NovelToon NovelToon
DIARY OF LUNA

DIARY OF LUNA

Status: tamat
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Cintapertama / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

"Dunia boleh jahat sama kamu, tapi kamu tidak boleh jahat sama dunia."

Semua orang punya ceritanya masing-masing, pengalaman berharga masing-masing, dan kepahitannya masing-masing. Begitu juga yang Luna rasakan. Hidup sederhana dan merasa aman sudah cukup membuatnya bahagia. Namun, tak semudah yang ia bayangkan. Terlalu rapuh untuk dewasa, terlalu lemah untuk bertahan, terlalu cepat untuk mengerti bahwa hidup tidak selamanya baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TUDUHAN MENYAKITKAN

Bel berdering nyaring, menandakan jam pelajaran terakhir telah usai. Suara kelegaan langsung memenuhi kelas. Bangku-bangku bergeser, tas ransel disampirkan, dan obrolan riang terdengar di mana-mana. Para siswa bergegas mengemasi buku dan peralatan sekolah mereka, bersiap untuk pulang dan menikmati waktu istirahat setelah seharian belajar.

"Baiklah anak-anak, sampai jumpa besok. Jangan lupa kerjakan tugas yang sudah Ibu berikan," Ucap Bu Sarah, guru Biologi sekaligus wali kelas Luna yang langsung melangkah keluar kelas usai membereskan buku-buku dan laptop yang ia masukkan ke dalam tasnya.

"Siap, Bu!" Jawab para siswa serentak, sebagian besar sudah tidak sabar untuk keluar dari kelas.

Begitu Bu Rini menghilang di balik pintu, suasana kelas semakin riuh. Tawa, canda, dan obrolan semakin keras terdengar, menandakan kebebasan yang baru saja diraih setelah seharian terkurung di dalam kelas.

Para siswa berbondong-bondong keluar kelas, memenuhi koridor sekolah yang ramai dengan siswa dari kelas lain yang juga bersiap untuk pulang. Suara langkah kaki, obrolan, dan tawa bercampur menjadi satu, menciptakan suasana yang khas dari jam pulang sekolah.

"MY GOD...!" Pekik Angel.

Sebagian siswa yang masih di dalam kelas, termasuk Luna, menoleh ke arah sumber suara. Angel berdiri mematung di ambang pintu, matanya membulat sempurna, seolah melihat sesuatu yang mengerikan.

"kenapa, ngel?!" Tanya Raisha, sahabatnya, yang berdiri di sampingnya.

"Dompet gue, Sha!" Ujarnya dengan nada setengah meninggi, panik. "Dompet gue, ilang!"

"Whaaaat?!" Ucap Bela, sahabat satunya lagi. "Dompet lo, ilang?! Kok bisa?!"

"Gue juga gak tahu, kenapa bisa ilang." Geleng Angel, raut wajahnya menunjukkan kebingungan dan sedikit frustrasi. Sementara sebelah tangannya sibuk merogoh isi tasnya yang penuh sesak. "Padahal, tadi masih ada di sini," Gumamnya.

Raisha, sahabatnya, menatap Angel dengan tatapan menyelidik. "Lo yakin gak ada di tas?" Tanyanya.

"Beneraaan, Sha! Gak ada."

"Ah!" Bela menjentikkan Ibu jari. "Apa, jangan-jangan..." Matanya menoleh ke arah Luna perlahan. Sontak, semua mata tertuju padanya. "Kan di sini ada yang baru di panggil ke TU karena belum bayar SPP. Atau, Jangan-jangan..."

Luna menelan saliva. Jantungnya berdegup kencang. Ia merasa semua mata menatapnya dengan penuh curiga. Pipi Luna mulai merona merah karena malu dan gugup. Ia tahu betul ke mana arah pembicaraan Bela. "Maksud kamu apa, Bel?"

Angel, Bela, dan Raisha mendekat ke arah Luna, membentuk lingkaran kecil yang mengurungnya. Wajah mereka tegang, penuh rasa ingin tahu dan sedikit curiga.

"Lo kan yang ambil dompet Angel?!" Tuduh Bela dengan nada tinggi, menunjuk Luna dengan jari telunjuknya. Matanya menyipit, penuh percaya diri dan prasangka buruk.

Sontak, suasana di kelas menegang. Langkah-langkah siswa lainnnya yang hendak keluar kelas, mendadak bisu dan memilih berdiam, bahkan sebagian siswa sengaja mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen menegangkan ini. Semua mata tertuju pada Luna, menunggu reaksinya.

"Tolong jangan asal nuduh!" Geleng Luna.

Tanpa permisi, Bela segera menarik tas Luna dengan kasar. Sementara, Raisha dan Angel, meskipun tampak ragu, ikut menahan Luna, mencegahnya untuk merebut kembali tasnya.

"Balikin tas gue!" Teriak Luna, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Angel dan Raisha.

Bela tidak Menghiraukan teriakan Luna. Bahkan, ia membuka paksa tas Luna dan mulai menggeledahnya dengan brutal. Buku-buku, alat tulis, dan barang-barang pribadi Luna berhamburan keluar.

"Kamu gak punya hak buat nggeledah tasku!" Teriak Luna. Ia meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari Angel dan Raisha, namun kedua temannya itu tetap menahannya dengan kuat.

"Oh ya...!" Sebelah lengan Bela sontak mengacungkan dompet berwarna pink bermotif kubisme cream di tengahnya. "Gak berlaku untuk seorang pencuri!" Tandasnya dengan penuh nada kemenangan. "INI APAAA?!"

Semua orang terkejut. Suasana yang tadinya dipenuhi dengan ketegangan dan kesedihan, kini berubah menjadi keheningan yang mencekam. Mata mereka tertuju pada dompet pink yang diacungkan Bela, lalu beralih menatap Luna dengan tatapan penuh tanya dan curiga.

Luna sendiri membeku di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang, seolah ingin melompat keluar dari dadanya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana bisa dompet Angel ada di tasnya?

"Enggak." Geleng Luna. "Aku gak ngambil. bukan aku pencurinya..."

"Lo tuh, ya!" Pekik Angel. "Udah ada bukti, masih aja mau gak ngaku! berani-beraninya lo ambil dompet orang. kalau lo butuh uang, gak gini caranya Lun!" Beber Angel. "Lo bisa bilang ke gue, berapa banyak uang yang lo mau, gue kasih deh!"

"Tapi aku gak nyuri!" Geleng Luna.

"Oke. Kalau lo masih ngelak kalau lo bukan pencuri, terus kenapa... dompetnya Angel ada di tas lo?! ngaku!" Desak Raisha.

Luna menggeleng. "Aku gak tahu."

Angel mendesis. "Dasar lo tuh ya... emang gak tahu malu. Maling, mana ada si yang ngaku!"

"Dasar," Bela tersenyum sinis menatap lurus Luna. "Pen... cu... ri!"

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!