Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.
Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.
Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.
Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?
Temukan jawabannya hanya di sini
"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Keputusan Darren
Darren memiliki alasan sendiri mengapa dia tidak mau membatalkan pernikahannya. Dari awal, bukan dia yang menginginkan semua ini terjadi, jadi dia akan mengikuti saja alur yang sudah dibuat. Toh, bukan dia yang meninggalkan, jadi mengapa harus repot-repot mengurus perceraian? Begitulah pemikirannya. Sesekali menjadi "jahat" rasanya tidak terlalu buruk.
"Ya sudah, kalau begitu, Abang pulang bersama mami ke Jakarta," ajak Mami Mia penuh harap.
Darren menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tidak pernah mengira bahwa jalan hidupnya menjadi serumit ini.
"Maafkan Ren, Mi," ucap Darren akhirnya, suaranya pelan tetapi sangat tegas, "Ren, nggak bisa ikut Mami pulang sekarang."
Mami Mia menatap putranya itu dengan rasa khawatir yang kentara. "Kenapa, Bang?"
"Benar kata Mami Ren, setidaknya kamu butuh waktu untuk menenangkan diri," timpal Daniel yang sejak tadi hanya diam melihat drama yang terjadi.
Darren menggeleng dan mengalihkan pandangannya. Dia merasa tidak nyaman. "Ren nggak bisa ninggalin rumah ini sebelum tujuh hari," jawabnya, berusaha setenang mungkin.
Darren kemudian menjelaskan alasannya, "Itu tradisi di kampung ini. Mempelai pria nggak boleh pergi dari rumah mempelai wanita sebelum tujuh hari setelah pernikahan."
Mami Mia terdiam sejenak, tampak tenggelam dalam pikiran. "Ya sudah, kalau begitu mami akan menemani Abang di sini," katanya pada akhirnya, menunjukkan tekad yang kuat.
"Memangnya Papi bakalan ngasih ijin, Mi?" tanya Daniel, wajahnya diliputi keraguan. Dia tahu betul betapa bucinnya Papi Baim pada Mami Mia. Dia tidak yakin papinya itu akan setuju membiarkan maminya menemani Darren.
Mami Mia mencebik, sudah bisa menebak jawaban yang akan diberikan oleh suaminya. Terdengar helaan napas kasar, ia merasa kesal dan sedikit lelah menghadapi situasi ini.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya, Ren?" tanya Daniel selanjutnya.
"Entahlah..." Darren menggeleng lemah, pandangannya tampak kosong mengarah jauh ke depan.
*
Di rumah sakit, Pak Haris terbaring lemah di ranjang pasien. Wajahnya pucat pasi, dengan kerutan dalam yang semakin jelas terlihat. Alat-alat medis terpasang di tubuhnya, memantau detak jantung dan tekanan darahnya. Sesekali, dia membuka matanya, tetapi pandangannya terlihat hampa.
Dokter mengatakan, Pak Haris mengalami serangan jantung ringan akibat syok dan tekanan emosional yang berat. Ajeng yang kabur di hari pernikahan benar-benar sangat meruntuhkan mental Pak Haris. Dia merasa malu, kecewa, dan bersalah. Impian untuk melihat putri sulungnya bahagia menikah dengan pria yang dianggapnya layak, kini musnah akibat kelakuan anaknya sendiri.
Ibu Hasna setia mendampingi suaminya di sisi ranjang. Ia menggenggam erat tangan Pak Haris, mencoba memberikan kekuatan. Air mata terus mengalir di pipinya, tetapi ia berusaha tetap tegar demi suaminya. Ia tahu, Pak Haris sangat terpukul dengan kejadian ini.
Pak Haris menggeleng lemah, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Tega sekali anak itu mempermalukan orangtuanya seperti ini," ucapnya pelan.
Papi Baim, yang masih berada di sana, berusaha menghibur besannya. Dia menepuk pundak Pak Haris dengan lembut, mencoba mengurangi beban pikiran yang tampak jelas di wajahnya.
"Pak Haris, tenanglah. Saya tahu ini sangat berat bagi kita, Tapi, jangan terus menyalahkan diri sendiri," kata Papi Baim, dengan ekspresi prihatin.
Pak Haris menoleh dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana mungkin saya tidak menyalahkan diri sendiri, Pak Baim? Ajeng tega sekali melakukan hal bodoh. Nak Darren pasti hancur dan sakit hati. Saya sangat malu padanya, juga pada keluarga Anda.... Saya benar-benar minta maaf." Pak Haris lantas menceritakan bagaimana perjodohan itu bisa terjadi.
