0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Frustasi Dalam Diam
...0o0__0o0...
...Drexler membeku di bawah tatapan Lyra. Napasnya berat, dadanya naik-turun cepat. Gadis itu tidak menyingkir sedikit pun, justru semakin mendekat....
...Jarak di antara mereka hampir hilang....
...“Lo pikir cuma lo yang bisa bikin orang kehilangan kendali, Drexler ?” bisik Lyra, matanya berkilat penuh tantangan....
...Cowok itu menatap balik, rahangnya menegang. “Gue nggak main-main, Lyra.”...
...“Gue juga nggak.” Suara Lyra menurun, hampir seperti desiran. “Gue pengin tahu sampai sejauh mana lo bisa tahan.”...
...Drexler mengembuskan napas kasar, satu tangannya terangkat, hampir menyentuh wajah Lyra—tapi berhenti di udara....
...Lyra menatap gerakan itu, lalu dengan pelan menundukkan kepala, membiarkan jarak mereka nyaris tak tersisa....
...Udara di antara mereka terasa berat. Waktu seolah berhenti....
...“Berhenti godain gue,” suara Drexler nyaris serak, penuh peringatan tapi juga keinginan yang sulit di sembunyikan....
...Lyra tersenyum samar. “Terlambat.”...
...Drexler menutup matanya sesaat, mencoba mengatur napas. Tapi detik berikutnya, jemarinya sudah menahan pinggang Lyra agar tak menjauh....
...Keduanya saling menatap—tanpa kata, hanya deru napas dan tatapan yang saling menantang....
...“Lo nggak ngerti apa yang lo mulai, Sweetie” gumam Drexler pelan....
...Lyra mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, bibirnya melengkung. “Mungkin. Tapi gue suka panggilan dari Lo. Dan itu membuat gue semakin gila.”...
...Hening kembali turun, tapi bukan hening yang tenang. Itu hening yang berdenyut—penuh gelora, penuh hal-hal yang tak terucap....
...Tangan Lyra mulai masuk ke dalam balik boxer cowok itu, ragu namun penuh penasaran....
...Drexler memejamkan mata sejenak, mencoba menahan gejolak yang berputar di dalam dirinya. Napasnya terasa berat, hampir tersangkut di tenggorokan....
...Lyra masih di sana, terlalu dekat. Aroma rambutnya, napasnya yang hangat, semuanya membuat batas logika Drexler semakin kabur....
..."Wow, sepertinya sangat besar dan kokoh." Guman Lyra sumringah. Tangan-nya terus meraba dari ujung sampai pangkalnya....
...“Lyra…” suaranya parau, nyaris seperti permohonan. “Jangan bikin gue ngelakuin hal yang nanti bakal Lo sesalin.” Ancaman-nya....
...Lyra hanya terkekeh, tanpa bergeming. “Atau lo takut sama diri lo sendiri, my Ice Boy ?”...
...Pertanyaan itu menusuk dalam, seperti pisau kecil yang tepat menghantam pusat pertahanan-nya....
...Drexler menelan ludah, membuka matanya perlahan. Tatapan-nya kini penuh gairah dan frustasi yang berbaur jadi satu....
...“Lo nggak ngerti, Sweetie” ucapnya perlahan. “Lo nggak tahu gimana rasanya nahan sesuatu yang dari awal harusnya nggak boleh terjadi.”...
...Lyra terdiam sesaat, tapi matanya masih menyala. “Tapi lo tetap ngebolehin itu terjadi, kan ? Kalau bener lo nggak mau, lo udah meng-hentikan gue sedari tadi.”...
...Drexler berpaling, menatap ke arah jendela yang tertutup tirai. Bayangan dirinya tampak samar di sana — sosok dingin yang selalu berusaha tenang, tapi kini mulai retak. ...
..."Ya." Batin Drexler berteriak. "Karena aku tidak pernah bisa matahin binar di mata cantikmu, meskipun aku harus tersiksa."...
...Drexler menarik napas panjang, lalu berkata pelan, “Keluarin, tangan kamu dari sana, Sweetie.” Titah-nya, lebih ke memohon. "Kamu bikin aku hampir gila, Yra." Ucapnya lembut, memelas....
...Drexler benar-benar pening dan frustasi, menghadapi sikap kekasihnya itu....
...“Berani lo nyalahin gue karena itu ?” balas Lyra, suaranya lembut tapi menusuk. Tapi tangan-nya masih bermain-main di balik boxer cowoknya....
...Drexler menatapnya lagi, dalam dan tak berdaya. “No, sweetie." Ia menghembuskan nafasnya pelan. "Mulai sekarang pakai aku, kamu.'' Ucapan'nya lembut....
...Suasana hening lagi....
...Hanya terdengar detak jam di dinding dan napas mereka yang tak beraturan. Dan gairah yang tumbuh diam-diam. Namun berusaha di tahan....
