S2
Ketika dua hati menyatuh, gelombang cinta mengalir menyirami dan menghiasi hati.
Ini adalah kisah Raymond dan Nathania yang menemukan cinta sesungguhnya, setelah dikhianati. Mereka berjuang dan menjaga yang dimiliki dari orang-orang yang hendak memisahkan..
Ikuti kisahnya di Novel ini: "SANG PENJAGA "
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. 🙏🏻❤️ U 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. SP
...~•Happy Reading•~...
Raymond tersenyum dan mengangguk melihat mata Nathania membesar dan basah sambil melihat kotak dan wajahnya bergantian.
Nathania tidak bisa berkata-kata merasakan kasih sayang Raymond padanya. "Saya bisa buka sekarang, Pak?"
"Di rumah saja. Mari aku bantu. Kita pindah ke sana." Raymond mengambil kotak dari tangan Nathania. Kemudian mereka berjalan bersisian sambil Nathania memegang dada untuk menenangkan jantungnya yang berdetak kuat.
Setelah berada di teras, Raymond kembali meletakan kotak di tangan Nathania. "Simpan di dalam. Kalau mau fitting, tolong bilang Bibi bawakan minuman untukku." Pinta Raymond.
Nathania mengangguk, mengerti. Dia segera masuk ke dalam rumah dan tidak lama kemudian, keluar dengan nampan berisi kopi instan dan cemilan yang lain. "Ok. Thanks."
"Thania, kalau mau fitting, tidak usah perlihatkan padaku. Cukup kau dan cermin yang tahu." Bisik Raymond saat Nathania hendak masuk ke dalam rumah lagi. Nathania kembali mengangguk, hatinya sangat penuh sehingga tidak sanggup berkata-kata dan menatap Raymond.
Nathania berjalan cepat ke dapur mencari Bibi Sena. "Bi, saya ada di kamar dan mau sendiri. Pak Rey ada di teras. Tolong beliau, kalau ada perlu sesuatu, ya." Bisik Nathania.
"Iya, Non. Nanti Bibi bantu." Ucap Bibi Sena. Dia tidak kembali ke dapur, agar bisa dengar panggilan Raymond.
Nathania masuk ke kamar dan melepaskan pinta merah dari kotak hadiah Raymond yang dia letakan di atas tempat tidur.
Ketika mengangkat tutup, dia tertegun melihat dress cantik ditata rapi. Dia menutup mulut dengan sebelah tangan sambil melihat berbagai dress mewah berwarna soft tersusun dalam kotak.
Nathania mengeluarkan satu persatu, melihat dan kenakan. Setiap dress meluncur jatuh dan menempel di tubuhnya, seakan dijahit khusus untuknya.
Semua pas pada lekukan tubuhnya, tanpa ada yang perlu diperbaiki. Nathania meneteskan air mata sambil memantaskan empat buah dress berbeda warna dari bahan lembut dan mahal.
Semuanya terasa sejuk menyentuh kulit, sehingga dia menyentuh dress dengan hati-hati dan menahan tangis. Agar air matanya tidak merusak dress yang sedang dikenakan.
Kemudian dia menatap dirinya di pantulan cermin. Rasa takjub dan kagum melihat penampilannya bagaikan seorang model atau artis yang sering tampil di televisi. Semua dress bukan saja pas di tubuh, tapi juga warna kesukaannya.
Setelah memasukkan kembali dress ke kotak dan menutup dengan rapi, dia menangis sambil memegang tutup kotak. Setelah membasahi wajahnya untuk membaurkan tangisan, dia keluar ke teras.
Tanpa ragu, dia berdiri di depan Raymond dan mengatup kedua tangannya di depan dada sambil menahan hati agar tidak menangis lagi.
Raymond memegang tangan Nathania yang terkatup dan mendudukan di kursinya. Kemudian dia menyingkirkan meja dan memutar kursi, agar bisa duduk berhadapan dengan Nathania.
"Ada apa?" Bisik Raymond.
"Terima kasih, Pak."
"O o. Ok. Semuanya bisa digunakan?" Raymond jadi tahu sumber rasa haru Nathania, dress yang dia berikan.
"Iya, Pak. Semuanya pas. Dari mana Pak Rey tahu ukuran tubuh saya?" Nathania menghembuskan nafas kuat, agar bisa berbicara dengan baik dan jelas. Dia sangat penasaran, karena yang diberikan adalah dress bukan tas atau perhiasan.
"Dari pelukan." Raymond menggerakan tangannya seakan memeluk. Hal itu membuat Nathania terkejut dan matanya membulat, seakan tidak percaya. Raymond bisa tahu ukuran tubuhnya hanya dengan memeluknya.
