NovelToon NovelToon
Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kultivasi Modern / Perperangan / Dikelilingi wanita cantik / Ahli Bela Diri Kuno / Action
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Employee

Sejak kecil, Anul hanya dikenal sebagai anak yatim piatu tanpa asal-usul yang hidup di sebuah desa kecil. Tubuhnya tak pernah terluka meski dihajar, senyumnya tetap hangat meski dirundung.

Namun, siapa sangka di balik kesederhanaannya tersimpan rahasia besar?
Darah yang mengalir di tubuhnya bukanlah darah manusia biasa. Takdir telah menuliskan namanya sebagai pewaris kekuatan yang mampu mengguncang langit dan bumi.

Dari anak yang diremehkan, Anul akan melangkah menuju jalan bela diri, mengalahkan musuh-musuh kuat, hingga akhirnya menaklukkan Sepuluh Ribu Semesta.

Perjalanan seorang yatim piatu menuju takdir yang tak bisa dihindari pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Employee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Peta Harta Karun?

Di ruangan pribadi milik Anul, tiga cincin tergeletak berjejer di atas sebuah meja kayu. Anul yang duduk menghadap meja itu sedikit menundukkan kepala sembari memperhatikan ketiga cincin itu secara seksama.

"Tidak ada rahasia apapun dari ketiga cincin ini.." desahnya pelan.

Sebulan lamanya waktu yang ia habiskan untuk terus mempelajari ketiga cincin itu, tidak menemukan rahasia apapun di baliknya.

Hal yang ia dapat pastikan hanyalah: ketiga cincin itu terbuat dari bahan yang sama, bentuk yang sama, dan memiliki goresan halus dengan sebab yang sama.

Satu-satunya yang berbeda dari masing-masing cincin hanyalah ukuran diameternya. Jika ketiga cincin itu ditumpuk, maka ketiga cincin itu akan saling mengisi rongganya dengan sempurna, sehingga tidak akan meninggi ke atas.

Lingkar dalam cincin terbesar sangat pas dengan ukuran lingkar luar cincin yang ukurannya menengah. Begitu juga dengan cincin ukuran terkecil; lingkar luarnya bisa mengisi dengan pas lingkar dalam cincin yang berukuran menengah.

Anul mengangkat kepalanya dan menyandarkan punggung ke kursi yang didudukinya—penuh frustasi.

Sembari menutup mata, ia mencoba menenangkan diri. Tiba-tiba kedua matanya terbuka, sudutnya bercahaya dengan senyum manis menghiasi bibirnya. Tampak seperti seorang pertapa yang baru mendapatkan sebuah pencerahan.

"Hehe, sepertinya bisa dicoba..." serunya bersemangat.

Dengan sigap, ia mengambil cincin dengan ukuran terkecil. Di cincin yang terkecil, goresan halus hanya ada di dua tempat yang simetris—pada bagian lingkar luarnya.

Setelah memastikan hal itu, ia lalu mengambil cincin ukuran menengah.

Pada cincin kedua, goresan halus terdapat pada kedua sisi lingkarannya. Posisi goresan halus pada cincin kedua juga simetris, baik pada bagian dalam maupun luar.

Terakhir ia mengambil cincin terbesar dan benar saja, goresan halus di cincin ketiga ini terdapat pada bagian dalamnya dengan posisi yang juga simetris.

Anul kemudian mengambil kembali cincin ukuran terkecil dan menengah. Dengan hati-hati ia memasukkan cincin terkecil ke dalam cincin yang berukuran menengah, ia lalu menggeser posisi kedua cincin itu sesuai dengan posisi di mana goresan halus itu berada di masing-masing cincin.

Klik...

Suara "klik" terdengar ketika kedua cincin itu tepat bertemu pada posisi goresan halus di kedua cincin. Kini kedua cincin itu saling menyilang dengan cincin yang lebih kecil berada di dalam cincin yang lebih besar.

