Sinopsis:
Liora, seorang gadis muda, dipaksa menjadi pengantin pengganti tanpa mengetahui siapa calon suaminya. Namun saat tirai pernikahan terbuka, ia terseret ke dalam Azzarkh, alam baka yang dikuasai kegelapan. Di sana, ia dinikahkan dengan Azrakel, Raja Azzarkh yang menakutkan, dingin, dan tanpa belas kasih.
Di dunia tempat roh jahat dihukum dengan api abadi, setiap kata dan langkah bisa membawa kematian. Bahkan sekadar menyebut kata terlarang tentang sang Raja dapat membuat kepala manusia dipenggal dan digantung di gerbang neraka.
Tertawan dalam pernikahan paksa, Liora harus menjalani Upacara Pengangkatan untuk sah menjadi selir Raja. Namun semakin lama ia berada di Azzarkh, semakin jelas bahwa takdirnya jauh lebih kelam daripada sekadar menjadi istri seorang penguasa neraka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 18
Setelah selesai membersihkan kamarnya, Liora melangkah ke dapur.
Perutnya perih menahan lapar. Sejak pagi ia belum makan apa pun, terlalu bersemangat pulang ke rumah ayahnya hingga lupa sarapan di Azzarkh, dunia di bawah sana yang kini terasa jauh bagai mimpi.
Ia membuka penutup nasi, kosong.
Laci, lemari dapur, kulkas, semuanya hampa. Tidak ada bahan makanan sedikit pun.
“Cari apa kamu?”
Suara Ratna terdengar dari ambang pintu, datar dan menusuk.
“Cari makanan, Tante,” jawab Liora pelan.
“Enggak ada makanan. Papamu belum pulang,” jawab Ratna tanpa menoleh.
Liora mengernyit. “Loh… kenapa harus nunggu Papa dulu buat makan?”
Ratna berbalik dengan senyum sinis. “Ya iyalah. Papamu yang bawa makanan. Kalau belum pulang, ya kamu puasa dulu aja. Simpel.”
Liora terdiam. “Terus Tante sama Serena?”
“Kita mau makan di luar,” jawab Ratna sambil memeriksa kuku tangannya yang berwarna merah tua.
Ia melirik Liora dari ujung kepala ke kaki. “Kamu di rumah aja. Selamat kelaparan, ya.”
Ratna pun melangkah keluar bersama Serena, meninggalkan aroma parfum mahal yang menusuk dan keheningan yang menyakitkan.
Liora menatap ruangan itu lama. Dapur itu dulu tempat tawa dan aroma masakan ibunya, kini hanya ruangan dingin penuh kenangan yang membusuk.
Selama ini, ternyata hanya dia yang pernah memasak di rumah itu. Begitu ia pergi ke Azzarkh, tak ada lagi yang mau menyentuh kompor. Ayahnya… mungkin hanya makan seadanya setiap pulang kerja.
“Papa…” gumamnya lirih.
Entah kenapa, meski tahu betapa rapuhnya hati ayahnya di bawah kendali Ratna, Liora tetap merasa iba.
Ia membuka kulkas sekali lagi, mencoba mencari apa pun. Hanya ada sepotong tempe lama dan beberapa butir telur yang hampir busuk.
Liora menarik napas panjang. “Ya sudah, ini pun cukup…”
Dengan hati-hati ia membersihkan tempe, memotong bagian yang masih bagus, lalu menumisnya bersama telur dan sedikit bumbu sisa.
Aroma sederhana itu menguar, tapi bagi Liora, itu aroma kehidupan. Ia bahkan tersenyum kecil saat ingat ibunya dulu selalu bilang, “Kalau masak pakai hati, makanan apa pun bisa terasa enak.”
Setelah selesai, ia menyiapkan meja makan seadanya. Tak lama, suara mobil terdengar dari halaman.
Liora tersenyum lega. “Papa!” serunya, berlari keluar.
Darma baru saja turun dari mobil, wajahnya lelah, matanya redup. Tapi ketika melihat Liora, ada senyum samar yang menembus letihnya.
“Pa, aku masak makanan. Yuk makan bareng.”
Liora menggandeng tangan ayahnya dengan lembut.
“Kamu yang masak?” tanya Darma, ragu tapi terharu.
Liora mengangguk dengan senyum kecil. “Iya, Pa.”
Mereka duduk di meja makan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, rumah itu terasa hidup.
