Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.
Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.
Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Su Qingyue, Sang Bidadari Es
Jauh ratusan mil dari Kota Awan Tersembunyi, di atas sebuah puncak gunung megah yang menembus lapisan awan, berdiri Sekte Pedang Giok. Pagoda-pagoda elegan menjulang tinggi di lereng, dihubungkan oleh jembatan gantung di atas air terjun yang membeku. Para murid berjubah putih terlihat melesat di udara di atas pedang terbang mereka, tampak seperti bidadari abadi. Aura di sini jauh lebih murni dan agung dibandingkan klan keluarga mana pun di dunia fana.
Di sebuah halaman pribadi yang sunyi di dekat puncak, kelopak-kelopak bunga es berjatuhan dengan lembut. Di tengah halaman, Su Qingyue bergerak dengan anggun. Setiap gerakannya dengan pedang giok tipis di tangannya begitu indah namun mematikan, menciptakan hembusan udara dingin yang membuat kelopak bunga es menari-nari di sekelilingnya. Ini adalah Seni Pedang Hati Es, teknik andalan sektenya.
SWISH!
Dengan satu gerakan terakhir, dia menebas tetesan embun di ujung sehelai daun tanpa menyentuh daun itu sendiri. Dia berhenti, pedangnya kembali ke sarungnya, napasnya setenang permukaan danau yang membeku. Kultivasinya di Tahap Awal Alam Pembangunan Fondasi sudah sangat stabil.
"Kakak Senior Su, latihanmu benar-benar luar biasa," sebuah suara penuh kekaguman terdengar dari gerbang halaman. Seorang murid perempuan yang lebih muda, Xiao Ru, masuk sambil membungkuk hormat.
Su Qingyue mengangguk singkat. "Ada apa?"
"Para murid yang kembali dari misi perdagangan di wilayah selatan membawa beberapa berita," kata Xiao Ru, sedikit ragu-ragu. "Salah satunya... sedikit aneh, dan ini tentang Klan Xiao."
Gerakan Su Qingyue untuk menyeka pedangnya berhenti sejenak, hanya sepersekian detik, sebelum kembali normal. Matanya yang sedingin es menatap Xiao Ru. "Lanjutkan."
Melihat Kakak Seniornya tidak tampak marah, Xiao Ru melanjutkan dengan lebih percaya diri. "Mereka bilang ada kehebohan di sana. Seorang murid yang selama ini dikenal sebagai sampah... tiba-tiba menunjukkan kekuatannya."
"Dan murid ini... adalah mantan tunanganmu, Xiao Chen," tambah Xiao Ru dengan suara pelan.
Su Qingyue meletakkan pedangnya di atas rak batu. Dia berbalik, wajahnya yang cantik tidak menunjukkan emosi apa pun. "Apa yang dia lakukan?"
"Menurut rumor, dia menantang seorang murid inti Klan Xiao yang dua tingkat di atasnya, seorang tingkat keenam Pengumpulan Qi, dan mengalahkannya... dengan satu pukulan."
Untuk pertama kalinya, sedikit keterkejutan melintas di mata Su Qingyue. Satu pukulan? Mengalahkan tingkat keenam? Dia tahu betul kondisi Xiao Chen. Dantian-nya seperti saringan. Bagaimana mungkin?
Namun, ekspresinya dengan cepat kembali dingin. "Keberuntungan sesaat, atau mungkin dia menyembunyikan kekuatannya selama ini untuk mencari perhatian setelah aku pergi. Benar-benar membosankan."
Dia berjalan ke tepi halaman, menatap lautan awan di bawah puncak gunung. Dia tahu betul betapa lemahnya Klan Xiao jika dibandingkan dengan Sekte Pedang Giok. Seorang murid inti di sana mungkin setara dengan murid luar di sini. Kemenangan kecil seperti itu tidak ada artinya.
Walaupun dia benar-benar mencapai tingkat keempat atau kelima sekalipun, lalu kenapa? pikirnya dalam hati. Aku sudah berada di Alam Pembangunan Fondasi. Jarak di antara kami sudah seperti langit dan bumi, dan jarak ini akan terus melebar.
Dia lebih merasa terganggu karena nama itu harus sampai ke telinganya lagi. Xiao Chen seharusnya menjadi masa lalu yang sudah ditutup, sebuah kenangan memalukan tentang keputusan keluarganya di masa lalu.
"Qingyue."
Sebuah suara lembut namun berwibawa terdengar. Seorang wanita paruh baya yang anggun, masternya, Tetua Yue, muncul di halaman. Dia melihat ekspresi muridnya yang sedikit terganggu.
"Pikiranmu tidak tenang. Apa yang mengganggumu?"
Su Qingyue membungkuk. "Master, hanya sebuah rumor tidak penting dari dunia luar." Dia menceritakan apa yang baru saja dia dengar.
Tetua Yue tersenyum tipis. "Jalan seorang kultivator dipenuhi duri. Dan duri yang paling sering menjerat adalah ikatan dari masa lalu. Ingatlah, Qingyue, panggungmu bukan di kota kecil yang terpencil itu."
Dia melanjutkan, "Sebulan lagi, Turnamen Tiga Sekte Besar akan diadakan. Jenius nomor satu dari Sekte Api Membara dan putra mahkota dari Paviliun Guntur akan menjadi lawanmu yang sesungguhnya. Kalahkan mereka, dan namamu akan bergema di seluruh wilayah selatan. Itulah jalan yang harus kau tempuh."
Kata-kata masternya menjernihkan sisa keraguan di benak Su Qingyue. Benar. Mengapa dia harus membuang waktu memikirkan seekor semut saat dia ditakdirkan untuk bertarung dengan para naga?
"Saya mengerti, Master. Saya tidak akan mengecewakan Anda," katanya dengan tekad yang baru.
Setelah masternya pergi, Su Qingyue kembali mengambil pedangnya. Kali ini, saat dia berlatih, auranya terasa lebih tajam, lebih dingin, dan lebih fokus. Setiap tebasannya seolah memotong semua ikatan yang tidak perlu dengan masa lalunya.
Xiao Chen... Tiga tahun? Jangan membuatku tertawa, pikirnya saat pedangnya menciptakan badai kelopak bunga es. Dalam tiga tahun, namaku akan dikenal di seluruh Kekaisaran. Saat itu, kau bahkan tidak akan layak lagi untuk menatap bayanganku.
Di atas puncaknya yang agung, sang bidadari es telah membuat pilihannya, sama sekali tidak menyadari bahwa semut yang ia remehkan baru saja mulai menumbuhkan sepasang sayap naga.