Dengan cara yang sama, ia mengambil cincin terakhir dan memasukkan cincin yang sebelumnya sudah saling menyatu. Suara "klik" sekali lagi terdengar saat posisinya sudah tepat. Ketiga cincin itu kini saling menyatu dengan bentuk hampir menyerupai sebuah bola.

Selain bunyi "klik" pada saat posisi cincin itu sudah sesuai, tidak ada lagi yang terjadi.

Ia lalu menggelindingkan cincin berbentuk bola itu di atas meja.

Ketika tangan kanannya menggelindingkan bola cincin itu, tangan kirinya akan menangkapnya—begitu juga sebaliknya.

Setelah puas bermain dengan bola cincin di hadapannya, ia lalu mencoba membongkar kembali ketiga cincin itu.

Ia membongkar bola cincin itu dengan membalik urutan saat ia memasangnya. Dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya, ia mencoba memisahkan cincin ukuran terbesar dengan dua cincin yang lebih kecil.

Urat-urat di jari dan tangannya menyembul di menembus kulit kuning langsatnya. Ia sudah menggunakan seluruh kekuatan, tapi cincin itu masih belum juga terlepas.

Tanpa ada niat untuk menyerah, ia terus memaksa untuk melepaskan cincin ukuran terbesar itu. Keringat mulai membasahi punggung dan keningnya, nafasnya juga semakin tidak beraturan. Sekuat tenaga ia mencoba, namun hanya menghasilkan kegagalan.

Ia beristirahat sejenak dan mencoba lagi, hanya untuk gagal untuk kesekian kalinya. Jarinya mulai mati rasa. Tidak berhenti, ia lalu mencoba melepaskan cincin ukuran terkecil terlebih dahulu.

Sama seperti sebelumnya, cincin itu tidak mau terlepas!

Sambil terus memaksa, ia mengeluarkan seluruh kekuatan fisiknya.

Karena jarinya yang basah oleh keringat, kedua ujung jarinya kini menjadi licin dan terpeleset. Cincin terkecil yang tadi ia coba tarik secara paksa kini berputar di porosnya.

Putaran cincin itu tidak menunjukkan akan berhenti—malah sebaliknya, cincin itu berputar semakin cepat. Melihat hal itu, ia lalu meletakkannya di atas meja dan mulai memperhatikan dalam diam.

Setelah kecepatan perputaran cincin terkecil tidak menunjukkan tanda akan meningkat, cincin yang di tengah juga mulai berputar perlahan.

Sama seperti sebelumnya, putaran cincin yang di tengah juga semakin lama semakin cepat, disusul oleh cincin terluar yang juga ikut berputar tepat pada saat cincin di tengah mencapai kecepatan putar maksimalnya.

Bola cincin itu perlahan melayang di atas meja ketika cincin terluar mulai berputar.

Setelah cincin terluar mencapai kecepatan maksimal, bola cincin itu sudah melayang setinggi satu jengkal di atas meja. Putaran itu menyebabkan suara mendesis yang mengganggu telinga.

Udara di dalam ruangan seperti tersedot oleh putaran bola cincin itu, menimbulkan pusaran udara yang bisa dilihat dengan mata telanjang.

Fenomena itu berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya ruangan kembali menjadi tenang—dengan bola cincin itu tetap melayang dan berputar.

Anul menatap bola cincin di hadapannya dengan sangat antusias. Perlahan, ada cahaya yang keluar tepat di atas bola cincin itu.

Cahaya itu perlahan menyusun sebuah peta—terlihat kuno dan samar.

Di peta itu, ada tiga benua besar yang ada di dunia ini: Benua Jiwa, Benua Tenaga Dalam, dan Benua Fisik. Di bagian lain dari peta itu tampak bagian dari Benua Fisik yang diperbesar.

Dari gambaran itu ada sebuah tanda silang yang terletak di sebuah wilayah di Benua Fisik yang disebut Pegunungan Tanpa Akhir. Tanda silang itu tepat berada di bagian tengah wilayah Pegunungan Tanpa Akhir.