Darma menikmati setiap suap, dan di matanya sempat tampak kilatan kebahagiaan lama yang hampir padam.
Namun kebahagiaan itu buyar ketika pintu terbuka keras.
Ratna dan Serena masuk, membawa kantong makanan cepat saji.
“Mas, aku beli makanan kesukaan Mas,” ucap Ratna manja. “Mas pasti belum makan kan?”
“Udah,” jawab Darma tenang. “Liora udah masak.”
Ratna berhenti.
Serena memutar bola matanya. “Masak? Di rumah ini enggak ada bahan apa-apa.”
Ratna berjalan ke dapur. Ia tertegun melihat meja penuh lauk. Matanya menyipit curiga.
Ia kembali ke ruang tengah. “Kamu dapat bahan dari mana buat masak?”
Liora menjawab pelan, “Dari dapur, Tante. Masih ada tempe sama telur.”
“Tempe sama telur?” Ratna tertawa kecil. “Astaga, makan kayak orang miskin gini kamu bilang makanan keluarga?”
“Ratna!” bentak Darma spontan. “Liora cuma mau bantu.”
Tapi Ratna tak berhenti. “Bantu? Atau mau cari muka?"
"Sebaiknya papa jangan dekat-dekat sama dia. Dia itu istrinya hantu papa." Kata Ratna menarik Darma menjauh dari Liora.
Ratna berpura-pura menahan napas terkejut. “Astaga, Liora… kamu sadar enggak? Kamu mungkin bawa sial ke rumah ini!”
"Tante bisa diam nggak, Tante yang bawa sial buat aku sama papa." Balas Liora tak mau kalah.
“Cukup!” bentak Darma.
"Jaga ucapan kamu Liora."
“Pa…” suara Liora bergetar.
“Mulai sekarang kamu bukan lagi anak Papa!”
Kata-kata itu menghujam jantung Liora seperti belati.
Air matanya menetes deras, tubuhnya gemetar.
“Kenapa Papa terlalu percaya dua ular itu?” isaknya. “Apa Papa udah buta sampai enggak bisa lihat siapa yang tulus di depan Papa sendiri?”
Ratna berdiri di samping Darma, menatap Liora dengan tatapan puas.
“Demi mereka, Papa rela buang aku… anak Papa sendiri,” tangis Liora pecah. “Padahal Papa yang menyerahkan aku ke dunia bawah itu! Papa yang menikahkan aku dengan Raja Azzarkh hanya demi menyelamatkan anak tiri Papa ini!”
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Liora. Suaranya menggema di ruangan.
“Anak kurang ajar!” Darma berteriak.
Liora memegangi pipinya yang panas. Air matanya jatuh tanpa henti.
“Baik, kalau begitu,” katanya dengan suara serak. “Silakan Papa buang aku. Tapi suatu hari, Papa akan sadar siapa yang sebenarnya Papa lindungi.”
Ia berlari masuk ke kamarnya, menutup pintu keras.
Di dalam, Liora jatuh berlutut. Tangisnya meledak tanpa bisa ditahan.
Pipinya masih berdenyut perih, hatinya seolah hancur berkeping-keping.
Lalu tiba-tiba, waktu berhenti.
Udara di sekelilingnya berubah beku, lampu-lampu meredup, dan angin hitam berputar di sudut ruangan.
Dari kegelapan itu, muncul sosok bertopeng dengan jubah hitam panjang, Azrakel, penguasa Azzarkh.
“Yang Mulia…” bisik Liora, suaranya pecah.
Azrakel melangkah mendekat, lalu berjongkok di hadapannya. “Ayo kita kembali. Dunia ini tidak pantas untukmu.”
Tanpa berkata banyak, Azrakel mengangkat tubuh Liora ke dalam pelukannya.
Tangannya dingin, tapi terasa menenangkan. Ia tahu apa yang baru saja terjadi, dan di balik topengnya, matanya menyala murka.
Ia telah melihat semuanya.
Ratna, Serena, dan Darma… akan menanggung akibat karena telah menyakiti wanita yang kini berada dalam dekapannya.
Dengan satu gerakan, Azrakel menghilang bersama Liora ke dalam pusaran gelap, kembali ke Azzarkh.
krn di dunia nyata kamu g diperhatikan, g disayang
apa mungkin bgmn cara'a spy kembali ke dunia sebenar'a, bgtukah thor🤭💪