. "Benar, Bu. Selain pintar dan pekerja keras, Mas Darren juga sopan dan punya visi yang jelas. Makanya, bapak ingin mengenalkan dia sama Ajeng, siapa tahu mereka cocok."

"Soalnya bapak yakin, seandainya mereka berjodoh, pasti Mas Darren bisa menjadi suami yang baik untuk Ajeng.

Bu Hasna terdiam sejenak, tampak berpikir. "Ibu sih, percaya sama Bapak. Tapi, apa Bapak yakin Ajeng-nya mau? Dia mungkin sudah punya pilihan sendiri," ujarnya, menyuarakan keraguannya.

"Soal itu, nanti biar Bapak yang bicara sama Ajeng. Bapak yakin, kalau dijelaskan baik-baik, dia pasti mengerti. Ini kan, demi kebaikan dia juga," jawab Pak Haris, penuh keyakinan.

Bu Hasna menghela napas pelan. "Ya sudah, Pak. Ibu manut saja. Semoga saja ini yang terbaik untuk Ajeng dan keluarga kita," ucapnya, menyetujui rencana sang suami dengan sedikit keraguan.

Dari dalam rumah, Ajeng berjalan dengan anggun, siap berangkat bekerja. Seragam kerjanya tampak pas membalut tubuhnya yang ramping. Pak Haris dan Bu Hasna saling bertukar pandang, lalu menatap Ajeng dengan pandangan penuh makna.

"Ada apa ini, Pak, Bu? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Ajeng, merasa curiga dengan suasana yang tiba-tiba aneh.

Pak Haris berdeham pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Begini, Nak... Bapak dan Ibu ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu," ujarnya, memulai percakapan dengan hati-hati.

"Sesuatu yang penting? Tentang apa?" Ajeng semakin penasaran, mengerutkan keningnya.

"Ini tentang masa depanmu, Nak," timpal Bu Hasna, menambahkan nada serius dalam percakapan.

"Masa depanku? Maksud Bapak dan Ibu apa, sih?" Ajeng mulai merasa tidak nyaman.

Pak Haris menarik napas dalam-dalam. "Bapak ingin mengenalkanmu dengan... Mas Darren."

Mendengar nama itu, Ajeng lantas mengernyitkan dahinya. "Darren? Siapa dia, Pak?"

"Dia... montir bengkel di gang depan itu," jawab Pak Haris lembut

"Maksud Bapak, dia montir di bengkelnya kecil itu? Bapak ingin menjodohkan Ajeng sama dia? Serius....?" tanyanya, dengan nada tak percaya.

"Iya, Nak. Bapak tahu dia memang bukan orang kaya, tapi dia pria yang baik, jujur, dan pekerja keras. Dia punya potensi besar untuk sukses," jawab Pak Haris, mencoba meyakinkan putrinya.

"Bapak bercanda, ya? Aku bahkan tidak kenal dengannya! Kenapa Bapak tiba-tiba ingin menjodohkanku dengan seorang... montir? Maaf, Pak, tapi aku nggak bisa bayangin," Ajeng mulai meninggikan suaranya, menunjukkan ketidaksetujuannya.

"Ajeng, Bapak hanya ingin yang terbaik untukmu dan bapak yakin, dia bisa menjadi suami yang baik," Pak Haris mencoba menjelaskan alasannya.

"Tapi, aku punya pilihan sendiri, Pak! Aku berhak menentukan dengan siapa aku akan menikah. Lagipula, teman-temanku pasti menertawakanku kalau tahu aku dijodohkan dengan montir!" Ajeng semakin emosi, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Ajeng, jangan bicara seperti itu! Jangan merendahkan orang lain hanya karena pekerjaannya!" Bu Hasna mencoba menenangkan putrinya, meskipun dalam hati ia juga merasa kasihan. "Bapakmu hanya ingin yang terbaik untukmu. Coba pikirkan baik-baik, Nak. Siapa tahu, setelah kenal lebih dekat, kamu justru jatuh cinta sama Darren."

"Memikirkan apa lagi, Bu? Aku nggak mau dijodohkan! Aku punya pacar sendiri, dan aku mencintainya!" Ajeng berbalik, berlari masuk ke dalam rumah dengan perasaan marah dan kecewa.

