Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Panas 2
Tamara menghampiri Jack, karena pria itu keluar begitu lama.
"Jack, ada apa? apa terjadi sesuatu?" tanya Tamara.
Jack yang mendengar suara Tamara segera memalingkan pandangannya. Tadinya dia benar-benar terlihat kesal melihat bagaimana Maira akrab dengan bartender di bar itu.
"Tidak, masuklah. Yang lain pasti menunggu kamu. Aku akan pesan minuman yang tidak beralkohol!" kata Jack yang memang harus mengemudi dan tidak ingin mabukk.
Tamara mengangguk.
"Maaf ya, tadi Arman yang pesan minuman. Dia tidak tahu kalau kamu tidak punya supir. Jadi yang dia pesan minuman yang..."
Jack menggelengkan kepalanya perlahan.
"Tidak masalah!" kata Jack sedikit menyela. Dia sungguh tidak ingin wanita cantik di depannya merasa bersalah.
"Kalau begitu, aku masuk duluan ya!" kata Tamara meninggalkan Jack.
Ini hari ulang tahunnya, teman-temannya saat kuliah datang semua. Termasuk Jack, dan juga beberapa teman lain yang memang sudah sangat sukses dalam bisnis mereka. Rasanya memang tidak enak, kalau dia meninggalkan yang lain dalam waktu yang lama.
Sedangkan Jack, dia berjalan ke arah meja bar. Dimana Maira sama sekali belum menyadari keberadaan pria itu disana. Siapa yang akan mengira seorang dosen akan pergi ke tempat seperti itu. Meski itu bisa di bilang bar kelas atas. Tapi Maira sama sekali tidak menduga dosennya akan ada disana.
"Bagaimana rasanya, kak?" tanya Maira penuh harap pada Jonathan.
Maira sungguh berharap minuman yang dia buat itu tidak mengecewakan. Akan sangat disayangkan kalau semua bahan mahal itu sia-sia di tangannya.
Jonathan mencoba minuman itu.
"Ini luar biasa!"
Jawaban Jonathan membuat Maira tersenyum sangat lebar.
"Benarkah? untunglah. Aku tidak menyia-nyiakan semua minuman mahal ini!"
Keduanya terkekeh bersama, sampai Jonathan menawarkan minuman itu pada Maira.
"Mau coba?" tanya Jonathan sambil menyodorkan gelas cocktail itu di depan Maira.
Wajah Jack semakin terlihat kaku. Dan garis rahang pria 30 tahun itu terlihat jelas.
Mata Maira melebar, dia belum pernah minum minuman beralkohol seperti itu.
"Itu kan ada alkoholnya, nanti kalau mabukk?" hanya Maira polos.
Jonathan terkekeh. Dia tidak bisa menahan tawanya, gadis di depannya itu benar-benar sangat polos.
"Satu teguk, tidak akan membuatmu mabukk!" lanjutnya masih menahan tawa.
Maira ikut terkekeh. Dia merasa, pasti dia sangat terlihat konyol di depan Jonathan.
"Satu Dark Stormy!" kata Jack yang langsung duduk di kursi yang ada di depan meja bar.
Dia sudah tidak tahan lagi jadi penonton, interaksi yang begitu menyenangkan antara istrinya dan seorang bartender yang terlihat lebih muda darinya itu.
Maira yang merasa suara itu familiar di telinganya segera menoleh. Melihat Jack di depannya, Maira nyaris saja menjatuhkan gelas minuman tangannya.
Tak
Untung gelas itu lebih dekat dengan meja daripada lantai.
"Tuan" gerakan mulut Maira tanpa suara menyebut kata itu.
Jack menatap Maira dengan sangat tajam.
"Tidak dengar?" tanya Jack.
Sebenarnya dia tidak sedang bertanya, dia sedang marah.
Jonathan yang melihat Maira panik. Segera berdiri di depan wanita itu. Sedikit menarik tangan Maira supaya dia bergerak ke belakang.
"Dengar! sebentar saya buatkan!"
"Aku mau dia yang buatkan!" kata Jack sambil menunjuk ke arah Maira.
