CINTA BERSELIMUT LUKA

"Kamu memang brengsek, Raditya! Aku sungguh menyesal telah menyia-nyiakan hidupku selama empat tahun karena menjadi istrimu!"

"Dara ...." Raditya tidak bisa melanjutkan ucapannya. Laki-laki itu sangat terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut istrinya. Rasa sesak memenuhi rongga dadanya ketika ada rasa yang berdenyut di ujung sana.

"Seharusnya, kita tidak perlu menikah kalau kamu memang tidak pernah mencintaiku dari awal, Raditya. Bukan malah berpura-pura mencintaiku dan membuatku menjadi orang bodoh selama empat tahun!" Nada suara Dara terdengar penuh amarah.

Wanita lemah lembut yang selalu menatapnya penuh cinta itu terdengar sangat marah. Kemarahan yang baru hari ini ia lihat dan rasakan, sama seperti saat perempuan itu memergokinya bercinta dengan Kinara di hotel.

"Dara, aku minta maaf karena aku–"

"Seumur hidupku, aku tidak akan pernah memaafkan pengkhianat seperti kamu, Raditya!"

"Dara–"

"Hari ini aku sudah mendaftarkan surat gugatan cerai di pengadilan. Hubungan kita berakhir sampai di sini Raditya Pratama!"

"Dara! Aku tidak akan pernah bercerai denganmu! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu! Apa kamu dengar, Dara?" Tidak ada sahutan di ujung sana.

"Dara!" Raditya menatap layar ponselnya. Laki-laki itu mengumpat kesal saat panggilan telepon itu ternyata sudah berakhir. Wanita yang masih sah menjadi istrinya itu mengakhiri panggilan teleponnya secara sepihak.

"Sial!"

Raditya meremas rambutnya. Kepalanya tiba-tiba terasa berputar. Raditya sungguh tidak menyangka kalau istri penurutnya itu bisa berbuat sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali.

Sebelum datang ke rumah ini, Raditya berpikir, kalau saat ini istrinya pasti sedang menangis karena tadi sore mendapati dirinya bercinta di hotel dengan Kinara.

Raditya bahkan sudah menyusun kalimat apa saja untuk membujuk Dara agar perempuan itu mau memaafkan pengkhianatan yang ia lakukan bersama Kinara.

Dara istri yang patuh dan sangat mencintainya. Raditya bahkan sangat yakin kalau Dara tidak akan punya pilihan lain selain menurut padanya. Meskipun perempuan itu mengatakan ingin bercerai dengannya saat di hotel, tetapi, Raditya pikir kalimat itu hanya terucap dari bibir Dara karena perempuan itu sedang dikuasai oleh amarah.

Namun, ternyata semua dugaannya salah. Istri penurutnya itu justru memberinya banyak kejutan bahkan dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam.

Raditya tidak ingin mempercayainya, kenyataan di hadapannya memaksa lelaki itu untuk percaya, jika yang terjadi hari ini adalah kenyataan bukan mimpi.

Raditya tersenyum miris. "Dara bahkan sanggup mengosongkan rumah ini dalam waktu sekejap tanpa tersisa apapun di dalamnya.

Tubuh Raditya merosot ke lantai yang dingin. Tak henti-hentinya lelaki itu memaki kebodohannya hari ini. Sekelebat bayangan wajah Dara yang penuh luka dan kecewa saat memergokinya di dalam kamar hotel kembali terekam.

Bodoh! Kamu benar-benar bodoh, Raditya! Seharusnya aku menyadari kalau Dara pasti sudah mencurigaiku karena aku sudah sering pulang terlambat.

Tapi, kenapa Dara bisa

masuk ke kamar hotel?

Raditya kembali menyugar rambutnya. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan kenapa petugas hotel begitu dengan mudah melanggar privasinya. Raditya sangat tahu, tidak mudah seseorang bisa langsung masuk ke kamar hotel yang sedang dipakai menginap seorang tamu.

Namun, saat bayangan lelaki yang memukulnya saat itu kembali melintas, Raditya akhirnya mengerti. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana Dara bisa mengenal sang pemilik hotel sementara istrinya itu selama ini hanya diam di rumah saja?

Semenjak menikah dengannya, Dara tidak pernah keluar tanpa izinnya. Wanita itu bahkan sangat patuh ketika Raditya menyuruhnya untuk berhenti bekerja. Meskipun saat itu jabatan Dara di perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan dirinya.

Raditya menghela napas panjang. Tubuhnya sangat lelah. Ia ingin segera beristirahat. Namun, rumah itu sekarang benar-benar kosong. Tempat tidur bahkan lemari yang ada di kamarnya pun lenyap.

Dara, bagaimana kamu bisa melakukan semua ini sendirian? Kalau pun kamu menyewa orang, seharusnya pengosongan rumah ini juga tidak akan secepat ini bukan?

Tadi pagi aku masih melihat rumah ini dengan perabotan yang lengkap. Giliran malam hari, semuanya kosong tanpa sisa.

Raditya bangkit dari duduknya. Kedua tangan pria itu menepuk-nepuk bokongnya, menghilangkan debu yang menempel karena ia baru saja duduk beralaskan lantai yang dingin.

Raditya turun dari lantai atas dengan bergegas. Namun, sebelum keluar rumah dan menguncinya, Raditya kembali menelepon Dara. Lelaki itu ingin tahu keberadaan Dara sekarang.

Perempuan itu tinggal sendirian di sini tanpa saudara. Sementara itu, kedua orang tuanya juga tinggal di luar kota.

"Dara, Sayang, sekarang kamu ada di mana? Biar aku jemput kamu sekarang." Raditya berucap dengan nada khawatir.

"Tidak perlu! Aku muak melihatmu!"

BERSAMBUNG ....