NovelToon NovelToon
Crazy Rich Mencari Cinta

Crazy Rich Mencari Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:11M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Mengisahkan seorang crazy rich, Ditya Halim Hadinata yang memperjuangakan cinta seorang gadis dari keluarga biasa, Frolline Gunawan yang tidak lain adalah kekasih keponakannya sendiri, Firstan Samudra.

Ikuti terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 : Pertengkaran berlanjut

Penthouse mewah milik Ditya terasa sepi. Pemiliknya entah menghilang kemana sejak tadi. Tidak lama setelah kepergian keponakannya, Om tampan itu juga ikutan pergi. Meninggalkan Matt dan seorang asisten wanita yang menunggu Frolline tertidur di salah satu kamar di kediaman Ditya Halim Hadinata.

Di dalam kamar, Frolline mulai terjaga dari tidurnya. Mengerjap dan berusaha memyesuaikan pandangannya. Kepalanya sedikit pusing, tidak bisa dipaksa bangun. Begitu kesadarannya mengumpul sempurna, jantungnya berdegup kencang.

Deg—

“Dimana ini? Bagaimana aku bisa berada disini?”

Serentetan pertanyaan mengisi benaknya. Bangkit duduk, seraya mengedarkan pandangannya. Kamar itu lumayan luas, sebagian dikelilingi kaca, mempertontonkan pemandangan gedung pencakar langit. Cantiknya luar biasa.

Perlahan Frolline mengumpulkan kembali kepingan puzzle yang berantakan, setelah puas mengagumi interior kamar tempatnya berada. Saat puzzle itu tersusun sempurna, segera dia berlari keluar setelah memastikan pakaiannya masih utuh sempurna. Tidak kekurangan sedikit pun. Utuh seperti sedia kala, masih seperti saat dia datang dan berkunjung ke rumah atasannya.

Brukk!

Membuka paksa pintu pintu kamar dan mencari sosok yang bisa ditanyainya. Apa yang sudah terjadi padanya, dia harus mencari tahu. Ketika mengedarkan pandangannya, matanya menangkap sosok Matt sedang duduk di sofa ruang tamu.

“Matt, apa yang terjadi?” tanya Frolline seperti orang kebingungan. Tangannya masih memijat pelan pelipisnya yang pusing.

“Nona Frolline tadi tiba-tiba jatuh pingsan,” cerita Matt, dengan tenang. Lelaki itu mahir sekali berbohong, bisa mengontrol napas dan pergerakannya hingga terlihat natural.

“Oh ... lalu dimana Ditya?” tanya Frolline lagi. Kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tidak ada siapa-siapa di penthouse mewah itu. Sepanjang mata memandang hanya dimanjakan dengan interior mewah, lengkap dengan pemandangan ibukota dari ketinggian.

“Tuan muda sedang keluar. Ada sedikit urusan,” sahut Matt, dengan santai. Menyesap jus jeruk yang dipesannya pada asisten rumah tangga.

“Kalau begitu, aku mau pulang saja,” ucap Frolline. Matanya kembali mencari, tas yang tadi ikut bersamanya.

“Apa tidak menunggu tuan muda dulu, Nona. Aku tidak mau disalahkan kalau tiba-tiba Nona menghilang dari kediamannya,” ucap Matt beralasan.

“Aku harus ke rumah kakakku, Matt. Kak Angell mengundangku ke rumah barunya,” jelas Frolline,mengeluarkan ponsel dari tas yang teronggok pasrah di atas sofa. Dia harus menghubungi mamanya, meminta alamat rumah baru kakaknya.

Sudah tidak keburu kalau dia harus pulang ke rumah. Akan lebih menghemat waktu, langsung menuju rumah sang kakak.

Jemari lentiknya dengan lincah bergerak kesana-kemari. Menggores lembut di atas layar ponsel tipisnya. Begitu nama Angella muncul disana, secercah senyum merekah di bibir. Menempelkan gawai itu di telinga, sembari menatap satu persatu detail ruangan yang pasti hasil sentuhan ahlinya.

