"Ma... Ma... Papa atu mana? Tata Dindin, Papa atu ladi dipindam ama ante-ante dilang di pelempatan. Matana ndak ulang-ulang," Seru seorang gadis cilik bernama Rachel Helene R dengan mata bulat polosnya.
"Diam, Achel. Mama nanti nanis," seru Ronand Oliver R, yang merupakan kembaran dari Rachel.
Perpisahan antara sepasang manusia yang saling mencintai, membuat dua anak kembar kekurangan kasih sayang terutama dari sang ayah. Diusir oleh mertua karena mengandung bayi perempuan, padahal sang suami belum mengetahui kehamilannya. Tak disangka oleh perempuan bernama Chiara Jane itu jika ia melahirkan anak kembar dan salah satunya adalah laki-laki.
Akankah kedua anak kembar itu bisa kembali menyatukan kedua orangtuanya? Dengan otak cerdasnya, ia berusaha menghalangi orang-orang yang ingin kedua orangtuanya berpisah. Akankah Chiara mau untuk mempertemukan kembali si kembar dan ayahnya? Ikuti kisah si kembar yang lucu dan menyebalkan namun berotak genius hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan
"Ada apa, Ronand? Kenapa kamu datang-datang bisa bilang kaya gitu?" tanya Papa Fabio saat melihat Ronand datang dengan tatapan kosongnya, lebih seperti orang yang sedang ketakutan.
"Mama mana? Kalian cemua mau bawa Mama dan Achel," seru Ronand lagi membuat Papa Fabio kebingungan.
Tadi Ronand tiba-tiba pergi, ternyata untuk mencari Chiara. Namun ia tak menemukan Chiara di depan gerbang kost. Rasa takut menyelimuti pikiran dan hati kecil Ronand. Kedatangan ayah dari Papanya bisa saja untuk mengambil Rachel juga. Ia takut ditinggalkan oleh Chiara dan Rachel.
"Mamamu ada, nanti juga ke sini sama Papamu. Tunggu saja di sini, biar Opa yang temani," ucap Papa Fabio dengan lembut.
"Ndak, boong. Kalian cemua boong. Potokna kembalitan Mama aku. Papa kami cudah menindal," seru Ronand dengan mata berkaca-kaca membuat Papa Fabio kebingungan.
"Bubuk bulu cini," ucap Rachel yang langsung menggandeng kembarannya untuk duduk di sampingnya.
"Mama cuma dipindam bental cama Om danteng. Muta Om danteng yang milip cama abang itu lho. Talo Papa elum menindal, ya tita belcukul. Talo cudah, bialin caja. Achel atan celalu ada di cini. Ndak atan inggal-inggal Abang Onand," lanjutnya menenangkan kembarannya itu dengan celotehan khasnya.
"Ada apa, Ronand? Kenapa kamu nangis?" tanya Bang Tigor yang tiba-tiba datang.
Bang Tigor yang hendak mengajak Ronand dan Rachel untuk sarapan bersama, terkejut melihat ekspresi keduanya. Terlihat seperti akan menangis dan itu jarang Bang Tigor lihat saat di Desa. Apalagi ada orang asing juga di sana.
"Mama peldi cama olang acing," ucap Ronand.
"Cali, Bang Tigol." serunya meminta tolong.
"Butan olang acing, abang. Tapi Om danteng. Ndak batalan Mama ditulik, enang aja udah. Nih... Mending abang jajan comay," ucap Rachel membenarkan ucapan Ronand kemudian memberikan selembar uang berwarna merah kepada kembarannya itu.
Papa Fabio sedikit menjelaskan pada Bang Tigor mengenai apa yang terjadi. Setidaknya Bang Tigor yang sudah dewasa sedikit mengerti tentang kejadian sebenarnya dan tidak berpikiran negatif. Bang Tigor menatap Ronand yang terdiam dengan tatapan kosongnya setelah memahami situasi yang ada. Biasanya Ronand tak seperti ini jika ditinggal pergi Chiara.
"Ronand, Mamamu sedang menyelesaikan masalah orang dewasa. Dia akan aman, Bang Tigor yang akan menjamin itu." ucap Bang Tigor yang mulai segan dengan Ronand ketika tahu bahwa kedua anak ini ternyata dari keluarga kaya. Sedari dulu Bang Tigor sudah menduganya karena wajah terawat Chiara dan bagaimana cara mendidik kedua anaknya itu.
"Kalau ndak ulang-ulang?" tanya Ronand memastikan.
"Nanti kita cari. Biar Opamu ini juga nanti yang hubungi anaknya, minta kembalikan Mama kalian," ucap Bang Tigor dan diangguki kepala oleh Papa Fabio.
***
"Kamu mau bawa aku kemana, Mas? Nanti anak-anak nyariin," seru Chiara yang kesal dengan suaminya. Ah... Mungkin saja sekarang bisa disebut mantan suami.
