NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Hari ini adalah hari yang udah ditunggu-tunggu semua siswa SMU Alexandria, dimana hari olimpiade kimia tingkat provinsi akan di mulai.

Sejak pagi, aula sekolah sudah sangat ramai. Spanduk besar dengan tulisan

 “Olimpiade Kimia tingkat provinsi ke 20 SMU Alexandria dan SMU Swasta unggulan lainya.” tergantung di dinding.

Suasana tegang bercampur semangat, semua peserta sibuk menyiapkan catatan, alat tulis, bahkan sebagian udah mulai komat-kamit seperti mau menghadapi ujian kelulusan.

Wilona duduk di barisan depan, seragamnya rapi, rambutnya dikuncir sederhana. Wajahnya tenang, tapi matanya fokus dan tajam, seperti orang yang udah hafal setiap rumus di dunia ini.

Di sebelahnya, Tania sibuk bolak-balik kertas catatan, tapi dari cara dia melirik Wilona, kelihatan banget kalau dia sedang gugup.

Galen duduk beberapa baris di belakang mereka, memperhatikan Wilona diam-diam sambil senyum kecil.

“Kamu pasti bisa,” gumamnya pelan. “Aku tahu kamu nggak akan mengecewakan siapapun.”

Sementara itu, tim SMU Alexandria yang terdiri dari Wilona, Tania, dan satu siswa cowok bernama Rio, karena yang terpilih kemaren tiba-tiba saja sakit. Mereka baru aja dipanggil ke ruang tunggu peserta.

Panitia memberikan penjelasan singkat, dan tak lama kemudian mereka disuruh maju ke atas panggung. Setelah melalui babak penyisihan, sekarang tibalah saat ny babak final dimana SMU Alexandria melawan SMU Angkasa.

Sorak-sorai penonton langsung memenuhi ruangan. Sekolah-sekolah lain memperhatikan dengan tatapan penuh persaingan, sementara guru-guru mereka duduk di barisan depan.

Bahkan Wijaya dan Sinta ikut datang menyaksikan putri mereka dan duduk di kursi VIP.

Tania sempat melirik ke arah mereka, lalu ke arah Wilona. Dengan penuh percaya diri jika ke hari ini dia pasti akan lebih unggul daripada Wilona dan membuat orang tuanya bangga.

namun banyak siswa lain yang justru hanya merk kamu Wilona dan mengabaikan Tania.

“Harusnya gue yang direkam,” gumamnya dalam hati. “Bukan dia.”

Babak pertama di mulai dengan soal pilihan ganda.

Timer mulai berjalan, dan bel tanda siap berbunyi.

Pertanyaan pertama muncul di layar besar di depan semua peserta.

“Senyawa mana yang merupakan hasil reaksi oksidasi sempurna dari etanol?”

Rio langsung berfikir keras, Tania juga berfikir keras, tapi Wilona cuma butuh tiga detik. Tangannya langsung menekan tombol untuk menjawab

“Jawaban nya A. Asam asetat,” ucapnya dengan yakin.

"Benar." ucap para Juri.

Tepuk tangan langsung terdengar dari bangku penonton.

Galen yang menonton dari bangku belakang nggak bisa menahan senyum nya.

“Cepat banget reaksinya,” bisiknya pelan.

Soal kedua muncul. Lagi-lagi Wilona yang menekan tombol pertama, dan jawabannya benar.

Begitu seterusnya sampai soal kelima, kesepuluh, bahkan kelima belas, Wilona selalu mendominasi. Tak memberikan kesempatan pada SMU Angkasa.

Rio dan Tania cuma bisa saling pandang. Tania mulai kesal karena dia sama sekali belum sempat buka mulut tapi Wilona sudah menjawab.

“Lo mau ngerjain sendiri aja,Wilona? Kita ini tim.” sindir Tania pelan.

Wilona menatapnya singkat, suaranya tenang tapi menusuk.

“Gue nggak maksud merampas kesempatan, Tan. Tapi lo juga nggak jawab cepat, kan?”

Tania membuang wajah.

“Sok pinter lo!”

Namun tak lama, pertanyaan tersulit muncul tentang reaksi kimia organik berantai panjang. Semua peserta tampak kebingungan, termasuk tim lawan.

Tapi Wilona dengan tenang mencatat di kertas, menghitung cepat, lalu menjawab lagi.

Dan lagi-lagi jawaban Wilona, benar.

Setiap jawaban Wilona bikin ruangan semakin riuh. Penonton kagum, juri mengangguk kagum, bahkan MC acara tersebut sampai berkata,

“Sepertinya kita punya calon ilmuwan muda luar biasa di sini!”

Galen menunduk, tersenyum kecil.

“Kakek gak salah pilih kamu, Lona.” katanya dalam hati.

Babak kedua pun di mulai dan topiknya adalah eksperimen kimia.

Tim diberikan satu set alat dan bahan. Mereka harus menciptakan larutan buffer yang bisa menahan perubahan pH pada titik tertentu.

Semua tim sibuk bekerja, tapi dari meja Alexandria, cuma Wilona yang sibuk mengatur dosis dengan seksama.

Rio membantu menyiapkan alat, sementara Tania cuma berdiri di belakang, merasa tak berguna.

“Lo beneran ngerti ini, kak Wilona?” tanya Rio ragu.

“Ngerti. Percaya sama gue.”