Raymond hampir tertawa melihat raut wajah Nathania. "Ini yang dibilang sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui."
Tanpa diketahui Nathania, bukan saja dari pelukan Raymond tahu ukuran tubuh Nathania. Tetapi sekali pandang dia bisa mengetahui ukuran yang dipakai Nathania, karena itu adalah kebisaannya sejak menjadi model.
"Benarkah, Pak?" Nathania makin penasaran, karena bukan saja ukuran tapi juga model dress sangat cocok untuknya. Tidak terbuka memperlihatkan bagian tubuh tertentu, tapi bisa menunjukan bahwa bentuk tubuhnya ramping dan seksi.
"Kurang lebih seperti itu. Lupakan soal ukuran." Raymond menggerakan tangan agar tidak perlu dibahas lagi. "Yang penting cocok denganmu. Warna mana yang mau kau pakai besok?" Raymond sengaja bertanya, agar dia tahu.
"Oh, iya. Besok saya pakai putih tulang, Pak." Nathania cepat mengerti, Raymond memberikan hadiah itu untuk acara pernikahan dan membiarkan Nathania pilih yang disukai untuk acara penting mereka.
"Ok. Good. Walau private, hanya kumpul beberapa orang, dress code kita sedikit formal." Raymond mengatakan yang dia pikirkan. Agar mereka punya foto yang bisa dipajang dan dikenang.
Nathania hanya bisa mengangguk setuju dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak menyangka itu dipikirkan Raymond. Padahal dia sudah beli sebuah dress saat Raymond mengatakan akan menikah negara di hari Jumat. Tapi tidak mewah dan bahan tidak semahal yang diberikan Raymond.
"Nanti tidak usah kerja apa-apa lagi. Mungkin pagi-pagi atau menjelang siang Pak Jacob dan Pak Samuel sudah tiba di sini...." Raymond menceritakan yang direncanakan untuk acara mereka.
"Iya, Pak.... Semoga aku bisa tidur malam ini." Nathania meneruskan dalam hati agar Raymond tidak khawatir.
Setelah mereka berpisah, Nathania hanya minum susu dan makan beberapa buah apel sebelum masuk ke kamar. Dia mengeluarkan lagi dress warna putih tulang dari dalam kotak, lalu gantung di depan lemari. Sejenak dia memandang kagum dress yang akan dikenakan esok hari di hari bahagianya.
~*
Ke esokan hari : Rumah Nathania mulai sibuk, karena Jacob dan Samuel sudah tiba sejak pagi. Bibi Sena menyiapkan sarapan buat semua, sehingga teras rumah seperti pesta kecil untuk keluarga.
"Muel, orang dari catatan sipil tiba jam berapa?" Tanya Raymond setelah mereka sarapan dan duduk-duduk di teras paviliun.
"Aku minta jam sepuluh. Kalau ada kendala, mungkin setelah Sholat Jumat. Cukup? Atau mau dirubah?"
"Cukup segitu. Jadi masih ada waktu kita ngobrol..." Ucapan Raymond terputus, karena melihat Heri berlari ke arah mereka.
"Ada apa?" Jacob berdiri mendekati Heri, disusul oleh Raymond dan Samuel.
"Lapor, Pak. Di luar ada polisi datang dan minta masuk ...." Heri melapor dengan sikap sigap.
"Buka gerbang dan tangani mereka." Ucap Jacob tegas lalu berbalik masuk ke kamar paviliun. Dengan cepat Jacob mengganti celana panjang dan pakai jacket bomber.
Sambil tangan kanan dalam saku jaket, Jacob berjalan cepat mendekati Heri yang sudah membuka gerbang bersama Bibi. "Ada apa?" Tanya Jacob tenang, karena melihat pangkat salah satu polisi sama dengan Heri.
"Lapor, Pak. Ini polisi dari anti narkotika. Mereka menerima laporan, ada transaksi obat terlarang di sini dan mau lakukan penggeledahan..." Heri memberikan laporan, rinci. Sehingga polisi yang lebih tua memperhatikan Jacob. Dia jadi curiga Jacob adalah atasan Heri, karena Heri sudah menunjukan lencananya.
Mendengar laporan Heri, pikiran Jacob menjalar ke berbagai arah. "Siapa yang berikan laporan?"
"Akan tahu setelah kami geledah tempat ini." Polisi yang lebih muda mau menunjukan kuasanya.
"Berikan pelapornya. Saya akan izinkan kalian melangkah." Ucap Jacob tegas.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
aku curiga ini si belva hamil anak selingkun
ga baik loh marahan lama" sm ortu sndiri😵