Bunyi pintu lift mengalihkan pandangannya, bersamaan terdengar pekik nyaring suara Angella yang sudah tersambung.

“Fro, kenapa belum ke tempatku?” tanya Angella terdengar kesal.

“Eh.. Kak, shareloc ya,” pinta Frolline, tatapannya tertuju pada Ditya yang baru keluar dari pintu lift.

“Oke, sebentar lagi ya.”

Frolline mematikan panggilannya, memilih menunggu sang kakak mengirimkan alamat untuknya. Ditya yang menebar senyuman, tampak berjalan menghampiri.

“Kamu sudah terlihat baik-baik saja, Fro. Aku panik sekali saat melihatmu jatuh tadi,” lanjut Ditya.

Frolline hanya mengangguk.

“Pak, aku mau pamit,” ucap Frolline, meraih tasnya dan menggantungkannya di pundak.

“Tung-tunggu Fro, kamu mau kemana?” tanya Ditya, meraih tangan gadis itu dan menahannya supaya tetap bertahan di tempat.

“Kamu mau ke tempat kakakmu?” tanya Ditya, melepaskan cekalan lembutnya dari tangan gadis cantik yang membuatnya menggila seharian ini. Kalau saja tidak ingat prinsipnya, dia sudah akan mengikuti saran Matt. Susah payah menahannya, sampai akhirnya dia memindahkan Frolline dari kamarnya, supaya pikiran buruknya tidak bisa terealisasi.

Dia masih laki-laki, masih tercipta dari darah dan daging. Masih normal seperti lelaki lainnya, dilengkapi Tuhan dengan hasrat dan nafsu. Masih punya sisi buruk meskipun logikanya sudah lebih banyak digunakannya di usianya yang sudah menuju kepala empat.

Ditya sebagai lelaki normal, dia masih bisa tergoda gadis cantik dengan paha mulus dan seksinya. Namun, hanya tergiur saja, sekarang lebih bisa mengontrol akal sehatnya. Mungkin disinilah lelaki butuh memiliki prinsip yang kuat. Kalau tidak, pasti akan jatuh juga.

Namun, dibalik semua itu, dia tidak mau mendapatkan Frolline dengan cara instan. Perjuangan akan membuatnya lebih menghargai. Perjuangan itu juga sebagai bentuk penghargaanya pada wanita yang dianggapnya bukan wanita kebanyakan. Frolline pantas diperjuangkan, bukan dipaksa.

Kalau dia memaksa merenggut Frolline dengan cara termudah, rumah tangganya tidak akan jauh beda dengan rumah tangga keponakannya. Yang terpenting mendapatkan hatinya, bukan mendapatkan raganya. Kalau dia bisa menyentuh hati Frolline, dia akan mendapatkan keduanya.

“Iya, aku permisi,” sahut Frolline, berusaha melepaskan diri.

“Kita pergi bersama. Angell juga mengundangku,” jelas Ditya, menunjuk sebuah rangkaian bunga raksasa yang tergeletak begitu saja di atas meja island yang menyatu dengan ruang keluarga.

Mendengar penjelasan Ditya, langkah kaki Frolline terhenti.

“Angell tinggal disini juga. Kita tidak perlu buru-buru, aku harus berganti pakaian dulu.” Ditya begegas menuju kamarnya dengan senyum tidak lepas dari wajah tampannya.

***

Bunyi bel pintu mengejutkan, dua keluarga yang sedang berkumpul di apartemen Angell. Ada keluarga Gunawan dan Samudra yang sedang mengobrol hangat di ruang tamu.

“Fro, kamu sudah datang?” tanya Angell, pandangannya beralih pada sosok tampan yang berdiri di sebelah adiknya. Tertegun menatap lelaki dengan aroma parfum mahal dan tampilan sederhana berkelasnya.

Ditya terlihat biasa, tetapi kalau dikalkulasikan semua yang menempel di tubuh lelaki itu bisa mendapatkan puluhan atau bahkan ratusan mobil avanza atau jangan-jangan bisa membeli sebuah Bentley GT continental seri terbaru.

