NovelToon NovelToon
KAU DAN AKU DI PANGGUNG TERAKHIR

KAU DAN AKU DI PANGGUNG TERAKHIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Romansa / CEO / Model
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: amariel

Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.

Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.

Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.

Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?

"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAGI SETELAH HUJAN

Pagi itu rumah dinas masih diselimuti sisa embun. Di dapur, Kalle berdiri dengan apron abu-abu dan wajah serius seperti sedang operasi pasien—padahal cuma ngaduk bubur ayam instan. Kompor berdesis, aroma kaldu samar memenuhi udara. Di lantai atas, suara langkah malas terdengar; Sera akhirnya keluar kamar dengan rambut berantakan dan wajah tanpa riasan. Cantik, tapi lelah.

“Udah bangun?” tanya Kalle tanpa menoleh. Suaranya lembut, tapi jarak di antara mereka terasa seperti dinding kaca.

“Bangun karena laper,” jawab Sera pendek. Dia duduk di kursi, melipat tangan, menatap punggung suaminya yang terlalu tenang. Sesaat, ia ingin marah hanya karena Kalle tidak ikut kesal.

Kalle menaruh semangkuk bubur di depannya, lalu duduk berseberangan.

“Aku masak dua versi. Satu polos, satu pedas. Kamu pilih mana?”

Sera mengangkat alis. “Aku nggak suka dua-duanya.”

Tapi dua menit kemudian, sendoknya udah masuk ke mulut. Kalle pura-pura tidak melihat, cuma tersenyum tipis sambil meneguk teh hangatnya.

Mereka tak bicara lama—cuma suara sendok, detak jam, dan diam yang menggantung seperti awan sebelum hujan turun.

Sejujurnya dua hari terakhir, Kalle mulai curiga ada yang “aneh” dengan Sera.

Bukan karena mood swing—itu sudah jadi hal rutin sejak mereka menikah.

Tapi kali ini, Sera benar-benar aneh.

Contohnya pagi tadi.

Saat Kalle lagi baca laporan pasien di ruang tamu, Sera tiba-tiba datang dari belakang, memeluk pinggangnya, dan... mengendus.

“Kamu pakai sabun baru, ya?”

“Nggak.”

“Tapi kok baunya enak banget. Aku pengen tidur di sini aja.”

“Di... punggungku?” muka kebingungannya tampak

“Iya. Wanginya kayak… rumah.”

Kalle cuma bisa diam, satu tangan masih pegang berkas, satu lagi bingung mau melepas tangan Sera yang melingkar erat di pinggangnya.

Sera menempelkan pipinya ke punggung Kalle sambil menggumam,

“Kenapa kamu tenang banget sih? Aku kesel, tapi kangen juga. Nyebelin.”

Kalle tersenyum kecil. “Kamu lapar?”

Sera geleng. “Enggak. Tapi pengen mie goreng jam dua pagi.”

“...itu lapar, Ser.”

“Enggak, itu ngidam.”

Kalle menatap istrinya lama. Dalam hati: Ngidam?

Dia belum berani menebak, tapi insting dokter di kepalanya mulai berkedip-kedip. Satu bulan semenjak kejadian malam panas mereka, sama sekali tak ada pembicaraan antara dirinya dan Sera. Entah untuk saling menjelaskan atau meminta maaf. Semua seperti di biarkan tak ada apa-apa. kalau saat ini Sera mengatakan dia mengidam. Apa ini sebuah kabar baik ?

Tak lama, Bian datang membawa kresek dari warung.

“Permisi, pasangan dunia maya! Aku bawain gorengan—eh,Sera, kok wangi rumahnya kayak parfum Kalle ya?!”

Sera nyengir. “Karena aku lagi suka baunya.”

Bian melongo. “Astaga, ini tanda-tandanya mulai… misterius.”

Kalle mendesah. “Bian, tolong jangan bikin teori konspirasi di rumah saya.”

Tapi malamnya, Kalle mulai memperhatikan gerak-gerik Sera. Mulai dia yang gampang lelah, lebih sensitif, dan mulai sering mual kalau mencium aroma kopi.

Dan di tengah semua itu, ada satu momen sederhana.

Sera tertidur di sofa sembari memeluk tangan Kalle, wajahnya damai—untuk pertama kalinya sejak lama.

**************************

Kalle hampir mengetuk pintu kamar Sera. Namun samar dia mendengar suara percakapan antara wanita itu dan seseorang di seberang telepon. Cukup serius kelihatannya, bahkan mereka sempat menyebut namanya dan bayi.

Telepon dari ibunya terputus.

Sera masih berdiri di tengah kamar, ponsel di tangannya nyaris jatuh. Napasnya pendek-pendek, telinganya masih bergema dengan suara sang ibu yang dingin dan menusuk.

"Kamu jangan hamil dulu, Sera. Jangan rusak hidupmu cuma karena alasan bayi. Pikirkan semuanya matang-matang."

Begitu ia menoleh, Kalle sudah berdiri di ambang pintu. Pandangannya tenang tapi dalam, seolah menembus dinding pertahanan Sera yang mulai retak.

“Sejak kapan kamu di situ?” suaranya datar, tanpa ekspresi. Tangan kirinya terangkat. Menunjukkan benda kecil. Sebuah testpack..!!

"Aku hamil..! Aku tadi ngobrol sama Ibu."

Kalle tidak menjawab, hanya memandang.

Sera mengangkat dagu, menahan gugup dengan nada sinis. “Ya udah, kamu denger, kan? Ini tadi ibu telepon. Kal, aku gak mau hamil. aku gak mau punya bayi ini dan aku gak mau anak dari kamu."

Hening beberapa detik.