...Dalam keheningan itu, Drexler tahu—apapun yang ia rasakan pada Lyra bukan sekadar godaan. Tapi juga ketakutan. Ketakutan akan kehilangan kendali, ketakutan akan merusak gadisnya yang selama ini dia jaga....
...Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang bahkan tak sanggup di tolak, sekeras apa pun mereka mencoba....
...Rasa sayang dan cinta itu melebur jadi satu. Semakin dalam tanpa perlu di jelaskan oleh kata-kata....
...Lyra mematung di hadapan Drexler. ...
...Udara di antara mereka terasa aneh — campuran antara degup jantung yang belum sempat reda dan rasa canggung yang tak mereka duga akan muncul....
...“Jadi, ini… beneran ?” Lyra memecah hening dengan suara pelan. “Kita udah resmi, my Ice Boy ?”...
...Lyra ngeleg beberapa detik. Dengan mata berkedip-kedip lucu. Namun tangan'nya masih setia di balik boxer Drexler, meng-genggam Junior-nya dengan tenang....
...Drexler menatapnya lama, seolah memastikan kata-kata itu sungguh keluar dari mulut kekasihnya. “Iya, Sweetie” jawabnya akhirnya, singkat tapi pasti. “Kamu pacar aku sekarang.”...
...Lyra tersenyum lebar, tapi senyum itu tak sepenuh-nya tenang. “OMG..!! aku pikir tadi cuma mimpi. Selama ini kita selalu ribut, saling nantang, dan tiba-tiba…”...
...“...tiba-tiba jadi nyata,” potong Drexler pelan, menyelesaikan kalimatnya....
...Keheningan kembali turun....
...Drexler menarik pelan tangan Lyra yang masih anteng di balik boxer-nya. lalu menarik lembut tubuh gadis-nya, memeluknya erat-erat, penuh gemas....
...Cowok itu pikir Lyra udah sadar dengan status barunya, nyatanya gadis itu ngeleg. Sungguh Lyra gadis yang sulit di prediksi oleh akal sehat....
...Malam tampak tenang, tapi tidak junior Drexler. Cowok itu rasanya ingin mengamuk, namun tidak tega. Kepala atas dan bawahnya sungguh pening. Rasanya cenat-cenut....
...Lyra memperhatikan dari bawah, membaca gestur cowok itu. “Kamu nyesel ?” tanyanya tiba-tiba....
...Drexler menunduk cepat, matanya terbelalak sedikit. “Nggak. aku nggak nyesel...” Ia menjeda, mengusap kepala Lyra. “Cuma… aku takut nggak bisa bener-bener bikin kamu bahagia, Sweetie.”...
...Nada suaranya turun, ada kejujuran yang jarang sekali keluar dari dirinya. Wajah Drexler memerah, antara menahan gairah dan juga rasa cinta yang meng-gebu....
...Lyra mendekat, perlahan. “Kamu nggak harus selalu sempurna, Xler. Aku suka versi kamu apa adanya.”...
...Drexler tersenyum samar, tapi matanya masih menyimpan badai. “Masalahnya, Sweetie… aku nggak tahu versi mana dari diriku yang bakal bikin kamu nyaman. Kadang aku terlalu dingin, kadang bisa terlalu overprotektif.”...
..."Kenapa jadi insecure, Hem ?" Bisik-nya. Aku tetap suka kamu... Selama itu Drexler. My Ice Boy Lyra....
...Kata-kata itu membuat Drexler terdiam lama....
...Cowok itu menatap Lyra dengan cara yang berbeda kali ini bukan sekadar ketertarikan, tapi juga rasa takut kehilangan sesuatu yang baru saja dia dapatkan....
...“Kamu yakin bisa bertahan sama aku, Sweetie ?” tanya Drexler setengah berbisik....
...Lyra tersenyum kecil, mendekat sampai jarak mereka hanya sejengkal. “Aku udah bertahan sejauh ini, bukan ?”...
...Drexler mengembuskan napas lega, lalu tangannya akhirnya terangkat, menyentuh pipi Lyra dengan lembut....
...“Kalau kamu jatuh,” ucapnya pelan, “Aku yang tanggung risikonya.”...
...“Dan kalau kamu yang jatuh ?” balas Lyra cepat....
...Drexler tersenyum tipis. “Aku bakal pastiin cuma kamu yang bisa nangkep aku.”...
...Hening itu kembali turun....
...Tapi kali ini bukan karena keraguan. Melainkan karena keduanya tahu, sejak malam ini, perasaan mereka saling memiliki dan menerima apa adanya....
...Cup…!...
...Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Lyra—lembut, namun dalam… terlalu dalam sampai membuat jantungnya berdetak tak karuan....