Pak Haris dan Bu Hasna hanya bisa saling pandang, merasa bersalah karena telah membuat putri mereka marah. Namun, mereka yakin, suatu saat Ajeng akan mengerti bahwa semua ini mereka lakukan demi kebahagiaan putrinya.

*

Sore itu, cuaca mendung. Awan hitam menggantung di langit seolah mengisyaratkan hujan akan turun dengan lebat. Ajeng mengendarai motornya dengan perasaan was-was. Tiba-tiba, motornya tersendat-sendat lalu mati total.

"Aduh, kenapa lagi ini?" keluh Ajeng sambil menepikan motornya di bahu jalan. Ia mencoba menyalakan mesinnya berulang kali, tetapi hasilnya nihil. Motornya benar-benar mogok.

Di tengah kepanikan dan rasa khawatir akan hujan yang segera turun, sebuah motor berhenti di dekatnya. Seorang pemuda tampan tersenyum padanya dan bertanya, "Motornya kenapa, Mbak?"

Ajeng mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya. Namun, ia hanya menatapnya bengong, tak mampu berkata-kata. Pikirannya mendadak kosong. Ia seperti sedang terhipnotis oleh penampilan pemuda itu, lupa segalanya kecuali tatapan mata yang membuatnya terpesona.

"Motornya kenapa, Mbak?" ulang pemuda itu seraya menghampirinya.

"Hahhh, m-motor....?"

.

.

.

Pliisss, jangan numpuk bab ya, gaes. besok penilaian bab 20 nih, tolong kerjasamanya ya 🙏🤗

1
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia
wuihhh, jam segini dah up 😍😍😍
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: Yo wes Kono. aku yo arep gawe tas disek
total 7 replies
Hendra Yana
indah nya jatuh cinta
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Sunaryati
Segera tumbuh Darren yunior
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: aamiin
total 1 replies
TikaTiku
Cerita yang menarik
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tengkyu bintang 5 nya🫶🫰
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
zahrahaifa
ati2 niken ntar si cobra jawa dateng nyemburin bisa... waspada lah.... waspada lah
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: komenmu bikin ngakak😜
total 1 replies
Kure Kure
lanjut bagus alur ceritanya
Nar Sih
ahir nya balik lgi ya niken dareen
LING: bentar lagi juga ada ulat bulu yg kepanasan
total 2 replies
Dew666
🍒🥰🔥
Anggun Rahadila Ningsih
👍👍👍👍
Anggun Rahadila Ningsih
woww🤣🤣🤣
Nur Hafidah
Dasar ajeng tak punya malu,sudah menikah masih jadi beban keluarga
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: 😪😪😪😪😪
total 1 replies
Sunaryati
Astaga ingin nyaingin Niken tapi uangnya minta pinjam Niken, makin nggak waras dan ngawur Ajeng masa pinjam maksa 🤣🤣🤣🤭
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: klo waras bukan ajeng namanya😜
total 1 replies
Esther Lestari
nah jawabanmu tepat Niken...blm tentu juga Darren membuka rahasianya kalau jadi nikah sama Ajeng.
Ajeng nya aja yang ke geer an.
Lagian pinjam uang koq maksa, mana marah2 lagi
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: banyak sih yg kayak gitu, klo ditagih juga dia lebih galak😜
total 1 replies
Sunaryati
Niken kamu itu bisa saja membuat kakakmu kebakaran jenggot
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tp ajeng gak punya jenggot😜
total 1 replies
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 gass lagi
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tengkyu
total 1 replies
budiman_tulungagung
masih satu mawar 🌹 satu bab
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tengkyu
total 1 replies
Nar Sih
👍👍niken harus tegas sama mbk mu yg rada gendeng status pgn di puja ,tpi dgn sgla cra wah ..bnr,,si ajeng ngk punya malu🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: emang dia masih punya malu😜
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Patrick Khan
bilang nya ajeng pinjem..tp gk ngara balek uang e..hahahaha..di ambil dr kisah pengalaman😂😂
Patrick Khan: karna janji untuk di ingkari😅😅😅
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!