Kalle tetap diam. Rahangnya menegang, tapi suaranya masih lembut ketika akhirnya ia bicara.

“Kamu yakin sama ucapanmu ? Ini gak ada kaitannya sama pembicaraan di telepon tadi-kan ?"

“Kenapa? kenapa kesannya kamu seakan menyalahkan ibu ? Di sini aku cuma jujur!” Sera menatapnya tajam. “ Aku belum siap. Aku gak mau semuanya berantakan cuma gara-gara satu malam bodoh. Aku—”

“Bodoh?” Kalle memotong pelan, suaranya makin dalam. “Malam itu kamu bilang kamu percaya sama aku. Sekarang kamu sebut itu kebodohan?”

“Ya, karena memang begitu!” suara Sera pecah. “Harusnya malam itu Aku gak mabuk. Harusnya gak aku biarkan kamu deket. Biar kejadian konyol ini gak pernah terjadi! Sumpah ini tuh bukan kesalahan kamu kok. Murni semua salah aku dan lagi-lagi ini karena aku mabuk."

Kalle menatapnya lama, dan senyum pahit muncul di sudut bibirnya.

“Selama ini aku selalu berusaha ngerti kamu, Sera. Aku ngikutin semua maumu—pernikahan kontrak, jadwal sibukmu, bahkan egomu.”

Ia menghela napas panjang, tatapannya turun sesaat sebelum kembali menatap mata Sera.

“Tapi yang barusan kamu bilang, itu terlalu keterlaluan.”

Sera membuang pandang, rahangnya mengeras. “Terserah apa penilaianmu. Aku cuma ngomong apa yang aku rasakan, Kalle. Gue gak siap jadi ibu. Gue gak mau kehilangan diri gue cuma buat hal yang gak gue mau.”

Kalle mendekat satu langkah. Nada suaranya turun, tapi tiap katanya seperti belati.

“Kamu boleh benci aku, boleh sesali pernikahan ini.Tapi jangan pernah benci anak yang bahkan belum sempat lihat dunia.”

Hening.

Sera diam, matanya panas tapi gengsinya menahannya.

Kalle berbalik, mengambil jaketnya tanpa suara.

“Aku keluar sebentar,” ucapnya singkat. “Sebelum aku ikut ngomong hal bodoh kayak kamu.”

Pintu tertutup.

Sera berdiri sendiri di kamar, menggigit bibir keras-keras. Untuk pertama kalinya, diamnya Kalle justru terasa lebih menyakitkan dari semua kata-kata yang pernah dia dengar.

***************************

Ayu melempar handphonenya dengan muka tegang. percakapan dengan putrinya, Sera. Membuatnya geram.

"Ada apa lagi ?"

Adipati muncul dari balik kamar mandi. Kacamata pria itu sudah di lepas. Tubuhnya sudah akan di baringkan.

"Sera bilang dia hamil. Tadi katanya baru testpack."

Kalimat Ayu barusan membuat Adipati terlonjak kaget. Hamil ? Sera Hamil ? Bagaimana bisa.

"Aku gak mau tahu ya mas. Kamu musti kasih pemahaman sama Sera kalau dia gak boleh melahirkan anak itu. Punya anak kok polos banget sih." gerutu Ayu.

"Kamu.. ini kamu minta aku buat Sera jangan melahirkan bayinya ? kamu mau dia menggugurkannya ?"

"Lalu ? Kamu mau bayi itu lahir ? Gak ya mas, aku gak mau. Hidup Sera di Sukabumi saja sudah cukup sangat menderita. Bian sering bercerita soal keseharian Sera di sana. Sekarang malah di tambah dia hamil."

Tubuhnya dia putar tepat menghadap pada suaminya, Adipati. Jelas sekarang pria itu menangkap kilat kemarahan di mata Ayu.

"Besok kamu ke Sukabumi, mas. Temui Sera..! Bila perlu bawa dia pulang ke jakarta."

1
ukaza
next air
Imam Supriyono
disini karakter ayu lebih dominan .....sera ....kalah jauh ma ayu ibunya.....
ukaza
thanks up nya kak dan di tunggu update terbaru,yg rajin ya Thor up up nya 💜
sukma dewi
/Smile/
ukaza
halo Thor permisi.... tok tok tok, kk air, kapan lanjut
aisyah zahra
menarik bgt
AKU_AIR
😄😄😄😄😄😄
Mertysmart MertySmart
serius nanya thor, sbnernya dulu itu bara beneran cinta sm olive nggak?
Dini Yulianti
tp dsini ga di ceritain kalo si kale punya kakak ya?
ukaza: itu tau jadi jgn banyak ngebahas plis kita nikmatin aja karya air,
(ingat gak harus plek ketiplek kan)
salam damai sejahtera 🤭🙏
total 1 replies
Dini Yulianti
pokoknya jgn ada drama cere aja, cukup sera balas densam aja nanti sama kalle, kalo alurnya sama nanti kaya bara olive
Alleandra_syah
lanjut kak..
Alleandra_syah
ini gundiknya Adipati ada berapa sich....🤭
AKU_AIR: banyakkk🤣🤣
total 1 replies
Mertysmart MertySmart
Smangat thor💪, di tunggu lanjutannya
AKU_AIR
kayanya udah aku revisi deh kak. bab mana lagi yaa
ukaza: revisi lagi tuh part 4, ohya kok blm update terbaru sih kak air
total 3 replies
itsme zepi!
thor, kenapa ada part yg diulang ya? btw, makasih update double2nyaaa💙
AKU_AIR
aah udah ku revisi terima kasih
ukaza
thanks kak air di tunggu up up nya 🔥💪
Dini Yulianti
ko babnya di ulang
ukaza
ini kok kayak isian bab 16 sih Thor?
ukaza
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!