Cinta itu datang membawa sejuta keindahan, dan seribu kebahagiaan.
Namun sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama.
Cinta itu pula yang menorehkan luka.
Sebuah kisah gadis mudah berumur 23 tahun yang mencinta pria matang seumur ibunya.
Tania pikir, kisah cintanya akan semulus kisah cinta orang tuanya. Namun Tania salah, Cinta itu malah membuatnya terpuruk.
Dunia Tania hancur saat Julian yang tak lain adalah lelaki yang dicintainya tiba-tiba mengenalkan calon istri kehadapannya.
Hubungan yang sudah di bangun dua tahun tersebut itu pun harus berakhir.
Tanpa Tania tau, ada alasan kenapa Julian meninggalkannya dan memilih wanita lain.
Pria asal Spanyol itu menyimpan alasan tersendiri kenapa dia harus meninggalkan Tania.
Satu tahun berlalu, mereka di pertemukan kembali. Akan kah Tania tau apa yang di sembunyikan oleh Julian?
Mengandung bawang, mecin dan seperti tayangan ikan terbang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Ahsam melongo mendengar pertanyaan Tania. Bagaimana mungkin gadis kecil dihadapannya ini bisa bertanya dengan percaya diri. Tapi, jujur saja Ahsam sangat ingin tertawa terbahak-bahak.
"Maaf, Nona. Saya bukan kucing yang memiliki nyawa banyak. Saya akan dibunuh tuan Bram jika saya tidak setia," jawab Ahsam.
"Ah ia, aku lupa. Setelah mengawalku dan pulang keindonesia kau akan menikah," ucap Tania. Ya, sebelum pergi mengawal Tania untuk ke Spanyol, Ahsam sudah melamar gadis pujaannya dan akan menikah setahun lagi ketika tugasnya menjaga Tania selesai.
Ahsam pun dengan cepat berbalik dan membukakan pintu mobil untuk Tania.
Semua karyawan Rose Fashion sudah tau Ceo mereka yang baru, dan saat Tania masuk, dia disambut oleh beberapa karyawan.
Jabatannya sebagai Ceo tak membuat Tania diam saja dibalik meja. Dia langsung keruang produksi, gudang kain, tempat menjahit karyawannya.
Setelah selesai berkeliling. Tania kembali keruangannya. Dia Menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Saat dia akan memulai men Desain gambar, matanya menangkap jas Julian yang Ahsam simpan di sofa.
Tania berusaha memfokuskan diri dengan menggambar. Namun, semakin berusaha fokus semakin jas itu menyita perhatiannya.
Dengan menghentakan kaki, Tania pun bangkit dari duduknya dan menghempaskan bokonganya di sofa. Dia mengambil jas Julian dan kemudian memeluk jas tersebut.
Mata Tania berkaca-kaca saat menghirup dalam-dalam aroma tubuh Julian. Aroma yang selalu membuat dirinya rindu.
"Cintaku, tunggu aku, seminggu lagi aku akan terbang ke Indonesia."
"Cintaku, bagaimana hari mu dikampus."
"Cintaku, aku mencintaimu dan sangat merindukanmu."
"Cintaku, kau sudah tidur?"
Air mata Tania luruh saat mengingat rentetan kata yang selalu Julian ucapkan saat mereka berpacaran dulu. Dia memukul-mukul dadanya karena merasakan sesak yang tak berujung.
"Kenapa sesulit ini melupakan mu," lirih Tania sambil terisak.
Tak ingin terus larut dalam kesedihan. Tania pun kembali bangkit dari duduknya dan kembali ke kursi kerjanya.
°°°
"Sepertinya kau sibuk sekali?" tanya seseorang yang sedang berdiri di pintu ruangan Tania. Tania bahkan tak menyadari seseorang masuk kedalam ruangannya karna sibuk dengan gambar-gambarnya.
Tania mendongak melihat kearah pintu. "Aunty Diana!" panggil Tania sambil tersenyum.
"Masuklah, Aunty. Silahkan duduk!"
"Kau sedang sibuk, Tania?" tanya Diana setelah duduk dihadapan Tania.
"Aku hanya membuat beberapa rancangan gaun untuk pekan depan. Oh ia, ada apa Aunty menemui ku disini?"
"Emm ... Aunty ingin kau membuat gaun untuk Aunty. Kebetulan pekan depan Aunty akan menghadiri acara dan Aunty ingin gaun rancangan mu."
