"Sudah sedari dulu, aku memang hanya pemuas nafsu di ranjang mu, jadi jangan meminta lebih untuk menikahiku, karna aku tak ingin berurusan dengan istrimu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut gadis cantik bernama Diana, ia ikhlas menjadi selir dari seorang Mafia berdarah dingin padahal keduanya sudah menjalin cinta sedari masih duduk di bangku SMA.
Lalu apa alasan yang membuat Diana bisa menjadi simpanan dari pria yang amat mencintainya itu?
Mampukah ia bertahan dengan hubungan yang selalu disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SCSM 19
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Ya udah, kalo lo gak mau jadi pacar gue, biar gue aja yang jadi pacar lo, ok!.. Deal ya?!"
Diana sampai menautkan kedua alisnya dengan tatapan serius dan otaknya kini tentu sedang mencerna perkataan Adam barusan.
"Gimana sih?" tanya Diana.
"Tadi lo bilang gak mau jadi pacar gue, 'kan?"
Diana mengangguk kan kepalanya.
"Ya udah, gue aja yang jadi pacar lo"
"kok gitu, sama aja dong?" protes Diana, ia semakin paham apa yang di bicarakan Adam barusan.
"Ya udah, ribet, 'Kan? mending lo Terima aja karna gue gak pake syarat dan ketentuan" ucapnya lagi yang membuat Diana semakin melongo.
"Maksa banget, males" timpal Diana, ia yang memasang wajah tak suka justru sedang sekuat hati menahan rasa bahagianya, jika saja ia tak malu mungkin Diana ingin melompat saking gembiranya.
"Yuk, pacaran"
"Enggak, aku mau pulang" jawab Diana sambil bangkit dari duduknya.
"Ya udah, kita pacaran di rumah lo sambil di jagain sama calon mertua, gimana?" ucap Adam sembari terkekeh.
Diana yang tersipu malu sampai memalingkan wajahnya yang pasti kini sudah memerah bagai tomat.
Keduanya masuk kedalam angkutan umum berwarna merah, karna tak adanya penumpang lain, jadi Adam tak perlu banyak tingkah seperti tempo lalu.
"Kamu beneran mau kerumahku?" tanya Diana lagi, dari cerita Amel ia tahu jika pria yang kini duduk di sebelanya itu bukan dari kalangan biasa, bahkan orangtuanya termasuk salah satu orang terkaya di kota tempat ia tinggal ini.
"Lah ini gue sama lo, Dee" jawab Adam sambil tersenyum. Detak jantung Diana mulai tak beres jika Adam sudah menunjukkan sisi lainnya yang begitu Lembut dan hangat.
"Kamu sudah lihat rumahku seperti apa, aku harap kamu bisa nyaman"
"Hahaha, di kuburan aja gue bisa betah kalo sama lo" godanya sambil tertawa kecil.
Diana yang memberhentikan angkutan di dekat rumahnya, keduanya hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk sampai di kediaman sederhana yang di tempati Diana juga kedua orangtuanya.
"Assalamu'alaikum" sapa gadis cantik berlesung pipi itu.
"Gada orang?" tanya Adam dirasa tak ada jawaban dari siapapun.
"Ini, aku orang, Dam!" cetus Diana menunjuk dirinya sendiri.
"Mana?" tanya Adam dengan tangan melipat didada.
"Aku orang!"
"Lo? oh gue kira lo itu bidadari" balas Adam yang kini malah tertawa gemas melihat raut wajah menggemaskan Diana.
Receh..
Adam ikut masuk kedalam rumah kontrakan Diana setelah gadis itu mencari-cari kunci di sela-sela tanaman bunga.
"Nyokap lo kemana, gitu? tanya Adam lagi, kini ia duduk di atas karpet depan TV 21inch.
"Belum pulang dari pasar, mungkin.. Aku ganti baju dulu ya"
Adam hanya mengangguk, ia perhatikan rumah Diana yang sepertinya hanya Seukuran kamarnya saja.
Sepuluh menit kemudian Diana keluar dengan hanya memakai kaos oblong putih dan celana jeans selutut, ia yang langsung menuju dapur membuat Adam tak berkedip melihat lekuk tubuh Diana dari belakang yang sungguh berbeda.
"Otak waras gue buyar kalo liat dia" kekeh Adam sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Diana yang sedang membuat minum untuk Adam hanya menoleh saat ia mendengar ketukan pintu yang ia kira itu adalah ibu sambungnya yang baru pulang. Belum sempat ia menghampiri tapi Diana sudah mendengar suara pintu terbuka ditambah dengan sapaan seseorang yang sepertinya terkejut.
.
.
.
.
.
.
Adam?