Julian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia akan membawa Chiara ke suatu tempat. Mendengar Chiara mengatakan tentang kedua anaknya, Julian baru sadar jika sekarang dia sudah memiliki anak. Namun ia tak peduli itu untuk sekarang. Ada Papa Fabio yang akan menjaganya.
"Tenang saja, ada Papa." jawab Julian dengan santainya.
"Rachel sih oke aja, dikasih jajanan juga diam dia. Tapi kalau Ronand? Anak itu hanya mau dekat sama orang yang sudah akrab," ucap Chiara yang geregetan dengan sikap Julian.
"Dia menuruni sifatku, sayang. Papa pasti bisa mengatasinya," ucap Julian dengan santainya.
"Kita harus segera menyelesaikan masalah kita. Ada banyak hal yang harus kita bahas. Terutama saat kamu meninggalkanku dan malah merahasiakan kehamilan itu," lanjutnya dengan tegas.
Chiara hanya bisa meneguk salivanya kasar. Kali ini Julian berbicara dengan nada tegas dan penuh penekanan. Bukan Julian yang tadi merengek dan ngambek karena moment harunya diganggu oleh Rachel. Sejak pacaran sampai menikah, sifat Julian ini yang paling Chiara takuti.
"Apa kamu takut padaku?" tanya Julian tiba-tiba saat merasa jika Chiara menjadi diam setelah mendengar ucapannya. Chiara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Mengalah dan menuruti keinginan Julian, itu yang harus ia lakukan sekarang. Daripada nanti Julian malah mengamuk dan emosinya tak terkendali.
"Kamu harus tahu bagaimana sakitnya aku ditinggal begitu saja. Kamu harus tahu gimana hancurnya aku saat mengetahui kehamilanmu dari oranglain. Bahkan sampai usia kehamilanmu menginjak 7 bulan, aku baru mengetahuinya. Aku sudah seperti suami yang bodoh dan buruk," ucap Julian dengan suara seraknya.
"Kendalikan emosi kamu, Mas. Kamu sedang mengemudikan mobil. Ingat... Ada anak-anak yang masih membutuhkan kita," ucap Chiara saat mendengar suaminya ingin membahas masalah ini di dalam mobil.
Cittt...
Julian tiba-tiba membelokkan mobilnya dan masuk ke halaman rumah yang entah punya siapa. Mobil berhenti, Julian turun dan duduk di atas kap mobil. Tanpa mengajak Chiara, Julian memandang rumah mewah lantai dua itu dengan tatapan kosongnya.
"Mas... Rumah siapa yang kita datangi ini? Ayo pergi, nanti kita diusir kalau penghuninya datang." seru Chiara yang sudah turun dari mobil mengikuti Julian.
"Mas..." panggilnya saat Julian tak menggubris ucapannya sambil menggoyangkan lengan tangan suaminya itu.
"Kamu tahu, Chiara. Rumah ini adalah hasil kerja kerasku untuk pertama kalinya. Rumah yang aku bangun untuk keluarga kecil kita," ucap Julian dengan pelan.
"Ini..."
"Ya, ini hadiah untuk kamu dan anak-anak kita. Tapi kamu malah pergi tanpa penjelasan apapun. Kamu hanya pamit dan memberikan harapan tentang karirku. Tapi kamu lupa satu hal, Chiara." sela Julian kemudian turun dari kap mobil dan berjalan mendekati Chiara.
"Kamu lupa... Kamu lupa bahwa aku tak bisa jauh darimu. Kamu lupa bahwa yang bisa mengendalikan emosiku tuh kamu, bukan oranglain. Kenapa kamu bisa melupakan itu semua, Chiara? Kamu sengaja ingin menghukumku karena hubungan LDR? Kenapa kamu nggak bilang jika Mama terus menekanmu? Kamu anggap apa aku ini, Chiara?" seru Julian mengungkapkan semua unek-uneknya.
Julian sampai mengguncang bahu Chiara. Julian ingin Chiara sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah. Julian ingin istrinya menganggap dia sebagai suami. Tempat pulang dan bercerita keluh kesah. Bukan malah memikirkan diri sendiri kemudian pergi seenaknya.
"Maaf..." ucap Chiara dengan mata berkaca-kaca.
"Aku takut. Mama memintaku menggugurkan kandungan jika sampai anak yang aku kandung itu perempuan. Aku takut, Mas. Aku takut hubungan antara Ibu dan anak hancur karena aduanku. Aku juga takut kamu tidak percaya dengan aduanku. Aku takut... Bingung..." serunya sambil menangis.
"Kamu jauh... Kalau tiba-tiba Mama mencelakaiku bagaimana? Siapa yang menjagaku? Siapa, Mas?" lanjutnya berteriak membuat Julian tersadar.
Bukan hanya dia yang terluka dan ketakutan, namun juga Chiara. Istrinya itu memilih menyelamatkan anak mereka. Chiara tak mau dijauhkan dari anak mereka. Hanya mereka yang menjadi bukti jika suatu saat nanti keduanya bertemu dan dipersatukan kembali.
oma ada saingan tuh cucu super cerewet
kasian opa sakit kepala tuh