...“I love you, sweetie. Jangan pernah coba ninggalin aku,” bisik Drexler dengan suara rendah dan penuh perasaan....
...Lyra tersenyum tipis, matanya berbinar kecil sebelum memeluk tubuh kekasihnya erat....
...“I love you more, my Ice Boy.” Balasnya lembut, lalu menambahkan dengan nada jahil, “Selama kamu masih tampan dan kaya, aku nggak akan ninggalin kamu.”...
...Tawa renyah Lyra pecah, dan untuk pertama kalinya, Drexler ikut tertawa lepas—senyum penuh binar yang jarang sekali muncul di wajah dinginnya....
...“Mau minta apa sebagai hadiah, Hem ?” tanyanya lembut sambil mengusap rambut gadis itu. “Kapal ? Mansion ? Villa ? Atau mau aku beliin sekolah sekalian ? Kamu sebut aja, aku kabulin.”...
...Mata Lyra langsung berbinar, dan tanpa sadar ia melonggarkan pelukannya, lalu duduk tegak di sisi Drexler....
...“Kamu yakin mau kabulin semua permintaan ku ?” tanyanya cepat, wajahnya penuh semangat....
...Drexler mengangguk santai. “Tentu. Mau apa, Hem ?”...
...Lyra menatapnya beberapa detik, lalu tiba-tiba meloncat ke pangkuan cowok itu. “Aku mau icip junior kamu,” katanya polos tanpa ragu....
...Drexler langsung melotot....
..."Ap—apa barusan ? Ia tak salah dengar ?"...
...Cetak..!...
...Sentilan kecil mendarat di bibir Lyra, membuat gadis itu refleks memanyun....
...“Kenapa makin mesum, Hem ? Siapa yang ngajarin ?” tanya Drexler datar, tapi suaranya tetap lembut—antara frustasi dan tak percaya....
...Lyra menatapnya sambil menautkan jari di depan dada. “Vika,” jawabnya jujur. “Katanya enak kayak es krim. Aku penasaran, makanya mau nyobain punya kamu.”...
...Drexler tertegun, lalu mengumpat lirih dalam hati. "Mogi… dasar sialan. Tunggu aja pembalasan gue."...
...Cowok itu menatap Lyra lagi, mencoba bersikap tenang. “Sweetie, rasanya nggak enak. Jangan dengerin cewek itu. Kamu di kerjain.”...
...Lyra mengerutkan kening, menatap curiga. “Kok kamu tahu rasanya nggak enak ? Jangan-jangan kamu udah pernah nyobain ?”...
...Drexler mengembuskan napas panjang, mencoba sabar. “Enggak, Sweetie. Tapi percayalah, ceweknya Mogi cuma mau ngerjain kamu.”...
...Lyra mendengus kecil, bibirnya mengerucut. “Ya udah, biar aku yang buktiin sendiri. Biar tahu siapa yang bener.”...
...“No, Sweetie.” suara Drexler lebih dalam, tapi lembut. “Kita cukup ciuman aja, ya ?”...
...Lyra melotot kecil. “No, Drexler! Bibirku udah dower, tau! Aku gak mau dateng ke sekolah besok dengan bibir bengkak kayak abis di sengat tawon ?”...
...Drexler terkekeh, lalu dengan lembut mengusap bibir Lyra yang memang tampak membengkak parah....
...“Nggak akan ada yang berani ngejek kesayangan Drexler,” katanya dengan nada penuh percaya diri. “Kalau ada—aku yang urus.”...
...Lyra mendelik sambil menepuk dadanya. “Bodoh amat, aku tetap mau icip punya kamu.” Ia menatap Drexler dengan berkedip-kedip lucu. "Please, boleh ya, Sayang."...
...Drexler hampir terlena, namun ia mengeras-kan hatinya. Jemarinya masih menelusuri bibir gadisnya perlahan. “Kalau gitu, kamu harus nuntasin sampai akhir.”...
...“Sampai akhiri ?” Tanya Lyra tidak paham....
...“Hem, sampai aku ejakulasi.” Ucap'nya, sambil menatap mata Lyra yang berkilau nakal. "Dan resikonya, bibir kamu akan semakin bengkak... karena junior aku berukuran jumbo." Bisiknya....
...Glek..!...
...Lyra yang paham, langsung menelan ludahnya kasar. Namun rasa penasaran terus menghantui otaknya. Kata-kata Vika berputar di otaknya....
...'Cowok itu kalau di kasih hal yang iya-iya, gak akan bisa lepas dari kita. Apalagi jika kita bisa manjain Tititnya.'...
...Kini Lyra jadi dilema, antara ingin namun tidak mau ambil resikonya. Ia manyun, lalu memeluk erat tubuh Drexler, masih berpikir keras, mencoba cari jalan keluar....
...0o0__0o0...
😌
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂
😉🤭😅