Masa lalu kelam Ariel Anastasia sebagai Sugar Baby sudah ia tinggalkan sejak lama. Ariel menikah dengan Wawan, lelaki yang dianggapnya baik namun berubah menjadi suami kasar yang gemar mabuk-mabukan.
Di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin menghimpit, Wawan tak membantu malah makin gemar mabuk-mabukkan. Ariel yang membutuhkan uang untuk biaya hidup dan berobat anaknya memutuskan kembali ke dunia kelam masa lalunya.
Ariel bertemu Om Bobby, lelaki impoten yang hanya bisa terpuaskan jika dengan Ariel seorang. Bagaimana jika Ariel merasa nyaman bersama Om Bobby? Apakah Ariel akan berhasil menyembuhkan Om Bobby?
***
Bantu support Author dengan baca sejak awal sampai habis ya, jangan nunggu tamat ya 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Galang
Tangisan Galang membuat hati Ariel sedih. Ia berlari dan hendak memeluk buah hatinya yang sudah beberapa hari tak ia temui. Sayangnya, Wawan bergerak cepat. Ia langsung menggendong Galang dan tak membiarkan Ariel memeluknya.
"Mas, kembalikan Galang, Mas," pinta Ariel dengan sangat.
"Mama ... huaa ... Om ...." Galang terus menangis ketakutan. Ia mau bersama Ariel dan Om Bobby yang sudah ia kenal dibanding Wawan yang kini malah dianggapnya orang asing.
"Tidak! Galang ini anakku, bukan hanya anakmu saja! Kemana saja kamu, anak sampai dititipkan ke orang tua? Oh iya, aku lupa, kamu 'kan pelacuur, habis jual diri ya sampai tak bisa mengurus anak sendiri?" kata Wawan dengan pedasnya.
"Mas, itu bukan urusanmu! Aku menitipkan Galang karena aku ada urusan penting. Kembalikan Galang, Mas! Pengadilan menetapkan hak asuh Galang ada padaku!" Ariel begitu murka dengan perkataan Wawan yang menyakiti hati dan sudah menghinanya.
"Kalau kamu mau ambil Galang, boleh saja, asal kamu mau rujuk denganku!" Wawan memberikan penawaran yang tentu saja akan ditolak Ariel.
"Aku tidak mau rujuk sama kamu, Mas. Kita sudah bercerai, Mas lupa siapa yang mengucapkan kata talak pertama kali? Kamu, Mas! Aku tak akan mau kembali lagi sama kamu setelah semua luka dan penghinaan yang kamu beri, Mas! Kembalikan Galang padaku, Mas!" Ariel berkeras hati. Ia tak mau menjadi istri Wawan lagi. Sudah cukup penderitaan yang ia alami selama ini.
Om Bobby masih diam saja. Ia tak mau ikut campur. Hati Om Bobby juga teriris melihat Galang yang mengulurkan kedua tangan kepadanya, memintanya menggendong seperti biasanya. Galang sudah mengenalinya, sorot mata anak kecil itu menyiratkan kalau dirinya ketakutan dan meminta untuk dilindungi oleh orang dewasa yang selama ini selalu membuatnya nyaman, yakni Om Bobby.
"Ah, peduli setan dengan hak asuh! Galang itu anakku, siapa yang berani melarang seorang ayah bertemu anaknya? Mau pengadilan sekalipun, aku tak takut! Kalau kamu tak mau rujuk denganku, Galang akan tetap bersamaku!" balas Wawan.
Mendengar suara Wawan yang kencang, Galang kembali menangis ketakutan. Tangannya terjulur ke arah Om Bobby. "Om ... Om ...."
"Mas, kecilkan suara kamu! Kasihan Galang, dia ketakutan!" tegur Ariel yang terus meneteskan air matanya. "Jangan bawa Galang dalam masalah kita. Kelakuan kamu tidak dewasa, Mas!"
"Kamu jangan nangis terus. Ini Papa kamu loh, Lang. Bukan dia! Siapa dia? Bukan siapa-siapa kamu! Kamu tuh anak Papa!" Wawan berusaha membujuk Galang agar diam dan lebih tenang. Suara Wawan sudah tak sekencang seperti sebelumnya namun Galang masih saja takut.
Tak tega melihat Galang yang terus menangis dan Ariel yang tak bisa membujuk Wawan namun malah membuat suasana semakin memanas, Om Bobby pun terpaksa turun tangan. Om Bobby yang semula tak mau ikut campur, tak tega melihat Galang yang terus menatapnya dengan tatapan memohon.
"Apa yang Ariel katakan benar. Jangan sampai kalian yang bermasalah malah membuat Galang jadi trauma," kata Om Bobby.
