Aku Yang Kamu Nikahi,Dia Yang Kamu Perjuangkan.

Gavin sampai dirumahnya saat Yuna tengah menikamati makan malamnya seorang diri seperti malam malam sebelumnya.

Semenjak Gavin mulai sibuk dengan perusahaannya Yuna selalu melewati malam malam sunyi seorang diri.pandangan mereka saling bertemu dan untuk pertama kalinya Gavin menatap Yuna lebih lama,lebih dalam dari biasanya.

Tapi kali ini bukan Gavin yang melempar pandangannya tapi yuna.ia sudah menyerah tidak ingin lagi mengalih rasa sakit hatinya sendiri.

Tidak ada lagi tatapan hangat, perhatian kecil yang selalu diberikan Yuna dengan rasa tulus.perubahan Yuna membuat Gavin merasakan sesuatu yang berbeda.

Yuna kembali melanjutkan makan malamnya seolah tidak peduli dengan kehadiran gavin.ia tidak lagi menawarkan makan malam seperti biasa ia sudah tahu bahwa Gavin sudah melewatkan makan malamnya bersama seila.

Begitu pun dengan Gavin ia berlalu dari hadapan Yuna tanpa sepatah kata pun yang kuat dari mulutnya.ia mulai membentang jarak dengan wanita itu.

Setelah selesai dengan makan malamnya Yuna mengangkat piringnya lalu mencucinya.kemudian ia masuk kedalam kamarnya.

Malam ini begitu sepi hanya menyisakan dua orang asing yang tinggal di atap yang sama.

Pagi harinya Yuna terlihat sibuk dengan tanamanya ia tidak lagi sibuk menyiapkan sarapan untuk Gavin.

" Ia tunggu aku.aku akan segera menjemputmu." Ucap Gavin yang terlihat sedang sibuk dengan telpon genggamnya.

Yuna mendengarkan hal tersebut.ia tidak menoleh ia lebih memilih pura pura sibuk dengan tanamanya.

Tapi Yuna sangat tahu bahwa Yuna sedang berbicara dengan Seila.

Gavin menatap punggung Yuna.

" Aku berangkat dulu." Ucapnya

" Ia" jawab Yuna singkat tanpa menoleh ke arah Gavin sedikitpun.sedanhkan hati kecil Gavin mengharapkan Yuna berbalik kearahnya dan mencium tangannya seperti biasanya.tapi Yuna terlihat tidak peduli dengan Gavin.

Dengan langkah kaki yang terasa berat Gavin melangkahkan kaki pergi.

" Mas." Panggil Yuna.

Langkah Gavin terhenti.dengan cepat ia menoleh dan mengulurkan tangannya pada yuna.namun Yuna tak menghiraukan uluran tangan Gavin ia hanya menatapnya.dengan cepat Gavin menurunkan tangannya kembali.

" Mas.aku hanya ingin bilang kalau hari ini aku akan mencari pekerjaan."

" Pekerjaan untuk apa?"

Yuna tersenyum kecut.

" Kamu bilang untuk apa mas.ya untuk diriku sendiri aku juga punya kebutuhan dan sekarang aku harus belajar hidup mandiri dikota sebesar ini sendirian." Ucap Yuna pelan tapi mampu membuat sisi lain hati Gavin berdenyut sakit.namun Gavin berusaha menepis perasaan itu.

" Terserah kamu saja." Ucapnya berusaha sesantai mungkin.lalu berbalik melangkah menjauh dari Yuna.

Kepergian Gavin menghempaskan angin dingin yang menerpa wajah Yuna.

Hari itu juga Yuna berangkat mencari pekerjaan hingga langkah Yuna terhenti didepan sebuah lestoran mewah yang cukup beramai pengunjung.

" Bismillah.semoga ada lowongan pekerjaan untuk saya dilestoran ini."

Yuna melangkahkan kaki masuk kedalam lestoran tersebut.

" Permisi mbak."tanya Yuna pada seorang winters yang berada disana.

" Ia ada apa ya mbak."

" Apa disini ada lowongan mbak."

" Oh mbak mau melamar pekerjaan.kebetulan lestoran kami sedang ramai tapi..."

Dahi Yuna mengrenyit.

" Tapi apa mbak."

" Kami hanya butuh tukang cuci piring saja."

" Oh tidak apa apa mbak saya mau kok.tidak masalah bagi saya yang penting halal."

" Baiklah anda bisa langsung bekerja hari ini juga."

" Terimakasih mbak."

" Sini biar saya antar mbak....."ucapnya dengan dengan alis yang terangkat seolah mempertanyakan nama.

" Nama saya Yuna."

" Biar saya antar mbak Yuna kedalam."

Yuna lalu mengikuti langkah winters itu.

Yuna sampai kedapur dengan tumpukan piring yang sangat tinggi didepanya.

" Selamat bekerja mbak Yuna saya permisi dulu."

" Terimakasih mbak."

Dengan mengucapkan bismillah Yuna mulai mencuci piring nya.pelayan pelayan lainya mulai meletakkan piring kotor didepannya.

" Hey ternyata ada karyawan baru."

Yuna tersenyum kearah pelayan itu.

" Hey nama aku Alina".ucapnya mengulurkan tangan pada Yuna. Melihat uluran tangan itu Yuna segera melap tanganya dan menjabat tangan Alina.

" Aku Yuna."

" Semoga kamu betah Bekerja disini.".

Yuna mengedipkan bahu.

" Semoga."

Sedangkan selesai mengerjakan pekerjaan nya Gavin berkunjung kerumah seila dengan beberapa paperbag ditangannya.dan kaki ini dia tidak hanya membawakan hadiah untuk seila tapi juga untuk kedua orang tua Seila.

Fida dan dodibmenyambut ramah kedatangan Gavin.

" Nak Gavin ayo masuk."

Gavin masuk lalu duduk diruang tamu.

" Om tidak menyangka lo.dalam waktu singkat kamu bisa menjadi CEO diperusahaan kamu sendiri dan sesukses ini.kamu sangat luar biasa"

"Terimakasih om."

Seila keluar dari kamarnya dengan dres berwarna merah muda yang ia kenakan.tentu saja seila selalu terlihat cantik Dimata Gavin.

" Om saya izin mau mengajak Seila dinner diluar."

" Silahkan seila kan calon istrimu jadi kamu bebas mengajak nya makan malam."

" Ia om."

Malam itu kedua pasangan kekasih itu begitu bahagia untuk sejenak mereka melupakan Yuna yang hadir diantara mereka.