Maira terkejut, tapi itu lebih membuatnya pucat. Dia tidak tahu cara membuat minuman yang dipesan oleh Jack.
'Kenapa dia disini sih? kenapa dia minta aku buat minuman itu juga? bagaimana ini?' batin Maira.
Dia berpikir, Jack tidak mungkin mengetahui pekerjaan patuh waktunya. Tempat lain mungkin saja akan di kunjungi oleh Jack. Tapi Maira sangat yakin Jack tidak akan pernah datang ke tempat seperti ini. Tapi kenyataannya, pria itu duduk di hadapannya.
"Dia hanya membantu di bar ini, dia..."
"Biar dia yang buat!" kata Jack bersikeras.
Maira menggigitt bibir bawahnya. Dia sungguh tidak tahu, apa alasan Jack bersikeras seperti itu. Apa dia sedang membuat masalah untuknya atau Jonathan. Tapi karena Maira pikir, Jonathan juga bekerja di tempat ini. Dia tidak boleh membuat masalah untuk Jonathan.
Maira menarik ujung lengan kemeja yang dipakai oleh Jonathan.
"Kak, ajari aku. Biar aku yang buatkan!"
Jack mendengar itu.
'Dia bahkan bicara dengan sangat akrab. Padaku, dia bilang 'saya'. Pada pria ini dia bilang 'aku'!' Jack sepertinya memang kesal.
Jonathan pada akhirnya mengangguk, dan mengajari Maira. Ketika mereka berada agak jauh dari Jack. Jonathan yang merasa aneh dengan sikap pelanggannya itu bertanya pada Maira.
"Kamu kenal pria itu?" tanya Jack.
Dengan wajah sedikit memelas. Maira menjawab pertanyaan Jack itu.
"Dia dosenku!"
Jonathan menaikkan kedua alisnya. Sekarang dia mengerti, dia sekarang paham. Kenapa pria itu sedikit bicara dengan nada tegas seperti itu pada Maira.
"Dia tidak tahu aku bekerja di klub. Dia pikir aku kerja di minimarket yang buka 24 jam" jelas Maira lagi.
Jonathan semakin paham. Rasanya semua makin masuk akal. Mungkin dosen Maira terkejut. Ada mahasiswinya yang bekerja di tempat seperti ini.
Tapi menurut Jonathan. Tidak ada yang salah juga dengan pekerjaan seperti ini. Maira hanya bekerja, dan klub ini bersih. Tidak menyediakan hal selain pekerjaan yang terverifikasi.
"Aku bantu jelaskan pada dosenmu!" kata Jonathan yang terlihat sangat perduli dengan Maira.
Maira mengangguk senang. Dia memang butuh bantuan seseorang yang bisa menjelaskan pada Jack.
Minuman pesanan Jack sudah selesai dibuat, Maira mengantarkan minuman itu telah di atas meja, di depan Jack.
"Ini minumannya tuan!" kata Maira dengan sopan.
Jonathan segera menghampiri Maira.
"Permisi tuan, klub ini benar-benar bersih. Tidak ada hal lain yang dikerjakan para karyawan..."
Sethh
Jack meraih gelas itu, dan pergi dengan cepat dari sana. Tanpa mengatakan sepatah kata pun. Atau berekspresi sedikit pun.
Jonathan yang melihat itu menjeda ucapannya dan menoleh ke arah Maira yang panik.
"Mau aku kejar dia, untuk menjelaskan padanya?" hanya Jonathan pada Maira.
Maira menatap punggung Jack yang makin menjauh.
'Dia kenapa?' batin Maira bingung.
"Maira" panggil Jonathan.
"Ah, tidak usah kak Jo. Kalau besok aku bertemu dengannya di kampus. Aku akan jelaskan sendiri!" kata Maira.
Jonathan menepuk bahu Maira perlahan.
"Baiklah, kalau dia masih mempermasalahkan pekerjaan patuh waktu kamu ini. Kamu beritahu aku ya, aku akan bantu jelaskan padanya!"
Maira mengangguk dan kembali tersenyum. Dia tidak ingin Jonathan khawatir. Meski dia masih bingung, kenapa Jack bersikap seperti itu.
***
Bersambung...
lanjut up lagi thor