Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia, adalah artis cantik A-class. Semua project film, drama,iklan bahkan reality show nya selalu sukses dan terkenal. Namun, menjadi terkenal tidak selalu menyenangkan. Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya. Maka dari itu ketika mendapatkan kesempatan terlahir kembali, Cassia mulai menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis. Ia ingin menikmati hidup yang dulu tak sempat ia lewatkan, dengan caranya sendiri. Bonusnya, menemukan cinta yang menyembuhkan dari CEO tampan, si sponsor utama dalam karirnya.
Ayo klik dan baca sekarang. Ikuti terus kisah Cassia, si aktris kuat ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Pertengkaran di Depan Lobby
...Enjoy the story...
...🌻🌻🌻...
Di depan lobby apartement mewah Cassia. Max baru saja turun dari mobil.
"Pak Max!" teriak Theo terlambat menahan kejadian setelahnya.
Bugh!
Felix meninju wajah Max dari arah samping dengan tiba tiba. Pukulannya tidak terlalu kuat dan meleset, hanya meninggalkan sedikit memar di ujung bibir.
Max tidak marah, apalagi membalas Felix. Toh, tidak terasa sakit sama sekali. Ia hanya balas tersenyum sinis sambil menyentuh sedikit ujung bibirnya.
Justru Theo, sekertarisnya yang terlihat sangat marah, "Anda kurang ajar sekali pak Felix!"
Theo refleks bergerak maju. Dengan satu gerakan cepat, ia berhasil mengunci lengan Felix dari belakang. Theo, sekertaris Max yang serba bisa itu, selain pintar ia juga memang terlatih bela diri.
"Sialan! Lepasin gak! Bosmu itu yang kurang ajar! Ngapain anda kesini, hah?!" teriak Felix kepada Max sambil memberontak, ingin melepaskan diri dari kuncian Theo.
"Sshhh, jangan berisik pak Felix. Teriakan anda mengganggu kenyamanan yang lain. Theo kamu juga, jangan terlalu menyakitinya. Jangan buat keributan di sini." ucapan Max yang datar malah semakin menyulut emosi Felix.
Bahkan, Max dengan tenang mengeluarkan saputangannya, seolah ingin membersihkan sesuatu noda di bibirnya.
Max menahan dirinya menghantam balik Felix, bukan karena takut. Tapi ini semua demi Cassia. Ia tahu Cassia sangat tidak suka keributan, apalagi nanti akan berimbas ke nama aktris cantik itu juga.
Theo mengikuti perintah tuan mudanya, mengendorkan kuncian, tapi tetap menahan Felix agar tidak bisa maju melukai Max lagi. Felix mulai terengah, karena tidak berhasil keluar dari kuncian kuat Theo.
“Jangan sok anda! Cassia itu masih kekasihku, jangan menggodanya. Pulanglah! Yang Cassia butuhkan hanya saya saja.” Felix masih saja teriak teriak, tidak mengindahkan sekitar yang mulai berkumpul mengelilingi mereka.
“Sudah saya bilang pelankan suara anda. Tiga hal yang perlu di koreksi, anda bukan kekasihnya lagi. Anda memiliki tunangan. Lalu...saya kesini karena Cassia yang mengijinkan saya datang.” Nada tenangnya berkebalikan dengan sorot mata menyalang marah dari Felix.
Lagi lagi senyum Max muncul lagi, yang Felix bilang sebagai senyum merendahkannya.
Felix seperti mendapat tiga pukulan telak, pengganti tinju fisik yang seharusnya Max berikan.
”Brengsek kau Maximillian!!”
Max melihat dari ekor matanya ada yang diam diam merekam, ia pun merasa harus segera menyelesaikan situasi yang akan merugikan Cassia ini.
"Pak Felix..... sepertinya anda benar benar perlu belajar mengkontrol tempramen burukmu itu." ucap Max santai, lalu ia memberikan isyarat kecil pada Theo. Dan Max masuk ke lobby tanpa menoleh lagi.
Max berpikir tidak ada gunanya meladeni Felix, ia lebih memilih fokus pada Cassia yang sedang sakit, dan mungkin sudah menunggunya diatas.
Max berdecak kecil, sambil melihat arloji Chopardnya, “Gara gara dia, aku jadi telat 5 menit.”
Tidak sampai 10 menit, Max pun tiba di depan pintu apartement. Max membunyikan bel dengan tenang, menunggu pintu dibuka oleh sang pemilik.
.
.
