Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 ~ Sakit
Pagi ini semua sudah kumpul dimeja makan untuk sarapan pagi , Bunda Zoya terlebih dahulu mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Ayah Syahdan .
" Ayo nak ambilkan untuk suami kamu " , Ujar Bunda Zoya.
Zira menatap bunda Zoya , ia sedikit tercengang karena tidak terbiasa.
" Ayo dek ini kita udah pada nunggu giliran ni " , timpal Bang Ziddan.
Zira mengangguk dan menampilkan barisan giginya yang putih dan bersih . Akhirnya Zira pun mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Gaffi .
" Ini bang " , ucap Zira malu-malu .
" Makasih dek " , balas Gaffi seraya tersenyum manis .
" Ekhem ekhem masih pagi dilarang umbar kemesraan " , dehem bang Ziddan.
" Makanya cepetan nikah bang " , ujar zulfa dan langsung disambut gelak tawa oleh yang lain .
" Anak kecil tahu apa sih soal nikah ? " , balas bang Ziddan seraya mencubit gemas pipi Zulfa .
" Auw sakit tahu " , keluh Zulfa kesal .
" Udah udah ayo makan ! " , lerai Ayah Syahdan dan semua langsung menurut.
Semua sudah mengisi piringnya masing-masing dan sesuai perintah ayah Syahdan semua langsung menikmati makanannya.
Pagi ini Gaffi terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat bahkan ia kehilangan selera untuk makan namun karena sedang dirumah mertuanya Gaffi memaksakan diri untuk makan dan mencoba menghabiskan nya .
Setelah semua menghabiskan makannya , Ayah Syahdan , bang Zidan dan juga Gaffi mereka pergi ke halaman belakang .
Sementara Bunda Zoya dan kedua anak perempuan nya membereskan meja makan.
Tak lama setelah membereskan meja makan , ketiga nya pun menyusul ke halaman belakang , tak lupa bunda Zoya meminta bantuan kepada Zira dan Zulfa untuk membawakan teh hangat dan juga beberapa cemilan untuk menemani mereka santai dihalaman belakang.
Ternyata para laki-laki tengah bersih-bersih dan mencabut rumput liar yang tumbuh dihalaman belakang.
" Wah tumben ni pada rajin ", ujar Bunda seraya menghampiri Ayah Syahdan .
" Yee kita memang rajin Bun " , jawab Ayah Syahdan membanggakan dirinya .
Bunda Zoya terkekeh , dan ia pun langsung ikut membantu Ayah Syahdan.
" Bunda duduk saja bun lagian ini sebentar lagi juga semua beres " , ujar bang Ziddan .
" Gapapa biar cepet selesainya bang " , jawab Bunda Zoya tersenyum.
Bang Zidan dan Ayah Syahdan hanya bisa mengangguk , memang perempuan tidak bisa diam dan seakan mereka tidak ada kata cape .
Sementara Zira dan Zulfa mereka memilih memberi makan ikan-ikan kesayangan bunda Zoya dan Ayah Syahdan.
" Nak kamu sepertinya keliatan kurang bersemangat kenapa ? " , tanya Bunda Zoya yang sedari tadi memperhatikan Gaffi .
" Oh tidak apa-apa bun Gaffi baik-baik aja kok " , jawab Gaffi tersenyum.
" Iya bro kamu cukup duduk istirahat aja disini Jangan ikut-ikutan beresin halaman belakang " , timpal Bang Ziddan yang juga disetujui oleh Ayah syahdan .
" Gapapa santai aja , lagian ga enak kalau cuman duduk " , jawab Gaffi terkekeh.
Zira dan Zulfa hanya memperlihatkan dari jarak yang aga jauh namun samar-samar mereka masih bisa mendengar percakapan yang lain.
" Kak tuh kasih minum buat bang Gaffi , kecapean katanya dia " , ujar Zulfa .
" Dih kan bisa ngambil minum sendiri " , balas Zira yang kembali fokus memberi makan para ikan .
" Ehh cepetan udah sana ! " , timpal Zulfa seraya sedikit mendorong kakak nya .
Akhirnya Zira mengambil satu teh hangat dan ia bawa kepada Gaffi .
" Bang minum dulu " , tawar Zira sedikit malu-malu .
Gaffii menyambut nya dengan tersenyum manis .
" Makasih ya dek " , Gaffi langsung meminum teh hangat yang dibawakan Zira .
" Ekhem ekhem haus banget ni " , dehem bang Ziddan seraya mengelus tenggorokan nya dengan tangan .
