Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ahli Feng Shui
Melihat para bibi dan paman yang berjualan sosis bakar, roti isi dan tahu gejrot, mereka awalnya cuma nyinyir sambil melirik.
Tapi lama-lama, aroma mie sapi goreng bikin mereka tak kuasa menahan diri.
Akhirnya mereka pun berlari ikut mengantri.
Tepat saat mereka sampai di ujung antrian, sosok yang dikenal muncul.
Seorang wanita cantik dengan gaun modis, payung lipatnya sudah disimpan.
Bukankah dia perempuan yang tadi siang sempat mampir dan makan mie sapi plus es kacang hijau?
“Eh, Mbak, bukannya kamu udah makan tadi? Kok antri lagi?” tanya salah satu bibi sambil melotot heran.
Wanita itu tersenyum malu, tapi jujur.
“Tadi cuma jalan sebentar, terus lapar lagi. Soalnya mie sapi masnya tuh… sumpah enak banget. Kalau saya nggak makan lagi sekarang, entar pulang pasti nyesel.”
“...”
Para bibi dan paman langsung saling pandang.
Dalam hati mereka, muncul satu pertanyaan besar:
“Mie sapi model apa sih ini? Kok bisa bikin orang makan, pulang, terus balik lagi kayak orang kesurupan?”
Pasti ada sesuatu yang istimewa yang tercampur dalam mie daging sapi goreng Ardi.
Tetapi mereka tahu persis:
Bahan-bahan yang dipakai Ardi itu sederhana aja.
Bawang putih, kecap manis, kecap asin, sedikit lada, daging sapi iris tipis, dan mie basah dari pasar.
Nggak ada yang mewah.
Tapi hasilnya… kok bisa seenak itu?!
Di tengah kebingungan para tetua kaki lima itu, Ardi tetap sibuk.
Tangannya lincah, wajan besi besar terus berisik cleng-cleng-cleng! dihajar sodet.
Minyak panas memercik, aroma bawang putih goreng langsung bikin semua orang yang lewat berhenti.
Dari jalan depan trotoar, makin banyak orang mendekat.
Ada yang sengaja mampir karena dengar cerita, ada juga yang cuma lewat, tapi akhirnya kecantol bau harum itu.
“Katanya ini mie sapi terenak sekota ini!” seru seorang mahasiswa yang baru datang sambil langsung antri.
Ardi nggak sempat berhenti.
Wajan panas terus dipakai, seporsi demi seporsi keluar.
Tapi antrian tetap panjang.
Yang di depan sudah setengah mati ngiler, matanya tak lepas dari gerakan tangan Ardi.
Yang di belakang malah lebih parah berdiri panas-panasan di bawah terik matahari, tapi rela nunggu demi bisa makan seporsi.
Lucunya, yang udah dapat pesanan malah makin bikin iri.
Mereka makan di pinggir antrian, duduk di kursi plastik biru, wajah sumringah sambil menyeruput es kacang hijau dingin.
Yang lain cuma bisa nelan ludah sambil berdoa cepat sampai giliran.
“Bang, tolong cepetan dikit, kita laper banget nih!” seru salah satu cowok di depan.
"Bang, kamu sudah sangat cepat, tapi tidak bisakah kamu lebih cepat lagi? Aku sudah tidak sabar!"
Langsung ada yang nyahut dari belakang.
“Eh, jangan maksa lah! Nggak lihat tuh tangan abangnya kayak mesin? Cepet banget malah!”
“Bener! Kalau buru-buru masaknya jadi ancur rasa mienya, mending sabar dikit tapi dapet enak!”
“Ya iya, tapi pancinya kan gede, masa nggak bisa goreng banyak sekaligus?”
“Kamu bisa masak? Nih, coba maju ke wajan! Pasti nggak bakal bisa kayak Abangnya!”
Cowok yang tadi protes langsung bungkam.
Semua tahu, Ardi memang sengaja masak tiga porsi sekaligus biar rasanya konsisten.
Kalau kebanyakan, bumbu jadi nggak nempel, daging jadi anyep.
Dan hasilnya emang nggak pernah gagal.
Setiap mangkuk yang keluar langsung disambut dengan wajah berbinar.
“Ya Allah… ini mie terenak seumur hidup gue!”
“Gila, padahal cuma kaki lima, rasanya bisa ngalahin restoran mahal!”
Terlebih lagi, dipadukan dengan es kacang hijau segar yang adem banget di tenggorokan, rasanya seperti hidup kembali di tengah panas Jakarta.
Dalam satu jam, Ardi nyaris nggak berhenti.
Dia cuma sempat minum air sebentar, lalu lanjut lagi.
Lebih dari 90 porsi mie sapi ludes.
Hampir 200 gelas es kacang hijau terjual.
Pedagang sebelah cuma bisa nangis dalam hati.
Dagangan mereka nggak laku, padahal biasanya rame.
Ada yang sampai ngadu ke pengurus jalan, tapi percuma Ardi bayar sewa resmi, jadi nggak bisa diganggu.
Akhirnya, pedagang lain malah pindah deket-deket ke kios Ardi, berharap kecipratan rezeki.
Sekejap, area yang tadinya sepi berubah jadi paling rame di jalan itu.
Ada yang jual buah potong, ada yang teriak es krim, sampai ada yang nawarin helm motor segala.
“Semangka dingin, semangkaaa!”
“Es krim stroberi, murah meriah!”
“Helm SNI asli, helm SNI asli!”
Suasana kayak pasar malam mendadak tercipta, cuma gara-gara kios Ardi jadi pusat keramaian.
Sampai-sampai pengurus jalan geleng-geleng kepala.
Selama bertahun-tahun ngatur pedagang kaki lima, baru kali ini lihat tempat paling ujung dan sepi bisa berubah jadi lokasi emas.
“Waduh… kayaknya sewa kios di sini harus saya naikin deh ke depannya…” gumam si pengurus sambil senyum kecut.
Dari kejauhan, terlihat jelas antrean panjang menjulur kayak ular.
Dan semua itu, pusatnya cuma satu:
Kios Ardi, si Raja Kwetiau Sapi & Es Kacang Hijau.
Pengurus jalan geleng-geleng kepala sambil bergumam "apa pemuda ini menyewa ahli Feng Shui dari Cina untuk lokasi kios nya"
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.