NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Karena mantan pacarnya, di mata Elizabeth semua pria itu sama saja. Bahkan setelah putus, dia tidak ingin menjalin hubungan asmara lagi. Namun, seorang pria berhasil membuatnya terpesona meski hanya satu kali bertemu.

"Aku tidak akan tertarik dengan pria tua seperti dia!"

Tapi, sepertinya dia akan menjilat ludahnya sendiri.

"Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Bahkan tersenyum atau menatapnya saja tidak boleh!"

"Karena kamu adalah milik saya, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Bagaimana makan malam nya, El?"

Baru juga duduk di kursi makan, Elizabeth sudah ditodong pertanyaan oleh ibunya.

"Baik," jawab Eliza seadanya.

Geisha berdecak. Dia mengambilkan ayam goreng bagian paha untuk Eliza. "Jawab yang benar! Kamu tidak buat hal yang memalukan, kan?" tanyanya dengan curiga.

"Iya, mamaku sayang ... bagaimana bisa anakmu yang cantik jelita ini melakukan hal yang memalukan?" Eliza mengibaskan rambutnya ke belakang dengan tampang sombong. "Aku adalah wanita anggun mulai sekarang," lanjutnya lalu duduk tegak dengan kedua tangan terlipat di atas meja.

Geisha geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya.

"Bibi, tolong buatkan aku susu hangat, ya ...," pinta Eliza dengan nada anggun yang dibuat-buat.

"Baik, Nona." Pelayan juga ikut mendalami peran, dia membungkuk hormat seperti melayani seorang ratu. Dan detik itu juga, tawa keduanya pecah, sedangkan Geisha semakin geleng-geleng kepala melihatnya.

Pelayan di rumah ini memang santai, tapi mereka tetap bersikap sopan, sopan tapi asik, jadi tidak terlalu kaku.

"Ada-ada saja," gumamnya. Tak lama dari itu Austin datang sambil memasang jam tangannya.

"Bekal untuk Altezza sudah disiapkan?" tanya Geisha.

Eliza mengangguk di sela minum nya. Dia memang sudah bangun dari subuh, untuk membuatkan bekal Altezza. Semenjak dipaksa membuatkan bekal untuk sang bos, Eliza memang sering bangun pagi-pagi sekali, meski kadang setelah memasak, dia akan lanjut tidur hingga jam tujuh, dan masuk kantor jam delapan.

"Lusa, Papa akan ke luar negeri, El. Kamu mau ikut atau tidak?" tanya Austin.

"Ke luar negeri? Untuk apa? Bukannya Papa tidak ada pekerjaan di sana?" Giliran Eliza yang bertanya.

Mendengar pertanyaan putrinya, Geisha menahan senyum dengan pipi bersemu.

"Liburan saja, kebetulan beberapa hari kedepan tidak ada acara penting, sementara biar kakakmu saja yang mengurus kantor," jawab Austin sembari tersenyum.

Eliza langsung menatap ibunya yang sudah senyum-senyum tak jelas. Dia mendengus, apakah orang tuanya akan bulan madu? Lalu kenapa dia diajak?

"Karena aku adalah anak yang baik, jadi, aku tidak akan ikut. Puas-puas lah kalian berdua liburan di sana. Asal bawakan aku oleh-oleh yang banyak!" kata Eliza dengan mata memicing.

"Kalau itu tidak usah kamu minta juga akan kami bawakan," ucap Geisha. "Iya kan, Pa?" Dia menatap suaminya dengan berbinar.

Austin mengangguk setuju sembari menyeruput kopinya.

"Baiklah, nikmati liburan kalian, jangan lupa pulang!" kata Eliza. Was-was, siapa tau kedua orang tuanya keasikan liburan sampai lupa pulang.

Austin dan Geisha tertawa kecil menanggapi ucapan Eliza.

Hidup Eliza memang nyaris sempurna, keluarganya baik dan saling menyayangi, mereka juga sangat memanjakannya, itu sebabnya Eliza tumbuh menjadi gadis yang manja meski sudah berusia 25 tahun. Apapun yang dia minta, pasti akan Austin turuti, namun, Eliza juga tetap tau diri, dia tidak minta sesuatu yang mahal. Paling mentok dia minta dibelikan motor listrik, itu saja. Padahal jika minta yang mahal pun, Austin masih sanggup membelikannya.

Setelah sampai kantor, Eliza langsung menuju ruangannya dan menyalakan komputer. Sambil menunggu komputer nyala, Eliza lebih dulu mengecek ponselnya, siapa tau ada email masuk dan benar saja, ada email dari sebuah perusahaan yang tidak asing bagi Eliza.

"Ingin bertemu Pak Altezza?" Eliza mendengus, dia menahan diri agar tidak membanting ponselnya.

Pihak perusahaan yang mengirim email itu adalah perusahaan Arhan Febryan, alias mantan Elizabeth. Ingin sekali Eliza menolak permohonan itu, tapi, bukankah dia harus profesional dalam bekerja?

"Lebih baik aku tanyakan pada Pak Altezza dulu," gumamnya.

Arhan, nama yang mampu membuat Eliza kesal meski hanya mendengar namanya saja. Dadanya sesak, seakan ada sesuatu yang menghantam. Dia ingin sekali melampiaskan semua kekesalannya, ingin memaki, memukul, semuanya, Eliza ingin melakukan semuanya agar rasa sesak di dadanya menghilang. Meski pernah mengacaukan acara pernikahan Arhan dan istrinya, Eliza tetap tidak tenang, dia belum lega.

