NovelToon NovelToon
Pembalasan Dendam Sang Tumbal

Pembalasan Dendam Sang Tumbal

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Melati, mantan atlet bola pingpong, menjadi tersangka pembunuhan sepupunya sendiri yang adalah lawan terakhirnya dalam turnamen piala walikota. Setelah keluar dari tahanan, ia dibantu teman baiknya, Aryo, berusaha menemukan pelaku pembunuhan yang sebenarnya.

Namun ternyata Melati bukan hanya menghadapi licik dan bengisnya manusia, namun juga harus berurusan dengan hal-hal gaib diluar nalarnya.

"Dia, arwah penuh dendam itu selalu bersamamu, mengikuti dan menjagamu, mungkin. Tapi jika dendamnya tak segera diselesaikan, dibatas waktu yang ditentukan alam, dendam akan berubah menjadi kekuatan hitam, dia bisa menelanmu, dan mengambil kehidupanmu!" seru nenek itu.

"Di-dia mengikutiku?!" pekik Melati terkejut.

Benarkah Aryo membantu Melati dengan niat yang tulus?
Lalu, siapa pelaku yang telah tega menjejalkan bola pingpong ke dalam tenggorokan sepupunya hingga membuatnya sesak napas dan akhirnya meninggal?

Mari berimajinasi bersama, jika anda penasaran, silahkan dibaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kisah yang Pahit

Beberapa menit sebelumnya....

Mela berjalan cepat menuju ke toilet, namun karena terburu-buru ia hampir saja bertabrakan dengan Layla.

"Heh! Kamu keren, Mela!" Layla mengacungkan jempol dan melemparkan senyuman lebar ke arah Melati.

Melati pun membalas dengan senyum dan jempol yang sama. "Kamu juga luar biasa, Layla! Jangan lupa janji kita, kalau salah satu dari kita menang, wajib traktir seblak di ujung pertigaan!"

"Seblak Mpok Geuji?" kelakar Layla.

"Heh, ngawur, Geuji itu laki-laki, si bos waralaba, penjual seblaknya namanya Anisa!"

"Oh iya, lupa!"

"Tapi jangan harap aku mau ngalah ya, harus sportif,"

"Sesuai janji, buruan! Waktu break cuma sedikit!" sahut Melati sembari masuk ke bilik toilet.

Keduanya masih sedikit mengobrol sembari mengaca di depan wastafel, saat menyadari masih ada beberapa menit lagi sebelum ronde tambahan dimulai.

"Mela! Kenapa malah ngobrol di sini, ponselmu berdering terus itu!" panggilan salah satu rekan tim Mela membuat obrolannya dengan Layla pun berakhir.

Di arena pertandingan, Melati dan Layla adalah lawan yang sportif. Namun dibelakang layar, mereka adalah saudara sepupu yang begitu dekat dan saling mendukung, ditambah lagi karena mereka seumuran. Hanya saja mereka memang tinggal di kota yang berbeda, namun memiliki minat, bakat dan kecintaan yang sama dengan bola pingpong, tanpa banyak yang tahu bahwa mereka adalah kerabat.

...........

Melati meraung dalam tangis, apalagi, saat melongok ke dalam toilet tadi, ia sempat melihat Layla yang terkapar di lantai toilet, dengan kondisi yang mengenaskan.

Lidah yang menjulur keluar, dengan mulut yang menganga lebar, serta mata yang merah terbuka, melotot tajam. Seakan menunjukkan betapa ia merasa kesakitan yang luar biasa di saat-saat terakhirnya hingga akhirnya meregang nyawa.

"Siapa yang melakukannya! Biadab!" teriak Melati yang sangat terguncang.

Pak Pramono mencoba untuk menenangkan Melati, "Mela, kita harus tenang. Polisi akan menemukan siapa yang melakukan ini," katanya, sambil memeluk Melati.

Tapi Melati tidak bisa menahan emosinya, ia masih ingat senyum dan semangat Layla.

Pak Pramono memeluk Melati lebih erat, "Percayalah, para polisi sedang bekerja keras," hibur Pak Pramono, Tapi Melati masih terlalu terguncang untuk mendengarkan, dia hanya bisa menangis dan memikirkan tentang Layla.

……..

Sidang pun berlangsung dengan tuduhan keji tertuju pada Melati.

"Rekaman CCTV dan jejak beberapa sidik jari sudah jelas mengarah pada Anda, katakan dengan jujur tentang percakapan kalian!" gertak sang jaksa penuntut. "Apa kamu mengancamnya? Membunuhnya demi kemenangan telak? Agar bisa maju ke pertandingan nasional? Sebagai atlet tunggal?

Melati yang duduk di meja tersangka, hanya bisa tertunduk, ia tidak bisa fokus pada pertanyaan yang ditujukan, pikirannya justru dipenuhi dengan kalimat menyakitkan dari sang bibi, ibunda dari Layla.

"Dasar tak tahu malu! Seperti itulah caramu membalas kebaikan kami? Kenapa harus Layla yang kamu bunuh? Kenapa bukan kami saja? Membusuklah dipenjara, susullah kedua orang tuamu! Kalian benar-benar iblis!"

