NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Penyesalan Suami / Dokter
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Suara tangis Lira kian meninggi, menenggelamkan isak Riana yang tertahan di tenggorokannya. Tangisan itu sukses membangunkan Liliana yang tadi terlelap dalam pelukan Septian, begitu pun dengan Septian yang langsung tersentak. Keduanya membeku ketika mendapati Riana berdiri di ambang kamar, menggenggam Lira erat di dalam gendongannya.

“Rin… i–ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” suara Liliana terdengar gemetar, panik, seolah sedang mencari alasan yang bisa menyelamatkan dirinya.

“Riana, jangan salah paham. Aku semalam cuma ketiduran di sini,” imbuh Septian, nadanya tergesa.

Riana menatap mereka bergantian. Lelaki yang ia sebut suami, dan kakak yang selalu ia percayai. Hatinya bergetar hebat, seakan tubuhnya tak lagi kuat menopang luka yang baru saja ia lihat. Ia ingin percaya… tapi bukankah jika ia percaya, ia sama saja sedang menertawakan dirinya sendiri? Menjadikan dirinya badut di dalam rumah tangganya sendiri.

“Tapi… aku jelas melihat kalian tadi…” suaranya pecah, lirih namun penuh dengan perih, cukup untuk membuat keduanya terdiam.

“Riana, aku tahu kamu pasti ragu, aku ngerti…” Liliana buru-buru menimpali, “Semalam setelah aku ganti baju, mataku nggak kuat lagi. Kamu tahu sendiri kan, aku gampang banget ketiduran. Dan soal yang tadi, kamu pasti juga tahu… kalau kita sudah di alam mimpi, mana mungkin sadar dengan sekitar.”

Melihat Riana masih ragu, kini giliran Septian melangkah maju mendekatinya. “Apa yang dikatakan kakakmu benar. Maaf, aku juga kelelahan semalam sampai tertidur setelah memberikan uang pada Liliana. Jangan salah paham lagi, Rin. Lagian… selain dia kakak iparku, dulu kita juga sahabatan. Tidur seperti ini sudah jadi hal yang biasa.”

Kata-kata itu menusuk dada Riana lebih dalam daripada apa pun. Tubuhnya kaku, seakan tak lagi sanggup berdiri. Ucapan Septian yang seolah meremehkan rasa sakitnya justru membuat air matanya jatuh tanpa kendali, membasahi pipi kecil Lira yang masih menangis di pelukannya.

Melihat tatapan Liliana dan Septian terarah padanya, Riana buru-buru menghapus sisa air matanya. Ia tidak ingin terlihat lemah, tidak ingin kedua orang yang ia cintai itu tahu betapa hancurnya dirinya saat ini. Padahal, ia sudah berusaha mengikhlaskan, sudah menyiapkan hati untuk kemungkinan terburuk. Tapi mengapa rasanya tetap begitu sakit, seolah ada belati yang berulang kali ditusukkan ke dalam dada?

“Rin…” suara Septian kembali terdengar, kali ini lebih lembut, seperti berusaha menenangkan. Namun bagi Riana, nada itu justru terdengar seperti penghinaan.

Ia menunduk, menatap Lira sejenak, lalu perlahan menyerahkan bayi itu ke dalam pelukan Liliana. “Iya, tenang saja. Sekarang Lira butuh asimu, Kak. Dari tadi dia tidak berhenti menangis.”

Liliana menerima Lira dengan wajah bingung, tapi ia tidak diam saja. Liliana sekali lagi ingin meyakinkan Riana, ia pun berkata, “Rin, tolong percaya sama aku. Aku nggak mungkin…”

Namun Riana segera mundur selangkah, menghindari sentuhan kakaknya. Sorot matanya basah, tapi kali ini ada ketegasan samar di balik air mata. “Kalian nggak perlu repot menjelaskan lagi. Aku sudah mengerti.”

“Syukurlah,” ucap Liliana pelan, sebelum membalikkan badan dan mulai menyusui Lira.

Sementara itu, Riana mengalihkan pandangan pada Septian. Suaranya terdengar datar, dingin, tanpa emosi, namun justru menohok lebih dalam. “Mas, masih mau di kamar ini dan membantu Kak Lili? Kalau iya, aku keluar dulu.”

Riana langsung berbalik, namun Septian segera mengejarnya. Begitu pintu tertutup, ia mencengkeram lengan istrinya. Saat Riana menoleh, jelas terlihat di matanya hanya ada kebencian untuknya. Septian sulit mempercayai hal itu. Bukankah selama ini Riana begitu mencintainya? Ia rela menjadi ibu rumah tangga, mengurus segala kebutuhannya tanpa bantuan pembantu, bahkan selalu menuruti setiap ucapannya.