“Tapi prosedur di soalnya beda, lo ubah komposisinya sendiri.”

“Justru itu intinya. Kalau lo ikutin prosedur dari teks, pH-nya bakal melonjak.”

Rio akhirnya menurut. Dan benar saja waktu uji pH, hasilnya sangat stabil dan tim Wilona mendapat nilai sempurna.

Tepuk tangan lagi-lagi terdengar riuh di barisan penonton. Apalagi murid dari SMU Alexandria.

Sementara tim SMU Angkasa gagal mempertahankan kestabilan larutan mereka.

Babak pun terus berlanjut hingga tibalah di babak akhir yaitu kuis cepat.

Suasana semakin tegang. Skor dua sekolah jauh berbeda

SMU Angkasa 380 poin. SMU Alexandria 575 poin.

Pertanyaan terakhir bernilai 50 poin.

MC pun membacakan soal terakhir,

“Jika diketahui reaksi Fe²⁺ + MnO₄⁻ ke Fe³⁺ + Mn²⁺ berlangsung dalam suasana asam, hitung jumlah elektron yang berpindah dan tuliskan setengah reaksi oksidasinya.”

Seluruh aula sunyi karena soal tersebut sangatlah sulit.

Tania udah mau memegang tombol, tapi ia tampak ragu.

Wilona langsung memencet bel dengan cepat, tanpa berfikir dua kali.

“Jumlah elektron yang berpindah lima, dan setengah reaksinya Fe²⁺ ke Fe³⁺ + e-.”

Hening sesaat.

Lalu bel berbunyi.

“BENAR!”

Seketika seluruh ruangan riuh dalam tepuk tangan. Guru-guru berdiri, teman-teman sekelas Wilona bersorak.

Rio loncat kegirangan.

Tania cuma diam. Senyum dipaksakan di wajahnya, tapi matanya basah, bukan karena bangga, tapi karena malu.

Dan SMU Alexandria pun akhirnya menang!!.

Upacara penyerahan piala berlangsung megah.

Wilona berdiri di tengah-tengah podium, piala di tangannya berkilau, sorotan kamera bertebaran.

Guru pembimbing mereka sampai menangis terharu.

“Kalian luar biasa… terutama kamu, Wilona.”

Wilona cuma tersenyum kecil. “Terima kasih, Bu.”

Dari bawah panggung, Galen menatapnya dengan bangga.

Begitu Wilona turun panggung, dia langsung menghampirinya.

“Kamu hebat banget.”

“Aku cuma ngelakuin yang aku bisa,” jawab Wilona lembut.

“Kamu ngerasa biasa aja?” Galen tertawa kecil. “Kamu baru aja mengharumkan nama sekolah, Lona”

“Aku cuma mau buktiin… kalau anak kampung juga bisa berdiri di sini dan menang.”

Galen menatapnya dalam. “Dan kamu berhasil.”

Sementara itu, di sudut aula, Tania berdiri sendirian. Semua orang sibuk mendekati Wilona, untuk foto bersama dan memberikan selamat. Tapi Wijaya dan Sinta tidak melakukan hal itu. Bagi mereka hanya Tania lah yang unggul dimata mereka.

Nggak ada yang datang ke arah Tania. Bahkan Adelia sahabatnya yang biasanya selalu membelanya, cuma bisa menatap dari jauh dengan wajah kikuk, antara bangga dan malu.

Tania menggenggam bucket penghargaan kecil yang diberikan panitia untuk semua peserta.

Tangannya gemetar.

"Gue kerja keras dari awal. Gue belajar tiap malam. Tapi kenapa yang disorot cuma dia?"

Dia melihat Wilona tertawa bersama Galen dan Rio, wajahnya bersinar cerah di bawah lampu aula.

"Harusnya gue yang berdiri di situ. Harusnya gue yang dapet semua perhatian itu."

Dia nyaris nggak sadar waktu air matanya jatuh.

Cepat-cepat dia hapus, lalu keluar dari aula tanpa pamit ke siapa pun.

****************

Malamnya, di kediaman Wijaya, suasana masih ramai.

Keluarga Wijaya bahkan mengadakan makan malam kecil untuk merayakan kemenangan Tania.

“Kamu bikin keluarga Kusuma bangga, Tania,” kata Wijaya sambil tersenyum. “Papa nggak nyangka kamu punya kemampuan sehebat itu.”

“Terima kasih, Pa.”

“Besok aku mau kirim kabar ke media. Biar semua orang tahu cucu Kusuma menang olimpiade provinsi.”

Sinta ikut menimpali.

“Iya, mama juga bangga." kemudian tatapan Sinta beralih ke Wilona,

"Tapi lain kali jangan terlalu menonjol sendiri ya, Wilona. Kasihan Tania kalau kelihatan tertinggal jauh.”

Wilona cuma menatapnya sebentar, lalu menjawab pelan,

“Aku nggak pernah niat buat meremehkan siapapun, Tante. Aku cuma berusaha sebaik mungkin.”

Sinta tersenyum pada Tania, tapi ekspresinya kaku pada Wilona.

Setelah nya, Tania cuma duduk diam, ngaduk sup nya tanpa selera.

“Gue udah nggak tahan,” gumamnya lirih.

“Lo pikir kemenangan lo akan gue biarin aja?, tidak akan Wilona.. Tidak akan....”

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!