" Makanya cepetan nikah jadi ada yang ambilin minum kalau haus " , timpal Bunda Zoya yang juga dianggukan Ayah Syahdan lalu keduanya terkekeh.
" Hmmmm " , bang Ziddan hanya menghela nafasnya panjang lalu ia kembali mengerjakan aktivitas nya .
Zira dan Gaffi mereka hanya tersenyum melihat bang Ziddan diledekin oleh kedua orangtuanya.
Tak berapa lama halaman belakang sudah bersih dan rapi , semua duduk dibangku seraya menikmati teh hangat dan juga beberapa cemilan .
" Maaf semuanya aku masuk ke kamar duluan ya " , pamit Gaffi yang merasa badannya sudah tidak bisa diajak kerja sama.
" Iya iya nak istirahatlah , santai dulu disini pulangnya bisa nanti sore aja" , jawab Ayah Syahdan dan dianggukan oleh bunda Zoya pertanda setuju dengan perkataan suaminya.
Zira hanya memperhatikan Gaffi yang pergi meninggalkan halaman belakang , memang sedari tadi diperhatikan Gaffi terlihat sedikit berbeda tidak seperti biasanya .
" Kak ikutin suamimu , siapa tahu dia butuh sesuatu " , ujar bunda Zoya yang melihat Zira masih duduk .
" Ngapain Bun ? , lagian dia juga sudah besar bisa sendiri kalau butuh sesuatu " , jawab Zira Santai .
" Kak " , ujar Ayah Syahdan.
" Iyah deh iya " , Zira langsung bangkit dari duduknya dan menyusul suaminya ke kamar .
Sesampainya dikamar Zira tidak menemukan Gaffi namun ia bisa mendengar percikan air dikamar mandi mungkin Gaffi tengah bersih-bersih pikirnya .
Tak lama Gaffi keluar dari kamar mandi , ia sedikit kaget mendapati Zira dikamar .
Namun karena kepala nya yang pusing dan ia pun sedikit lemas Gaffi langsung berjalan menuju tempat tidur .
Gaffi membaringkan tubuhnya dan memejamkan kedua matanya .
" Abang kenapa ? , Abang sakit ?" , tanya Zira perhatian.
" Gapapa kok dek Abang hanya sedikit pusing " , jawab Gaffi yang kembali membuka kedua matanya demi untuk menatap Zira .
" Jadi Abang beneran sakit " , timpal Zira panik dan ia langsung mengecek suhu tubuh Gaffi , menempelkan punggung tangannya ke dahi Gaffi .
" Badan Abang juga panas " , panik Zira .
" Abang gapapa kok , Abang cuman butuh istirahat aja sebentar " , jawab Gaffi seraya memaksakan tersenyum.
" Aku minta bantuan bang Ziddan buat telpon dokter ya " , ujar Zira lagi takut Gaffi kenapa-napa.
" Ga usah dek Abang gapapa kok , Abang cuman butuh kamu aja buat nemenin Abang disini istirahat " , jawab Gaffi yang berhasil membuat Zira salah tingkah.
" Tapi bang - " , balas Zira namun perkataan nya langsung dipotong oleh Gaffi .
" Udah gapapa dek , Abang boleh pinjam tangan adek ? " , timpal Gaffi lemas .
Zira dengan refleks langsung memberikan satu tangannya , ia benar-benar kasian melihat Gaffi sakit seperti ini .
" Makasih banyak dek " , ucap Gaffi tersenyum dan Zira hanya mengangguk sebagai jawaban .
Gaffi tertidur seraya menghadap dan memegangi tangan Zira, sementara Zira ia duduk dikasur seraya memperhatikan suaminya , satu tangannya lagi terulur untuk mengelus lembut kepala Gaffi .
" Kasian banget bang Gaffi pasti dia kecapean sampe sakit begini " , batin Zira tak tega .
" Maaf ya bang kalau Zira suka ngerepotin Abang " , batin Zira lagi yang merasa bersalah.
Zira merasakan suhu tubuh Gaffi yang semakin panas , sepertinya Gaffi demam tinggi .
Ingin mengambil kompresan namun satu tangannya dipegang cukup erat oleh Gaffi .
" Bang , aku ambil dulu kompresan ya " , ucap Zira pelan .
" Jangan dek , jangan pergi , kamu disini aja temenin Abang ya " , tolak Gaffi dengan kedua mata yang masih tertutup .
~