Dengan kasar namun penuh rasa takut kehilangan, Septian menarik tangan Riana hingga tubuh kurus itu terperangkap dalam dekapannya. “Sayang, jangan marah lagi, ya. Aku sungguh tidak bermaksud begitu. Ini semua hanya salah paham.”

Dalam pelukan Septian, Riana tertawa hambar. Dulu, pelukan ini selalu ia nantikan. Namun kini, pelukan itu tak lagi memberi rasa hangat. Tubuhnya kaku, sama sekali tidak merespons. Air matanya justru jatuh tanpa suara, membasahi bahu Septian.

“Lepaskan, Mas…” bisiknya lirih, namun tegas.

“Kalau kamu masih marah, aku nggak akan melepaskanmu,” ucap Septian, suaranya bergetar, mencoba terdengar tegas padahal jelas diliputi cemas.

Namun, sikap Riana yang hanya pasrah justru membuat dadanya semakin sesak. Dengan berat hati, Septian akhirnya melonggarkan pelukan, lalu menangkup bahu istrinya. Kedua matanya menatap dalam, seakan ingin meyakinkan Riana dengan tulusnya cinta yang selama lima tahun ini ia buktikan.

“Baiklah… anggap saja apa yang kamu lihat tadi memang bikin kamu ragu. Tapi, Riana, aku sungguh mencintaimu. Aku nggak mungkin ada apa-apa sama kakakmu. Kamu tahu sendiri kan, dulu kami memang dekat, sahabatan sejak lama.” Nada suaranya lembut, penuh harap agar istrinya mau percaya.

Riana tetap diam. Matanya kosong, menolak memberi celah bagi kata-kata itu.

Dengan tergesa, Septian mengangkat dua jarinya, seolah mengucap sumpah. “Aku janji, ini nggak akan terulang lagi. Kalau ngantuk, aku akan langsung kembali ke ruang kerja dan tidur di sana. Oke?”

‘Bahkan kamu nggak bilang kalau akan tidur di kamar kita. Apa benar itu cintamu, Mas?’ batin Riana, getir.

Melihat Riana masih terdiam, Septian kembali mencoba menggapainya. “Riana, kamu ingat kan… hari ini hari aku melamarmu dulu. Sebagai peringatan, ayo kita makan malam di luar. Aku pengen kita mengenang itu lagi.”

Riana terdiam cukup lama. Hatinya masih perih, luka itu masih menganga. Namun saat tatapannya bersirobok dengan mata Septian yang memohon, bayangan awal kebersamaan mereka perlahan muncul, masa di mana cinta itu begitu sederhana dan tulus.

Air matanya kembali jatuh. Bukan lagi karena amarah, melainkan kerinduan pada sosok Septian yang dulu.

“Mas…” bisiknya pelan. “Kenapa kamu selalu tahu cara bikin aku goyah?”

Septian segera meraih tangan Riana, menggenggam erat. “Karena aku nggak pernah ingin kehilanganmu, Sayang. Kamu duniaku. Percayalah, nggak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku.”

Riana menunduk. Hatinya berperang antara logika dan cinta. Namun akhirnya, ia mengangguk kecil, bukan karena pasrah, tapi karena ingin menguji Septian untuk yang terakhir kalinya.

“Baiklah…” ucapnya lirih, nyaris tak terdengar. “Aku ikut makan malam itu, Mas.”

Senyum lega langsung merekah di wajah Septian. Ia menarik Riana kembali ke dalam pelukannya, kali ini lebih lembut, seakan berjanji dalam diam untuk menjaga apa yang hampir berada di ujung tanduk.

"Terimakasih, Sayang," ucap Septian lalu melepas pelukannya dan mencium kening Riana.

Pagi itu semua nampak kembali seperti biasanya. Hingga waktu sarapan datang, Riana sudah selesai memasak nasi goreng menu kesukaan Septian dan menyajikan di atas meja.

“Nasi goreng dengan telur ceplok kesukaanmu, Mas,” ucapnya pelan.

Septian menatapnya sambil tersenyum, lalu mulai menyantap Sarapan itu. Riana ikut duduk di seberang, meski hatinya masih digelayuti rasa was-was yang sulit ia pahami.

Suasana meja makan begitu hening. Hanya denting sendok dan garpu yang terdengar, sampai tiba-tiba suara langkah mendekat dari arah lorong.

Riana menoleh, dan jantungnya seketika berhenti berdetak.

Liliana muncul dari balik pintu kamar dengan rambut masih acak-acakan, wajah tanpa riasan, namun yang paling membuat Riana terperanjat adalah pakaian yang dikenakannya, sebuah camisole tipis berwarna hitam yang jelas-jelas terlalu terbuka untuk dikenakan di depan iparnya sendiri.