Wawan menatapnya dengan tatapan marah. "Heh, tahu apa kamu? Kamu yang telah membuat trauma bagi Galang, kamu yang membuat kami berpisah dan aku jadi kehilangan hak asuh atas anakku sendiri. Sekarang kamu bicara seakan kamu adalah pahlawan padahal kamu adalah penjahat yang sebenarnya!" Wawan kembali bersuara keras. Ia menunjuk-nunjuk wajah Om Bobby. Galang kembali menangis ketakutan.
"Oh ya? Aku?" Om Bobby menunjuk dirinya sendiri. "Bukankah kamu? Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kamu perbuat. Kenapa istri kamu pergi? Kenapa anak kamu takut melihatmu? Semua karena sikap kamu. Bukannya menjadi pelindung bagi keluarga kecilmu eh malah jadi sosok monster yang menakutkan."
"Heh, berani ya bicara begitu? Nantangin kamu!" Wawan makin tersulut emosinya.
"Aku bukan menantang tapi menegur. Lihatlah, anak kamu ketakutan melihat Papanya sendiri. Dari hal itu saja kamu seharusnya introspeksi diri bukan malah makin emosi. Kalau mau anak kamu menerima Papanya, ya perbaiki sikap kamu. Memang kamu mau selamanya menjadi monster yang membuat anakmu takut?" balas Om Bobby dengan tenang namun terlihat lebih memegang kendali.
"Tahu apa kamu tentang anak? Apa kamu punya anak?" balas Wawan.
"Tak perlu menjadi seorang pembunuh untuk tahu bagaimana caranya membunuh. Begitupun untuk menjadi orang tua, kalau kamu mau anakmu punya sifat yang buruk ya teruskan saja berbuat seperti itu. Anakmu adalah bagaimana kamu memperlakukannya," jawab Om Bobby.
Galang terus menangis ingin digendong Om Bobby. "Om ... Om!" Tangan Galang terulur ke arah Om Bobby dengan matanya yang meminta untuk ditolong.
"Lihat tidak? Anak kamu sangat takut, padahal kamu adalah Papanya. Kamu yang seharusnya menjadi tempat berlindung eh malah membuatnya ketakutan sampai memanggilku yang bukan siapa-siapanya untuk menolongnya. Apa kamu tak malu?" Om Bobby berjalan mendekat dan mengambil Galang dari gendongan Wawan.
Wawan diam saja saat Om Bobby melakukan hal itu. Om Bobby mengusap punggung Galang yang menangis sampai suaranya terbata-bata. "Tak apa. Galang anak kuat! Jangan menangis lagi ya, ada Om yang temani Galang."
Tak lama Galang mulai tenang. Ia memeluk Om Bobby dan perlahan matanya terpejam. "Anak kamu mengantuk, wajar kalau dia menangis. Bukannya memberi susu dan menidurkannya, kamu malah membentaknya, bagaimana dia tidak menangis?"
Wawan diam saja diceramahi Om Bobby. Bukan karena takut namun karena apa yang dikatakan oleh Om Bobby benar adanya.
"Belajarlah untuk menjadi orang tua yang baik, bukan menjadi contoh yang buruk untuk anak sendiri. Masalah di antara kalian berdua, kalian selesaikan sendiri. Jangan membawa Galang dalam permasalahan kalian. Ingat, kalian mau mewarisi apa sama anak kalian? Sikap yang buruk? Kalau begitu, silahkan saja, kalian hanya sedang membuat bom atom yang akan meledak suatu hari nanti!"
Om Bobby menatap ke arah Ariel. "Aku bawa Galang ke mobil. Kasihan dia, bisa trauma dengan orang tuanya sendiri. Selesaikan masalah kamu, aku tunggu di mobil!" Om Bobby lalu melenggang pergi sambil membawa Galang.
Ariel menghela nafas lega. Om Bobby memang selalu bisa di andalkan. Kini giliran Ariel menghadapi Wawan. Ariel menguasai dirinya dan mulai mengajak Wawan bicara baik-baik.
"Aku ... tak akan melarang kalau kamu mau bertemu Galang, Mas. Om Bobby benar, aku tak mau membentuk Galang jadi pribadi yang buruk nantinya. Kita orang tuanya, kita yang bertanggung jawab membesarkannya. Meskipun sekarang kita tak lagi bersama, sampai kapanpun aku adalah Mamanya Galang dan kamu adalah Papanya Galang." Ariel berbicara dengan tenang.
"Aku mau kita rujuk lagi, Riel. Aku janji, aku akan berubah. Aku akan menjadi Papa yang baik buat Galang, mau ya, Riel," bujuk Wawan.
"Maaf, Mas, aku tak bisa. Aku sudah memberi Mas beberapa kali kesempatan namun Mas tak pernah berubah. Mas selalu kecanduan judi dan mabuk. Mas lupa kalau aku dan Galang butuh seorang pemimpin rumah tangga, tempat kami bersandar dan berlindung. Maaf, Mas, aku tak bisa kembali lagi sama Mas. Aku ... sudah mencintai lelaki lain."
****
terima kasih ya kak 🥰🥰🥰🥰