“Wanita mana yang tidak tergila-gila padanya. Kalau bukan karena First, mungkin dia juga akan mengantri di barisan terdepan,” batin Angell.

“Om Ditya,” panggilnya pelan,mempersilahkan keduanya masuk. Tersenyum menerima uluran rangkaian bunga raksasa yang disodorkan Ditya untuknya.

Sebagai wanita dan kakak kandung Frolline, kali ini dia mengaku iri hanya dengan melihat punggung kekar itu masuk ke dalam apartemen mewahnya dan lagi-lagi hadiah dari si Om.

“Mami!” pekik Frolline memeluk Marisa begitu sudah bergabung. Marisa tersenyum menyambut, tetapi pandangannya tertuju pada Ditya yang berdiri di belakang putrinya bak seorang pengawal pribadi.

Selesai memeluk sang mami, Frolline menyapa Samudra, lelaki yang biasa dipanggilnya papi sejak dia bisa belajar bicara.

Terlihat dari arah dapur Firstan keluar, dengan nampan berisi cemilan. Senyum dibibirnya meredup saat melihat kehadiran Frolline. Redup itu berubah kesedihan kala menyadari kedatangan Frolline bersama dengan Om-nya, Ditya.

Kesedihan itu berubah jadi amarah saat matanya beradu pandang dengan Ditua Halin, Hadinata. Kalau bisa dia akan mengajak lelaki itu duel maut, bertarung hidup dan mati. Ini mengenai harga dirinya yang diinjak-injak oleh pamannya sendiri. Terlepas Frolline adalah kekasih yang disembunyikan tetapi gadis itu masih berstatus miliknya.

“Aku akan memberi pelajaran kepadanya!!” ucap Firstan dengan penuha amarah, meletakan nampan cemilan itu dengan kasar. Tatapan mata memerah itu jelas menunjukan emosi yang sudah di ubun-ubun.

“Kesini kamu!” Firstan langsung mencekal leher pamannya sendiri, menarik lelaki yang tersenyum pasrah itu menjauh dari kerumunan orang-orang. Terdengar jeritan Marisa yang ketakukan mendapati putranya tiba-tiba beringas.

“First, apa yang kamu lakukan. Lepaskan dia Om-mu!” omel Marisa, berlari melerai keduanya.

“Dia ini lelaki br”engsek, Mi!! Bisa-bisanya dia merendahkan Frolline,” adu Firstan, ditengah kemarahan. Tangannya masih terus menarik paksa kaos mahal Ditya.

***

T b c

Love you all

Terima kasih

1
Nayy
sweet 😍
alin soebank
gemes sama si Flo gak tegas
bibi
lanjut
堅監.
ini season 2 nya Wira sama naina kok ngilang ya 😢 padahal kangen pengen baca baca mereka lagi
堅監.: yahhh tapi gpp, makasih info nya kak author
total 2 replies
Astrii Zahra
menurutku fro ini bukan polos sih, tp tolol.. secara ga langsung jd pelakor di rumah tangga kk nya sendiri
Vivi Zenidar
wkwwkwk satpol PP
kalea rizuky
wah jd karena ini
Khairul Azam
perempuan bego fro ini
yuni
Luar biasa
yuni
Buruk
Ardiansyah Gg
gk bisa move on dari novel ce weti
ngulang baca lagi
Inan
aku suka semuanya... om pram.. ditya.. wira... aku sukaaaa... tp bara aku ngk begitu suka..
Lince Harni
karya yg bagus,sangat memghibur...ini baca ke 3 x...gs bosan2
reza indrayana
masih bingung nichh ..🤔🤔
AlfES
❤❤❤❤❤
Yuliza Angriani
kalau pram kayak kamu dulunya dit,,,, udah mati kamu ditangan pram
Hairiyani Nurul hairiyani
cerita mat sama rania ada gak kak
Sofwan 123 Muhammad
Biasa
Sofwan 123 Muhammad
Kecewa
Tismar Khadijah
banyak kata2 bijak,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!