Sendok di tangan Riana terjatuh membentur lantai.

Sementara Septian, alih-alih menoleh ke arah istrinya, justru buru-buru mengalihkan pandangan, seakan tak ingin terlihat terlalu memperhatikan Liliana.

Dalam hati Riana menjerit, “Astaga, Kak… apa maksudmu keluar dengan pakaian seperti itu?”

1
Nur Hafidah
emang jodoh riana alif bukan septian sipecundang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: tambah kak, si plin plan, maruk, pengen dua2nya
total 1 replies
arniya
Septian semoga km nanti menyesal....
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: masih plin plan gak jelas dia
total 1 replies
Ariany Sudjana
lupakan laki-laki mokondo itu Riana, kamu harus bangkit dan kejar kebahagiaanmu bersama dr Alif
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: pokoknya Riana harus bahagia ya
total 1 replies
Ma Em
Septian dari awal emang tdk perhatian pada Riana ya sdh Riana lupakan Septian , Riana lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri tdk usah diingat lagi mending bersama dr Alif pasti Riana akan bahagia dan akan diratukan sama dr Alif , biarkan Septian dgn Liliana pasti sama Liliana juga tdk akan beda emang sdh karakter teledor dan masa bodo pasti tdk akan bisa berubah
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa banget karakter septian ini ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
sekarang aja baru menyesal, kemana saja selama ini bos? ya terima saja, kan selama ini memang lebih perhatian sama Liliana, sampai istri sendiri di sia-siakan
Ma Em
Septian kamu emang sdh kehilangan Riana karena dia sdh pergi keluar dari rumahmu dan tdk akan kembali lagi , biarkan Riana bahagia dgn orang lain Septian kamu berbahagialah dgn perempuan pilihanmu si Liliana yg selalu kamu bela dan kamu utamakan daripada Riana , lebih baik Riana dgn dr Alif saja semoga Riana berjodoh dgn dr Alif .
hafiz
lebih baik dgn Alif saja , dripada dengn suami tp lebih mementingkan KK ipar
Ma Em
Jangan angkat Riana sekarang kamu sdh keluar dari rumah Septian jgn pedulikan lagi apa yg terjadi mau Liliana atau Septian sdh tdk usah Riana hiraukan lagi biar saja Liliana bersama Septian , Riana jangan mundur lagi .
Ma Em
Liliana mati saja setelah mati lalu kamu bisa jadi hantu tinggal dirumah Septian , bagus Riana tinggalkan saja lelaki yg plin plan tdk punya pendirian , semoga Riana selalu bahagia setelah berpisah dgn Septian dan makin sukses .
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: 🤣🤣🤣 iya jdi hantu buat septian ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
terima saja Septian, kamu sudah ditinggal Riana. bukannya kamu sudah ucapkan talak ke Riana? ya sekarang bebas dong, tinggal menikah sama Liliana, jadi ga perlu ada drama lagi
arniya
geregetan Septian....
Ma Em
Semoga Septian dan Liliana hdp nya tdk pernah bahagia karena dia sdh merebut kebahagiaan Riana , dan sebaliknya Riana semoga hidupnya dipenuhi dgn cinta dan kebahagiaan .
Ariany Sudjana
ini lagi pelakor, bermulut manis, pura-pura ga tahu kalau Septian suka sama dia, padahal dalam hati suka cita, sudah tidak ada penghalang dalam hubungan dengan Septian
Ariany Sudjana
dasar Septian mokondo, ga paham yah atau amnesia yah, sudah jatuhkan talak, tapi masih minta Riana kembali jadi istri yang patuh? dasar bodoh, apa dia ga tahu, dia sudah dorong Riana sampai kepala bocor, dan harus masuk RS? untung dr Alif datang, kalau ga, mungkin Riana sudah menghadap Tuhan
Ariany Sudjana
akhiri semua drama yang kamu buat Liliana, kan ini yang kamu mau, jadi istrinya Septian dan menyingkirkan adikmu sendiri
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: bangga dia bisa menang
total 1 replies
arniya
Riana semoga dapat yang lebih baik dari Septian
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: katanya mau sama dr alif 🤭
total 1 replies
arniya
lempar batu sembunyi tangan,
arniya
Septian mata nya ketutup apa sih , sampai gk bisa liat yang tulus sm yang cuma pura pura dan ad udang di balik batu.
Bun cie
ayo riana mumpung ada ibu mertuamu kemukakan ttg perceraianmu..pasti di loloskan disupport ibu septi
Bun cie
keputusan yg tepat riana..berpisah ..tinggalkan org2 toksik sekalipu suami dan kakakmu..kamu g sendiri ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!