Perputaran bola cincin yang mulai melemah, tidak disadari oleh Anul yang dengan serius memperhatikan peta yang muncul tepat di atas bola cincin itu.

Tepat pada saat cincin bagian luar berhenti berputar, bola cincin yang tadi melayang mulai bergetar hebat dan ketiga cincin yang menyatu itu kembali terlepas dan terpental ke segala arah—di dalam ruangan pribadi milik Anul.

Anul yang tidak menyadari hal itu tentu saja tidak bisa merespon tepat waktu. Salah satu cincin itu terpental tepat ke arahnya dan hampir membunuhnya.

Pada detik-detik terakhir, ia berhasil menghindari cincin itu, hanya menghasilkan luka gores di lengan kirinya.

Ia termenung, tubuhnya yang sangat kuat bisa tergores dengan sangat mudah!

"Huft, hampir saja!" desahnya lega, mengelus dada.

Bangkit dari tempat duduknya, ia mengambil cincin-cincin yang tertancap di beberapa bagian ruangan itu. Ketiga cincin itu lalu ia masukkan ke dalam saku bajunya.

Untungnya, dengan kekuatan jiwanya yang sudah melalui hampir seribu siklus perombakan, ia sudah mengingat setiap detail dari peta yang muncul hanya dalam waktu sesingkat itu.

Jika tidak, walaupun saat ini ia beruntung bisa menghindari luka fatal, bisa saja ia benar-benar mati saat mengaktifkan kembali bola cincin itu.

Mendengus lega, ia lalu keluar dari ruangannya menuju ruangan milik Biro untuk mengecek kondisi sahabatnya itu setelah sebulan berlatih berdasarkan instruksinya.

1
Hana Chimpanzini Banananini
waspada sosok anul
Hana Chimpanzini Banananini
bang udah bang/Sob//Sob/
Didi h Suawa
awal yang baik
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS): terimakasih sudah mampir dan membaca karya saya 😄👍
total 1 replies
Muffin🌸
Ceritanya menarik, narasinya mudah dimengerti. Semangat berkarya authort. Aku tunggu anul sampai menguasai bumi dan langit 😊
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS): makasih mbak muffin😄
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
woww keren sekali bisa terbelah batu nya setelah ranting kecil itu dimasukkan ke lubang itu
erika eka putri pradipta(ACDD)
pecah gak bg anul cincin nya?
Oksy_K
dipaksa dewasa dan menahan rasa sakit. semangat anullll
@dadan_kusuma89
Masih mendingan Anul ada yang suka, Bir! daripada Lu😁
@dadan_kusuma89
Ternyata benar dugaanku, sekarang Anul telah menjabat sebagai kepala desa baru
@dadan_kusuma89
Nggak bisa, Rum! Mana bisa biro disuruh makan pelan-pelan
@dadan_kusuma89
Awas lho, Biro! kamu jangan godain Arum ya!😁
@dadan_kusuma89
Dugaanku sepertinya kamu akan menjadi kepala desa yang baru, Nul!😁
CumaHalu
malah nangis, kog bisa berhari-hari pingsan masih bisa bangun. kalau orang normal sih udah meninggoy.
CumaHalu
Jadi tetep harus hati-hati ya Nul.
Khalisha
Kenapa banyak yang benci anul padahal kan dia udah banyak Bantu warga desa,
ηιтσ
najisnyo. jauh²/Puke/
ηιтσ
pemikiran anak² mah kdng udh di tanam sma kebencian dri orgtuanya. klo ortunya udh cap anak ini gk baik, anaknya jdi benci. walau sbnrnya konsep anul ini beda, lbh kyk jdi pembanding /Facepalm/
Ff Gilgamesh
memang susah memiliki dua wajah... repot menyembunyikan yang satu
👑Chaotic Devil Queen👑
Karena lu bukan MC 😭🤣
👑Chaotic Devil Queen👑
Heh! Lu itu gak diajak 😭👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!