"Nak Darren pemuda yang baik. Sikapnya ramah dan santun. Saya bahkan menganggapnya seperti anak sendiri. Berkali-kali ditimpa masalah, tetapi dia begitu tegar menghadapinya. Itulah yang membuat saya terkesan, sehingga timbul niat menjadikannya menantu."
"Saya sangat bahagia ketika mereka berdua menyetujui perjodohan itu. Tapi, sungguh saya tidak menyangka anak saya sendiri justru yang berkelakuan buruk. Tolong, maafkan kami. Sebagai orang tua, saya benar-benar sangat malu dan kecewa." Pak Haris berkata dengan terbata-bata. Hatinya sangat perih.
"Pak Haris, saya mengerti bagaimana perasaan Anda." Papi Baim menghela napas panjang. "Maafkan juga atas sikap istri saya, Pak Haris, Bu Hasna. Itu semua dilakukannya karena ia terlalu menyayangi anaknya. Tapi, yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan bijak."
*
Meskipun masih lemah, Pak Haris bersikeras untuk segera pulang. Dia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit, dia ingin segera ingin menyelesaikan masalah ini agar tidak berlarut-larut dan mencari keberadaan Ajeng serta alasan mengapa tega meninggalkan pernikahannya.
Kedatangannya disambut oleh beberapa kerabat yang masih berada di sana. Wajah mereka dipenuhi kekhawatiran dan bisik-bisik cemas. Mereka berkumpul di ruang tengah, membicarakan kelanjutan status Darren di tengah situasi yang memalukan ini.
Pak Haris, dengan suara lemah, bertanya pada Darren, "Nak Darren, apa kamu ingin membatalkan pernikahan ini?"
Darren menatap Pak Haris. Matanya masih menyimpan kesedihan yang mendalam, tetapi ada tekad yang kuat di sana. "Tidak, Pak," jawabnya tegas. "Saya sudah memutuskan untuk tidak membatalkan pernikahan ini."
Semua pandangan tertuju pada Darren setelah mendengar jawabannya. Papi Baim mendekat dan memeluk putranya. "Kamu yakin, Nak? Ini bukan keputusan yang mudah."
Darren mengangguk. "Ren tahu, Pi. Di sini bukan Ren yang meninggalkan Ajeng. Jadi, Ren ingin tahu apa alasannya meninggalkan pernikahan ini. Ren akan menunggunya sampai ia kembali."
Melihat keteguhan hati Darren, keluarga akhirnya mengerti dan menghormati keputusannya. Mereka tahu, Darren adalah pria yang kuat dan penuh pertimbangan. Dengan berat hati, akhirnya Papi Baim dan keluarga memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Namun, mereka berharap agar masalah ini bisa segera menemukan titik terang.
Sebelum pergi, Papi Baim berkata pada Pak Haris, "Tolong jaga putra kami Darren baik-baik ya, Pak Haris. Kami, mempercayakannya pada Anda."
"Tentu, Pak Baim. Nak Darren adalah tanggung jawab kami sekarang," jawab Pak Haris sambil mengangguk mantap.
Mami Mia dan Bu Hasna saling berpelukan dan meminta maaf satu sama lain.
*
Keesokan harinya, suasana rumah Pak Haris dan Bu Hasna terasa begitu lengang. Padahal, baru semalam rumah itu ramai dengan pesta meriah. Darren keluar dari kamarnya.
"Sepi sekali," gumam Daren lirih.
Dia lalu melanjutkan langkahnya menuju teras dan duduk di salah satu kursi. Pandangannya tertuju pada seorang gadis mungil yang sedang menyapu halaman. Hijabnya melambai-lambai tertiup angin.
"Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihatnya?" batin Daren bertanya-tanya.
Merasa diperhatikan gadis itu pun menoleh, lalu mengangguk dan tersenyum ramah pada Darren. Kemudian ia berjalan mendekat. "Selamat pagi, Mas," sapanya lembut.
Daren sedikit terkejut. "Pagi," jawabnya ragu. "Kamu... siapa?" tanyanya kemudian.
"Perkenalkan saya Niken, adiknya Mbak Ajeng," jelas gadis itu, senyumnya tak luntur wajah manisnya membuat Darren terkesima.
"Adiknya Ajeng...?"
Jreng jreng jreng....
.
.
.
Hari ini up doble lagi, karena kemaren memang sengaja nggak up doble karena nunggu kalian yang pada numpuk bab biar gak kebanyakan tapi ternyata... 🤧
Terimakasih, atas kerjasananya untuk tidak menumpuk bab dalam membaca🤗
itu menurutku doang lho yaaa, ...🏃♀️🏃♀️🏃♀️