"Gaun seperti apa yang ingin Aunty kenakan?" tanya Tania.
"Aunty percaya pada selera mu," ucap Diana yang memasrahkan gaun nya pada rancangan Tania.
"Tania Aunty juga ingin memesan tuxedo yang senada dengan gaun yang Aunty kenakan. Kau bisa kan membuatnya?"
"Tentu, apa untuk suami Aunty?" tanya Tania.
"Bukan, suami Aunty masih di Swiss. Ini untuk Julian."
Deg, jantung Tania berdesir saat mendengar nama Julian.Terlihat jelas kegugupan dimata Tania. Namun, dengan cepat Tania berusaha tenang.
"Ta-tapi, Aunty. Aku tidak tau ukuran uncle Julian."
"Itu perkara mudah, Tania. Sebentar, Aunty akan menelpon Julian untuk menyuruhnya datang kesini. Dia sedang menunggu di mobil. Kau bisa mulia mengukurnya." Diana pun merogoh tasnya dan mengambil ponsel. Lalu dengan cepat dia menghubungi Julian.
"Aunty, aku akan menyuruh karyawan ku untuk mengukur uncle Jul. Aku akan keluar sebentar."
"Aku tak mau orang lain memegang tubuhku," sahut Julian yang baru saja tiba diruangan Tania.
Mata Julian dan Tania saling mengunci. Namun, dengan cepat Tania memalingkan tatapannya kearah lain.
"U-uncle. Sepertinya aku tau ukuran Uncle. Jas Uncle yang tadi pagi Uncle berikan akan ku gunakan untuk mengukur badan Uncle," ucap Tania. Matanya melihat jas Julian yang berada di sofa dan jas itu menjadi alasan agar Tania tak mengukur tubuh Julian, karena dia bisa mengukur lewat jas Julian yang tadi pagi dikenakan padanya.
"Jas itu sudah terlalu kecil, aku ingin yang pas dengan tubuhku. Bisakah kau mengukur ku sekarang. Aku harus pergi setelah ini."
Julian memandang jam ditangannya seolah dia memang harus pergi Tentu saja itu hanya kebohongan. Sebab, dia sudah merencanakan sesuatu dengan Diana.
Mau tak mau, Tania pun harus mengukur tubuh Julia.
"Mari ikut aku, Uncle!" titah Tania yang mendahului Julian keluar dari ruangan ukur.
"Lebarkan tangan Uncle!" titah Tania saat sudah berada di ruangan pengukuran.
Julian pun menurut. Dia merentangkan tangannya.
Jantung Tania berpacu dengan cepat saat mengukur tubuh Julian. Bagaimana tidak. Julian dengan sengaja tak mau diam dan berpura-pura melihat jam ditangannya. Sehingga Tania harus beberapa kali mengukur Julian agar ukurannya pas.
"Kau ingin memeluku?" tanya Julian menggoda. Namun, sebisa mungkin dia ber'ekspresi datar.
"Apa maksudmu?" ucap Tania dengan nada tak terima.
"Kau beberapa kali mengukur dadaku. Bukankah kau hanya ingin menyentuhku."
"Itu karena Uncle tidak mau diam, jadi aku harus mengukur Uncle lagi agar ukuran tubuh Uncle akurat. Sudahlah, aku sudah mengukur tubuh Uncle. Silahkan Uncle pergi!" titah Tania yang mulai menjauh dari tubuh Julian.
Julian tersenyum samar. Rasanya menyenangkan melihat Tania kesal. Dia merindukan ekpresi kesal Tania. Dulu Tania sering kesal padanya jika dia telat memberi kabar.
Tania pun berbalik untuk keluar dari ruangan. Namun, dengan sengaja Julian menginjak meteran baju yang dipegang Tania. Karena Tania memakai hak tinggi. Tania pun oleng.
Dengan sigap, Julian maju ke sisi Tania dan menangkap tubuh Tania. Hingga sekarang posisi Tania memeluk Julian.
Tania berusaha untuk melepaskan tangan Julian dari tubuhnya. Namun, dengan cepat Julian menarik tubuh Tania hingga Tania jatuh kepelukannya.
"Uncle, lepaskan aku!!" teriak Tania sambil meronta-ronta dari pelukan Julian.
"Sebentar saja, biarkan aku memeluk mu," ucap Julian parau. Bahkan terdengar jelas nada keputus asaan dari suara Julian.
Tania pun diam, tak meronta lagi. Dia juga lelah. Akhirnya dia membiarkan Julian memeluknya.