Melati duduk di meja tersangka, tubuhnya yang gemetar dan mata yang merah karena menangis membuat kesan bahwa dia memang bersalah. Jaksa penuntut terus menggencarkan tuduhannya, sementara Melati hanya bisa tertunduk dan diam. Pikirannya dipenuhi dengan kalimat-kalimat menyakitkan dari sang bibi, yang membuatnya merasa tidak berdaya.

Gerakan tubuh Melati yang lemah dan tidak berdaya membuat hadirin sidang dan yang melihatnya percaya bahwa dia memang bersalah.

"Apa yang harus saya katakan?" lirih Melati, ia merasa takut. Tatapannya kosong, merasa sendirian, seolah semua mata di ruang sidang itu melotot padanya, melucuti dengan tuduhan itu, seolah memaksanya untuk mengakui perbuatan yang tidak ia lakukan.

Melati menatap sedih ke arah pelatihnya, berharap Pak Pramono akan mengulurkan tangan dan membantunya membela diri, namun pria paruh baya itu justru tampak sibuk dengan ponselnya. 'Dimana timku yang lain? Mereka kecewa padaku? Membenciku, bahkan sekarang mereka meninggalkanku?' batinnya semakin frustasi.

Di dalam hati Melati, dia tahu bahwa dia tidak membunuh Layla. Tapi dia tidak tahu siapa yang melakukannya, dan mengapa tuduhan itu tertuju pada dirinya. Dalam situasi krisis itu, ia tak memiliki siapapun untuk mendukungnya, membuat atlet muda itu semakin tak bisa fokus.

Tindakan skor, pencabutan hak atlet, serta berbagai penalti dilayangkan pada Mela, bahkan kini ia harus mendekam di penjara remaja. Di dalam sel yang dingin tanpa belas kasihan.

"Dia itu pembunuh! Penjahat kelas berat yang bahkan kudengar, dia tanpa ampun mencekik sepupunya sendiri, lalu menjejali mulutnya dengan bola pingpong, sungguh iblis yang luar biasa!"

Bahkan di dalam penjara pun, Melati harus menerima tudingan dan pandangan tak menyenangkan dari napi lain. Namun, ia hanya diam tak menanggapi, seolah ia hanya ingin menebus rasa bersalahnya.

"Aku memang pantas disalahkan, Layla. Seandainya saja aku tak meniggalkanmu sendirian di toilet itu, seandainya saja aku...."

Kenangan terakhir saat mereka bertemu di toilet gedung olahraga itu, begitu melekat di ingatan Melati.

"Telpon sialan itu penyebabnya!" pekik Melati kembali meringkuk di sudut sel, meraung dalam tangis penyesalan.

Di dalam sel yang dingin dan gelap, Melati hanya bisa menangis dan menyesali dirinya sendiri. Dia tidak bisa membantah tuduhan yang telah dilayangkan kepadanya, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk membersihkan namanya.

Waktu pun berlalu, hingga waktu hukuman Melati pun habis. Perilakunya yang patuh, membuat Melati mendapatkan potongan masa tahanan, serta adanya seseorang yang tak ingin disebutkan namanya, menjamin untuk kebebasan Melati.

Melati berdiri di tepi jalan, menghirup udara sebanyak mungkin untuk memenuhi rongga dadanya. "Udara bebas ini, kenapa terasa menyesakkan!" monolognya seraya menatap langit, lalu menghela napas lebih panjang lagi. "Harus kemana aku sekarang?"

Hari ini, tanpa keluarga, tanpa saudara, Melati keluar dari penjara, berjalan sendiri dengan tas selempang, tas yang biasanya hanya dimiliki para atlet, bertuliskan namanya, yang hanya berisi sebuah ponsel jadul, dan beberapa lembar pakaian pemberian sang pelatih, saat berkunjung di penjara.

Namun karena Pak Pramono harus mendampingi pertandingan lainnya, kali ini ia tak bisa menjemput Melati.

Bermodalkan uang saku yang diberikan Pramono setiap berkunjung, serta beberapa uang yang berhasil ia kumpulkan selama pelatihan dalam penjara, kini melati melangkah menuju terminal bus yang tak jauh dari penjara. Tujuan utamanya adalah asrama atlet, untuk mengambil beberapa barang lamanya.

Namun, sambutan kurang menyenangkan di dapatnya di sana. "Eh? Kamu Melati, si atlet pembunuh itu ya?" sapa sang penjaga asrama dengan tatapan menyelidik tak mengenakkan.

Melati hanya bisa tertunduk, menggigit bibir bawahnya agar air mata itu tak kembali jatuh sia-sia.

"Semua barangmu sudah diambil Bibimu!" imbuh ketus sang penjaga asrama.

Tak ingin berlama-lama, Melati pun bergegas kembali berkendara dengan bus, menuju ke rumah sang Bibi yang adalah ibunda dari Layla.

