NovelToon NovelToon
Not Everyday

Not Everyday

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Obsesi / Keluarga / Konflik etika
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Gledekzz

Hidup Alya berubah total sejak orang tuanya menjodohkan dia dengan Darly, seorang CEO muda yang hobi pamer. Semua terasa kaku, sampai Adrian muncul dengan motor reotnya, bikin Alya tertawa di saat tidak terduga. Cinta terkadang tidak datang dari yang sempurna, tapi dari yang bikin hari lo tidak biasa.

Itulah Novel ini di judulkan "Not Everyday", karena tidak semua yang kita sangka itu sama yang kita inginkan, terkadang yang kita tidak pikirkan, hal itu yang menjadi pilihan terbaik untuk kita.

next bab👉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Visi, misi, dan pusing

Gue masih berdiri di depan pagar, napas belum sepenuhnya normal, nggak sengaja liat Mama udah berdiri aja di depan teras. Gue berjalan santai walaupun tatapan tajam Mama kaya laser, hidungnya kembang kempis kayak asap cerobong kereta api.

Begitu Gue berjalan mendekat, Mama langsung mendekat. "Alya! Kamu sudah kelewatan ya! Main pergi aja, tanpa ngomong apa-apa!" suara Mama terdengar marah campur khawatir.

"Ma... aku cuma... jalan sebentar, kok, nggak jauh juga. Sekalian mencari tenaga ekstra, lagian itu semua gara-gara tamu dari Mama." Gue mencoba santai, walaupun jantung Gue rasanya mau meledak liat tatapan Mama.

"Sebentar? Kamu pikir ninggalin tamu begitu aja hal yang sepele gitu? Kamu semakin hari, semakin kurang ajar aja ya? Mama mencarikan kamu jodoh, karena Mama sudah malu dengan usia kamu yang sudah dua puluh lima tahun belum juga menikah. Mama sama Papa udah tua, Alya. Kapan kamu mau menjadikan kami ini seorang kakek atau nenek kalau kamu aja sibuk sama duniamu sendiri?" Mama keliatan banget keselnya.

Papa akhirnya keluar sambil menghela napas. "Biarkan dia jalan-jalan sebentar, Ma. Mungkin Alya lagi gugup, atau lagi menimbang sesuatu. Mungkin juga dia butuh lega sejenak. Lagipula, Darly masih ada di dalam."

Sial, artinya Gue ketemu dengan lelaki itu lagi. Kenapa belum juga balik ke kandang dia sih, udah malem juga. "Jadi... dia masih di dalam, Pa?"

"Ya...," Mama berkata sambil menghela napas panjang. "Mama berusaha menahan dia, supaya kamu sama Darly bisa ngomong berdua. Ini kesempatan bagus, agar kalian bisa lebih deket lagi."

"Ma—"

"Jangan membantah, Alya!"

Gue menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Sial, ini artinya Gue nggak bisa kabur lagi.

Terdengar suara langkah ringan dari arah pintu. Darly muncul, jas biru tuanya masih rapi, rambut klimis, dan senyumnya... pengen banget Gue nutup mata.

"Selamat malam, Alya," kata Darly dengan nada sok ramah tapi berlebihan. "Apa kamu baik-baik saja? Syukurlah jika kamu sudah pulang. Semoga hari-harimu selalu menyenangkan, dan tentunya membuatmu bahagia. Alya, asal kamu tau, jika kita bersama, hal ini nggak akan membuatku terganggu. Kamu akan selalu bebas kemana pun kamu mau. Kamu adalah nyonyanya."

Gue ngeliat Mama yang melototi Gue, seakan berkata, jawab, atau kamu tau akibatnya.

"Ya...," Gue menjawab pelan, berusaha terdengar biasa.

Akhirnya kami masuk ke dalam rumah dan duduk kembali. Darly duduk menyilangkan kaki, dan menatap Gue serius. "Aku ingin kamu tau sedikit tentang diriku. Aku bukan hanya CEO, tapi juga visioner. Aku mengatur segala hal dari A sampai Z, termasuk kehidupan pribadi."

Gue memiringkan kepala. "Segala hal?"

Darly terliat puas. "Ya.... Kalau kamu mau, aku bisa menjelaskan secara detail."

Gue menahan tawa. "Detail? Tolonglah, ini rumah, bukan ruang rapat."

Dia mengangkat bahu. "Prinsip hidup tetap prinsip hidup, Alya. Setiap keputusan harus direncanakan dengan matang. Contohnya, memilih pasangan hidup, kamu dan aku, harus ada strategi."

Gue menelan ludah. Pakek acara strategi hidup? Jadi dia mau bikin proyek bisnis perjalanan gitu? Makin kesini, makin ngelantur nih orang.

