Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Zayden datang
.
Vivian membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kartu itu... dari mana kamu dapatkan?" tanyanya dengan nada tinggi, bercampur rasa penasaran dan iri.
Sharmila tersenyum sinis. "Dari mana pun aku mendapatkannya, itu bukan urusanmu, Vivian," jawabnya dengan nada dingin. Ia lalu kembali menoleh pada pegawai butik. "Gesek!” perintahnya ulang.
Pegawai butik pun mengangguk dan menerima kartu itu lalu membawa ke meja kasir bersama dengan Dewi yang mengikuti di belakangnya.
Beberapa menit kemudian mereka telah kembali, dan pegawai butik menyerahkan kembali kartu hitam kepada Sharmila. "Terima kasih sudah berbelanja di butik kami, Nona,” ucapnya sambil menundukkan kepala.
"Bagaimana sekarang?” Sharmila menatap dingin Vivian sambil bersedekap.
Melihat Sharmila yang tampak begitu percaya diri, bahkan terkesan meledeknya, Vivian semakin panas. Ia mendekati pegawai butik dan berbisik, "Jangan-jangan kartu itu hasil curian! Kalian harus hati-hati, bisa jadi dia penipu."
Pegawai butik itu tampak ragu, namun bisikan Vivian membuatnya waspada. "Maaf, Nyonya Sharmila, tapi kami perlu memastikan keabsahan kartu ini," ucapnya sedikit gugup.
Sharmila menatap dingin ke arah petugas. "Kamu berani meragukan aku? Kamu lebih percaya pada dia?” Telunjuknya mengarah ke wajah Vivian.
Petugas butik menjadi bingung, tidak tahu harus percaya pada siapa.
"Panggil manajer atau pemilik butik ini sekarang juga!" seru Sharmila dengan nada membentak.
Petugas itu yang merasa bimbang, pergi ke dalam untuk memberitahukan kejadian itu pada atasannya.
Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya dengan setelan yang anggun menghampiri mereka. "Ada masalah apa ini?" tanyanya dengan nada berwibawa.
"Nyonya Nadia, wanita ini menggunakan kartu hitam yang mencurigakan. Kami khawatir kartu ini hasil curian," lapor pegawai butik itu, menunjuk ke arah Sharmila.
Wanita itu memeriksa kartu yang diambil dari tangan Sharmila dengan seksama. Matanya membulat. "Ini... ini kartu milik keluarga Pratama!" gumamnya pelan, namun masih bisa didengar oleh semua orang.
Vivian semakin geram. Ia tak menyangka Sharmila bisa mendapatkan kartu hitam dari suaminya. "Tidak mungkin! Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Panggil satpam! Usir dia dari sini!" teriak Vivian histeris.
Sharmila mendengus. "Karena aku adalah istri dari Zayden Pratama! Jika kamu berani melakukan sesuatu yang buruk padaku, apa kamu tidak takut akibat perbuatanmu?” dalam hati Sharmila berbisik, “Semoga Arya tidak tahu aku memakai namanya sebagai senjata."
Pemilik butik itu tampak ragu. Ia tahu reputasi keluarga Pratama sangat terpandang.
Namun, Vivian terus menghasutnya. "Dia hanya istri di atas kertas. Dengan kata lain tidak dianggap. Apa mungkin Tuan Pratama akan memberikan kartu hitam padanya? Dia pasti berbohong! Usir dia sekarang juga!" perintahnya lantang.
"Tapi, Nona," ucap salah satu satpam dengan nada sungkan, "Kami tidak punya bukti itu curian. Kami harus cari bukti dulu."
"Bukti apa? Aku ini artis terkenal dan juga pelanggan VVIP di sini! Kalian harusnya lebih percaya padaku!" balas Vivian dengan nada tinggi.
"Cukup, Vivian!" bentak Sharmila. "Kau ini kenapa sih? Memangnya kenapa kalau aku belanja di sini? Seperti katamu tadi, yang penting mampu bayar! Atau jangan-jangan kau iri melihatku bahagia?"
"Iri? Aku? Tidak mungkin!" sangkal Vivian dengan nada sinis. "Aku hanya tidak suka melihat orang miskin sok kaya! Perusahaan kehabisan dana malah sok-sokan shoping mahal."
"Jaga ucapanmu, Vivian!" balas Sharmila dengan tatapan tajam.
Situasi semakin memanas. Dewi hanya bisa berdiri di samping Sharmila, merasa khawatir dan bingung. Ia tak menyangka acara belanja mereka akan berakhir seperti ini.