Rasa takut dan merasa bersalah kembali menghampirinya, membuat Melati tak sanggup muncul secara terang-terangan.

"Maafkan aku, Bi. Bukan aku yang melakukannya, tapi kurasa lukamu terlalu dalam, hingga tak menyadari kejujuran ku. Maaf aku harus bersembunyi, aku takut luka yang telah susah payah kau simpan, akan terbuka lagi jika melihatku," lirihnya sembari bersembunyi diantara semak, disamping rumah Bu Dewi.

Melati berusaha memahami sang Bibi, meski seberapa pun besarnya keinginan hatinya untuk berlari menghambur karena rasa rindu.

Setelah Paman dan Bibinya berangkat bekerja, Melati perlahan berjalan mengendap-endap memasuki rumah yang biasanya menjadi tempatnya pulang, setelah kedua orangtuanya pergi.

"Dimana ya mereka menyimpan barang-barangku?" gumam Melati sambil berdiri di ruang tengah.

Kemudian langkah kakinya bergerak dan berhenti di depan kamar Layla. Perlahan, Melati memutar gagang pintu kamar itu.

Jantungnya berdegup kencang, menyiapkan diri dengan kenangan manis bersama Layla, saudara sepupu yang begitu ia sayangi. Kenangan demi kenangan itu pasti akan datang silih berganti, menyeruak dan menyesakkan batin.

Melati mengitari seisi kamar itu, dengan air mata yang tak berhenti berderai. Setiap detail dari kamar yang dulu pernah ia tinggali bersama Layla, tak berubah sedikitpun.

Air matanya terus mengalir, lalu duduk di meja belajar layla, melihat foto-foto lama mereka bersama, pajangan-pajangan yang mereka buat bersama, dan semua kenangan yang mereka bagi.

"Layla, apa kabarmu disana, aku punya uang, mari kutraktir seblak," lirihnya kemudian menyandarkan kepalanya di meja itu.

Tiba-tiba, Melati melihat sebuah bola pingpong yang tergeletak sudut meja, terjepit diantara buku milik Layla. Melati mengambilnya, dan memandangnya dengan mata yang basah. "Kau masih menyimpannya, bola ini penyok di satu sisi, saat kita pertama bermain bersama dan jatuh cinta dengan olahraga ini," isaknya.

Tanpa sengaja bola ping yang dipegangnya, lepas dan menggelinding ke kolong tempat tidur. Melati pun berusaha mengambilnya, hal itulah yang membuatnya akhirnya menemukan sebuah box yang ternyata berisi barang-barangnya.

Air matanya kembali tumpah, "Aku pikir Bibi sangat membenciku, ternyata mereka masih menyimpan barang-barang ku, bukankah itu tandanya mereka masih menyayangiku." Melati kembali tergugu.

Melati merebahkan tubuhnya sejenak di lantai yang dingin itu seraya memeluk beberapa barang kesayangannya.

"Melati...."

1
Kustri
negara konoha, memutar balikkan fakta🤔
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
waduuuuh..... piye iki...???
mika digondol PK man... 🤣🤣🏃🏃🏃
Ai Emy Ningrum: air es ato air mata 👀
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
maaf saya tidak mendengar bnyk... cuma tau doang apa yang kalian bahas..🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃
Ai Emy Ningrum: ya harus nya gitu 😋
total 3 replies
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
dokternya aneh bngt ya. semua orang mencurigakan nggak sih...
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕: lhoo kok aq
total 4 replies
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
sebenernya kepala sekolah baik atau enggak..?
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
makin penasaran... lanjut pk othor...
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
Aryo sebenarnya baik gak sih .😄
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
kenapa sih.. pemuda ini../Scare/
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
kenapa tuh cowok ya..? kok aneh. 🤭
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕
lhaaa mika kmn coba

ahh semua masih misteri deh
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕: @Ai Emy Ningrum yoo kipasan too bermdam dang
total 6 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
wo'o.. kalian ketahuan... wkwkwkwkwkwk...
ayo melati.. akting yg bagus y..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
suntik bius kali y.. biar mika nggak ngoceh kesan kemari.. kasihan sekali kau mik... mau jadi tumbal..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
lah.. alah... niat menolong malah dituduh-tuduh... males banget mel....
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
sebenarnya gimana ini ya... kok si pemuda juga baik.. trus siapa yang jahat ya..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
sebenarnya gimana ini ya... kok si pemuda juga baik.. trus siapa yang jahat ya..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
Laila kok gitu sih...🤣🤣
Ai Emy Ningrum: Laila knp siih gituh mulu 🙄😙
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
kok nggak tau sih Laila....
Ai Emy Ningrum: Laila tau nggak kok sih 😳
total 3 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
maksudnya nenek si Laila kan.. dendam laila
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
piye Iki Yo... makin kesini kok makin kesana...🚶🚶🚶
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳: wkwkwkwkwkwk...😙 laper .
total 4 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
piye Iki Yo... makin kesini makin kesono
Ai Emy Ningrum: gak usah gmn 🙄🤔🤔
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!