Mau ngejawab lagi Gue males, tapi liat Mama udah kayak sorot lampu, nekan Gue. "Oh... jadi maksudmu, kita ini kayak proyek masa depan?"

"Bukan proyek, tapi investasi masa depan," jawabannya serius.

Gue menahan tawa. Sungguh, masa depan Gue kayak saham yang bisa naik-turun tanpa notifikasi kayaknya.

"Alya... dengerin penjelasan Darly." Mama, yang keliatan merasa suasana agak tegang, ikut nimbrung.

"Mama... aku dengerin kok dari tadi. Cuma kalau denger terlalu lama, kepala aku bisa... meledak karena istilah-istilah sahamnya."

Papa begitu aja menepuk bahu Gue pelan. "Cukup, Alya. Jangan buat Darly merasa nggak nyaman."

Darly tersenyum manis. "Aku malahan senang jika Alya bisa berkata jujur, Om. Aku lebih suka yang jujur daripada pura-pura senyum."

Gue menatapnya, dengan perasaan aneh. Sok pamer, tapi entah kenapa... ada sisi yang berbeda dari nih orang. Matanya tajam, tapi menatap penuh perhatian.

"Jadi... Gue ingin tau, Darly. Kamu kan sering ngomongin aset, saham... masa depan. Apa untuk saat ini itu sangatlah penting, untuk di bahas dalam pertemuan pertama kita?"

Dia mencondongkan badannya lagi. "Tentu itu penting, Alya. Kita bisa lebih terbuka dari awal. Apalagi... aku juga tau apa yang penting bagimu. Apa impianmu, apa yang kamu suka... bahkan hal kecil seperti parfum atau lotion."

Gue nyengir tipis. "Kenapa kamu bertanya, jika memang kamu seorang CEO? Belikan aja jika memang aku butuh apapun. Benarkan, Darly?"

Darly mengangguk. "Kamu benar sekali. Tapi bukannya kamu harus tau, detail kecil bisa memberi petunjuk besar, Alya."

Gue menatapnya, masih merasa aneh. Tapi ada sedikit rasa geli. "Wah... CEO yang jeli banget."

Dia tersenyum, menepuk dada. "Aku bukan hanya CEO, Alya. Aku juga mentor hidup. Semua hal bisa jadi pelajaran."

Gue hampir nyengir ngakak. Tapi Gue sadar, ini baru satu jam kami ngomong. Kalau bukan demi Mama, sudah Gue usir nih orang. Mama sama Papa dari tadi hanya senyam-senyum nggak jelas juga liatin Gue. Terpaksa Gue ladenin dulu nih orang.

"Dari tadi sebenarnya aku penasaran satu hal. Apa diluar kalau kamu ngomong harus kayak begini?" akhirnya Gue bertanya secara paksa.

"Selalu. Hidup harus di analis, bukan hanya dijalani. Contohnya, cara aku memilih menu makan siang, nggak pernah sembarangan, semua harus efisien dan berkualitas."

Gue menelan tawa. Jadi dia nanti mau makan, atau audit finansial?

"Alya, Mama dan Papa ada kerjaan sebentar, kamu dan Darly ngobrol berdua aja dulu." Mama sedikit mendekat. "Awas, jika kamu ngomong yang kasar lagi!" kata Mama sedikit berbisik, menekan, dan langsung menarik tangan Papa untuk segera pergi setelah berkata manis pada Darly.

Sedangkan Gue, hanya mengangguk aja, pura-pura patuh.

Darly lagi-lagi menatap Gue serius. "Alya, aku ingin kamu tau... menjadi istri CEO itu nggak setiap hari bisa di dapatkan. Aku menghargai setiap detik yang kita habiskan bersama. Ini bukan sekedar kata-kata manis, tapi strategi hidup kita bersama."

Gue menahan senyum kecut. Lagi-lagi strategi hidup bersama. Ini orang terlalu kepedean, atau gimana sih?

Percakapan terus berlanjut, Gue mencoba bertanya hal-hal santai, tapi Darly selalu balik dengan contoh saham, aset, atau strategi hidup. Gue merasa dia kayaknya terganggu, atau gaya hidupnya memang suka pamer? Kayaknya ada yang nggak beres dengan nih orang.

Tapi setidaknya Gue belajar satu hal, ternyata menjadi istri seorang CEO itu aneh, kalau nikahnya sama dia. Kalau kayak Papa, itu... udah level beda lagi.

1
Susi Andriani
awal baca aku suka
Siti Nur Rohmah
menarik
Siti Nur Rohmah
lucu ceritanya,,,🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!