Tania ingin menangis di pelukan Julian. Mengatakan bahwa dia amat merindukan pelukan Julian. Berkali-kali tangannya mengangkat keudara untuk membalas pelukan Julian. Namun, dengan cepat dia menyadarkan dirinya. Mengatakan dalam hati bahwa Julian bukan lagi miliknya.
Setelah berpelukan cukup lama. Julian pun melepaskan pelukannya. Namun, dengan cepat dia mengangkup kedua pipi Tania dengan tangannya.
"Tania, tatap aku!" titah Julian karena Tania terus menunduk.
Tania pun berusaha menetralkan detak jantungnya. Dia mendongak menatap Julian. Dia tak mau terlihat lemah dihadapan lelaki yang tengah menorehkan luka padanya.
Julian tak menyia-nyiakan kesempatan. Begitu Tania meliahat kearahnya.
Cup.
Julian langsung mencium bibir Tania.
Tania yang dicium tiba-tiba hanya bisa melotot. Dan saat Tania diam karena dicium Julian. Julian tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia langsung menggit kecil bibir Tania. Hingga mulut Tania terbuka.
Julian melummat bibir Tania dengan lembut. Sangking lembutnya ciuman Julian membuat Tania terbuai. Sejenak, dia memejamkan matanya dan membalas ciuman Julian. Namun, tak lama akal sehatnya bangkit. Dia memukul-mukul dada Julian.
Julian melepaskan ciumannya sejenak. Lalu dengan cepat Julian mendorong Tania kedin-ding dan menghimpitnya.
Tania terus meronta. Namun, Julian tak kehilangan akal. Satu tangan Julian berada di di pinggang Tania dan satu tangannya mencekal tangan Tania.
Julian kembali melumatt bibir Tania. Karena Tania terus berontak, kali ini Julian mencium Tania dengan sedikit kasar.
Julia menghentikan ciumannya saat merasakan tubuh Tania bergetar.
"U-uncle, lepaskan aku," lirih Tania saat Julian melepaskan ciumannya dan menatapnya.
Lagi-lagi Julian menangkup kedua pipi Tania.
"Cintaku, lihat aku! Lihat mataku. Aku mencintaimu dan sangat merindukan mu. Lihat aku dan lihat betapa besarnya cintaku untuk mu."
Awalnya Tania enggan melihat Julian. Namun, dia merasakan ada air jatuh ke tangannya dan ternyata itu adalah air mata Julian.
Tania pun memandang Julian.
"Lihat mataku, Cintaku sangat besar padamu. Tunggu aku dan kembalilah padaku," ucap Julian dengan tatapan sendu. Dia mengambil satu tangan Tania dan mengecupnya.
"Kenapa kau mempermainkan ku lagi. Dulu kau menghianatiku dan kenapa sekarang kau ingin kembali lagi padaku. Kenapa kau begitu tega menyakiti ku, selama dua tahun aku bersama mu, aku tulus mencintai mu tapi kau dengan tega menghianatiku," jawab Tania. Bukan hanya terisak. Tania bahkan sudah menangis tersedu-sedu.
"Aku tidak mengkhianatimu. Aku di jebak. Bahkan aku tak pernah menyentuhnya." Setelah Tania memandangnya kembali, Julian dengan cepat menjelaskan semua agar tak ada lagi ke salah pahaman antara mereka.
Tania dibuat terkejut dengan ucapan Julian. Setelah mendengar semuanya. Tania memukul-mukul dada Julian.
"Kenapa kau tak jujur padaku, kenapa kau membuatku salah paham, kenapa kau membiarkan aku membencimu. Kenapaaa!!" teriak Tania sambil terus memukul mukul dada Julian. Dia melampiaskan amarahnya dan kerinduannya.
Julian pun merasa lega telah memberi tau semua pada Tania. Dia membiarkan Tania memukul dadanya agar bisa meringankan beban Tania.
"Aku membencimu, aku membencimu," ucap Tania dengan terisak. "Tapi aku juga sangat mencintaimu dan merindukanmu," ucap Tania lagi.
Mendengar ucapan Tania. Julian langsung menarik tubuh Tania kedalam pelukannya. Kali ini Tania pun membalas pelukan Julian.
"Beri aku waktu satu bulan untuk menyelesaikan semua. Setelah itu aku akan menjemputmu dan menjadikan mu pengantin ku," ucap Julian ketika mereka berpelukan.
Tania ...