"Arhan siallaann," gumamnya. Gadis itu meminum air dalam gelas hingga habis. Setelahnya dia segera menuju ruangan Altezza.

Untungnya Altezza sudah sampai, tapi, sepertinya dia sedang ada urusan dengan Baskara, karena Eliza mendengar suara mereka di dalam.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Baskara keluar dengan membawa map di tangannya. Pria itu menatap Eliza yang juga menatapnya. "Masuk saja, Pak Al sudah menunggu," katanya membuat Eliza mengangguk patuh.

Setelah menutup pintu, Eliza segera menghadap Altezza.

"FRY Company ingin menemui Anda, Pak. Jika Bapak setuju, saya akan mengatur jadwalnya," ujar Eliza seraya menyerahkan ponselnya yang menampilkan isi email dari FRY Company.

Altezza yang tadinya sibuk menandatangani kertas, kini langsung mengangkat kepala, menatap Eliza yang menunduk. Dia melirik ponsel Eliza yang ada di atas mejanya dengan datar, ia terdiam beberapa detik.

"Saya setuju. Atur jadwal sebelum akhir pekan," jawabnya kemudian, lalu lanjut menandatangani kertas-kertas di depannya.

Eliza menganggul lesu, dia mengambil ponselnya dan segera pamit undur diri. "Saya permisi."

"Hm."

Yang Eliza harapkan untuk terakhir kalinya adalah, semoga Altezza memilih Baskara untuk menemaninya bertemu dengan Arhan. Namun, sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, karena sebelum Eliza keluar, Altezza lebih dulu bersuara.

"Kamu yang akan datang bersama saya untuk menemui mereka," ujar Altezza tanpa bisa diganggu gugat.

Eliza menghela nafas berat. Ingin sekali dia membantah, tapi, dia tidak ingin dipecat, terlebih Eliza sudah pernah bersikap kurang ajar pada Altezza. Jadi, gadis itu hanya bisa mengangguk pasrah.

"Baik, Pak. Permisi," ucapnya sebelum membuka pintu dan keluar dari ruangan dingin itu.

"Jangan sampai aku lepas kendali saat bertemu biawak itu!" gumamnya menggerutu. Bahkan kakinya menghentak karena saking kesalnya. Dan sepertinya, mulai malam ini, dia tidak akan bisa mimpi indah karena terus memikirkan pertemuan itu.

****

"Astaga, itu adalah Pak Batara, kan?!"

"Batara?"

"Teman Pak Altezza!" bisik Lucina menjawab pertanyaan Sofi.

Belum sempat Sofi menanggapi, Batara lebih dulu menghampiri mereka berdua.

"Selamat siang, Tuan, ada yang bisa kami bantu?" Sofi langsung bersikap profesional. Sedangkan Lucina sedang menahan diri agar tidak tersenyum lima jari.

"Siang. Aku sudah ada janji dengan Altezza. Boleh tunjukkan dimana ruangannya?" Batara tersenyum ramah sembari menatap kedua perempuan di hadapannya.

"Ah, tentu saja! Saya akan mengantar Anda ke ruangan beliau." Lucina menyambar.

Batara mengangguk paham. Lucina pun segera mengantarkan Batara. Di sisi lain, Sofi mencebikkan bibirnya melihat tingkah temannya yang begitu sat-set jika urusan pria tampan.

Di ruangan Eliza, dia sedang bersantai sambil meminum kopi. Untuk hari ini ia sedang malas makan siang akibat terlalu memikirkan Arhan. Dia lebih memilih curhat dengan Thea dan Senna melalui panggilan video.

"Apa?! Serius?! HAHAHAH!"

Eliza cemberut mendengar tawa Senna. Temannya itu memang laknat sekali.

"Jangan tertawa! Tidak ada yang lucu!" gertaknya.

Thea hanya geleng-geleng melihat kedua temannya ini. "Sudahlah, El, jangan terlalu dipikirkan apalagi sampai membuatmu tidak nafsu makan. Harusnya kamu tunjukkan pada Arhan, jika kamu bisa hidup senang meskipun tanpa dia. Kalau dia tau kamu masih galau, dia pasti akan merasa menang," ujarnya panjang lebar.

"Nah, benar apa kata Thea! Tumben sekali kamu pintar, The," kata Senna.

"Aku memang pintar tau!" Thea mengibaskan rambutnya dengan sombong.

Apa yang Thea katakan memang benar, jika Eliza bisa berpikir jernih, dia pasti tidak akan galau-galauan seperti ini. Dan perkataan Thea mampu membuat Elizabeth sadar.

"Lagi pula, perusahaan milik Arhan tidak ada apa-apanya dengan perusahaan Pamungkas, El. Jadi, bisa dibilang, posisimu lebih keren dibandingkan mantanmu itu," kata Senna yang diangguki oleh Thea.

"Eliza, ingat lagu ini. Masa lalu, biarlah masa lalu~ ... jangan kau—"

"Iya aku tau!" sela Eliza. Telinganya sakit mendengar Senna bernyanyi dengan nada asal-asalan.

Melihat temannya kesal, Senna dan Thea malah tertawa ngakak. Hal itu membuat Eliza kesal, namun, dia agak lega sekarang, setidaknya, kedua teman laknat nya itu masih sedikit waras dan saran dari mereka lumayan bermanfaat.

Bersambung...

1
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!