Cassia terlonjak kecil ketika mendengar suara bel yang ia tunggu.
Ia menelan ludahnya, berdiri lalu berjalan perlahan, karena badannya sudah lemas karena demam dan pusing yang ia rasakan.
Juga, karena Max pria yang ia tunggu akhirnya datang.
Tenang Cassia. Kamu harus tetap stay cool di depan Max, ia mensugesti dirinya sendiri.
Sebelum membuka pintu, Cassia sempat sekilas mengecek bayangan dirinya di kaca dekat entrance.
Pipinya masih sedikit merah karena demam, tapi lip balm yang dipakainya mampu menyamarkan bibirnya yang pucat. Piyamanya juga sudah ia ganti dengan yang lebih rapi..dan lebih imut.
Jangan tanya kenapa, tapi Cassia hanya ingin tampil sedikit cantik meskipun dirinya sedang sakit.
Begitu Cassia membuka pintu, Max langsung menyapanya, "Maaf aku lebih lama dari yang ku janjikan, butterfly."
Cassia menahan napasnya memandang Max yang semakin dilihat semakin menawan.
Wangi maskulin Max yang ternyata sangat ia sukai, jas pria itu yang rapi, dipadukan dengan dalaman turtleneck hitam. Ternyata Max CEO yang mengikuti tren pakaian modern. Lalu Cassia meneliti wajah tampannya yang terlihat tenang—dan ada luka merah kecil di sudut bibirnya.
“Max… bibirmu!” ucap Cassia spontan. Cassia sampai lupa membalas sapaan Max.
“Oh ini. bukan hal serius. Tidak sakit kok. ” Max hanya menatapnya dengan mata hangat, seolah luka itu tidak penting.
”...daripada itu, ternyata kamu ganti baju ya. Imut sekali, aku suka. Dan bibirmu... lebih segar dari tadi di video call.” Max dengan cengiran yang biasa dia berikan ketika menggoda Cassia.
Blush.
Cassia malu karena Max sangat peka dan menyadari perubahan kecil dirinya.
Bagaimana bisa dia tahu, terus kenapa juga malah diomongin sih. Kan bisa pura pura ga sadar. Haish, dia memang sengaja menggodaku terus, batin Cassia.
Cassia pun refleks menyentuh bibirnya. ”A-ah ini.. cuma biar engga keliatan pucat aja kok.” Cassia kikuk malah jadi bicara asal.
Max tertawa kecil, suara bariton Max dan tatapan intens Max membuat Cassia malu, rasanya ingin menutup wajahnya saja. Tapi sekali lagi, Cassia masih mencoba berakting cool.
“Aku senang sekali. Artinya kamu begini untukku kan?” tidak terhitung lagi berapa banyak godaan Max untuk Cassia, membuat wanita cantik itu memutar matanya pura pura kesal.
”Bukan begitu ya!”
Nyebelin banget Max ini, ya Tuhan. Keluh Cassia dalam hatinya karena lututnya jadi semakin lemas karena godaan Max yang tidak ada habisnya.
"Boleh aku masuk?" lanjut Max, ia mengangkat kedua tangannya yang penuh sesuatu–yang tadinya tidak Cassia sadari.
Dua kantong besar berisi makanan, obat, dan barang lainnya untuk Cassia.
Cassia mengangguk, dan mereka berdua pun masuk.
.
.
Kembali lagi ke depan lobby apartement, Felix masih dihadang oleh Theo untuk bisa naik ke atas.
Setelah memastikan tuan mudanya masuk ke dalam guest lift dengan selamat, ia pun melepaskan kunciannya dari tubuh Felix
"Sebaiknya anda pulang saja hari ini pak Felix. Wajah anda berantakan sekali." ucap Theo datar, sekedar memberikan nasihat yang membuat Felix makin kesal.
Ternyata baik Max dan Theo sama saja, punya hobi yang sengaja membuat Felix meradang dengan kata kata tenang tapi berbalut sarkasmenya.
”Kau dan bosmu yang harusnya pulang, dasar sialan! Lihat saja aku akan membuat Cassia mengusir Maximillian brengsek itu.” Felix merapihkan jas dan kemejanya yang sedikit kusut karena kuncian kuat Theo.
Felix buru buru masuk ke lobby dan meminta petugas apartement memberinya akses untuk naik ke atas.
Bersambung
...🌻🌻🌻...
🌻: Hai hai maafin lama update yaa, kalau tidak sehari sekali tapi maksimal 3 hari aku pasti update double kok.
Thanks for staying with Cassia's story