“Cepat seret mereka!" teriak Vivian lagi sambil menatap tajam ke arah pemilik butik. “Apa kalian bisa menanggung akibatnya jika ketahuan menerima barang curian?”
"Dengar, ya,” ucap Vivian lagi. "Tuan Muda Pratama itu menikah dengan dia hanya demi proyek. Apa mungkin beliau benar-benar rela memberi kartu hitam? Sedang kalian tahu, Tuan Muda Pratama itu orang yang sangat kejam."
Pada akhirnya pemilik butik terhasut juga dengan ucapan Vivian. Ia pun memerintahkan empat orang satpam untuk menyeret sharmila dan Dewi dari butiknya.
Satpam mulai mendekat ke arah Sharmila dan Dewi, bersiap untuk menyeret mereka keluar dari butik. Dewi menggenggam erat tangan Sharmila, merasa takut dan tidak berdaya.
"Lepaskan kami!Berani-beraninya kalian bersikap lancang padaku!" seru Sharmila dengan nada marah, namun suaranya bergetar.
Sharmila dan Dewi terus meronta, Namun, mereka tentu kalah tenaga dengan para pria berbadan kekar.
"Apa yang kalian lakukan pada istriku?”
Tiba-tiba, sebuah suara berat menginterupsi.
Semua mata tertuju pada sosok pria yang baru saja memasuki butik. Zayden Pratama berdiri di ambang pintu, dengan tatapan dingin dan aura yang mengintimidasi. Beberapa pria berpakaian hitam mengiringi di belakangnya.
Tangan para satpam yang mencekal Sharmila dan Dewi otomatis terlepas.
Vivian terkejut melihat kedatangan Zayden. "Zayden Pratama? Kenapa dia bisa ada di sini?" pikirnya gugup.
Zayden tidak menghiraukan keterkejutan semua orang. Ia berjalan mendekat ke arah Sharmila dan menatapnya datar. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada lembut, serta tangannya memeriksa pergelangan Sharmila.
Sharmila menatap bingung sekaligus senang ke arah Zayden. "Arya? Kenapa kamu di sini?" Dalam hati dia bertanya-tanya bukankah kemarin Arya bilang kalau dia akan pergi ke luar kota. Tapi jujur, dia senang melihat kedatangan Arya.
“Pengawal melaporkan kalau ada yang menindas istriku, mana mungkin aku tidak datang?"
Zayden menoleh ke arah satpam yang masih berdiri di dekat Sharmila. “Berani-beraninya kalian menyentuh istriku dengan tangan kotor kalian!" Sorot matanya menyala oleh amarah yang meluap. "Apa ingin tangan kalian patah?”
Ia sedang berada dalam ruang kerjanya tadi, bergulat dengan tumpukan berkas. Rencana keluar kota diwakilkan pada Joshua. Menanyakan keadaan Sharmila pada Pak Rudi dan mendapatkan berita kalau istrinya sedang keluar.
Bertanya pada pengawal bayangan dan mendengar pertemuan Sharmila dengan Vivian. Dia langsung menduga hal itu pasti terjadi. Berkas di tangan ditinggalkan seketika. Dan berkata pada pengawal, dia sendiri yang akan turun tangan.
"Mila, kalau aku datang bak super hero, apa kamu akan terkesan?" gumamnya sambil tersenyum seorang diri.
Satpam itu tampak ketakutan. "Maaf, Tuan Pratama, kami hanya menjalankan tugas," jawabnya dengan suara bergetar.
"Tugas apa? Menyeret istriku? Kalian sama sekali tidak memandangku, ya?" balas Zayden dengan nada dingin.
Satpam itu terdiam, tak berani menjawab pertanyaan Zayden. Bahkan langsung berlutut saat itu juga. “Ampun, Tuan,” ucap mereka serempak.
Zayden mengalihkan pandangannya ke arah Vivian. "Kau... apa kau sudah bosan hidup di kota ini?" tanyanya dengan nada mengancam.
Vivian menelan ludah. Bukankah mereka menikah hanya berdasarkan kesepakatan? Kenapa Zayden begitu melindungi Sharmila?
“Saya… saya hanya membantu Anda. Takutnya dia mencuri milik Anda,” jawabnya gemetar.
Tersenyum sinis. “Memangnya kenapa kalau dia mencuri? Seluruh kekayaanku adalah miliknya. Atau kamu iri?" tanyanya dengan nada merendahkan.
Vivian tidak bisa berkata apa-apa. Dua tangannya terkepal erat
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