NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MISI RAHASIA

Thalia berdiri di depan cermin toilet, baru saja mengganti seragamnya, ketika suara notifikasi ponselnya berbunyi. Ia mengangkat alis, membuka pesan itu sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

superhero :

“Princess, ada yang menyewa jasa Shadow of Death buat membunuh koleganya malam ini. Apa kamu mau turun?”

Thalia menatap layar cukup lama. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Sudah lama… terlalu lama, sejak terakhir kali ia mendengar nama itu Shadow of Death, organisasi bayangan yang hanya muncul ketika dunia gelap membutuhkan tangan pembunuh.

Dan salah satu tangan terlatih mereka adalah dia sendiri. Thalia adalah salah satu pembunuh bayaran yang terlatih, tapi satu hal yang Thalia pegang, walaupun bayarannya tinggi, Thalia tidak mau membunuh target yang dia anggap orang baik dan tidak bersalah.

“Hmm… udah lama banget gue gak turun lapangan,” gumam Thalia lirih, menatap pantulan dirinya di cermin, bukan sebagai siswi MHS yang ceroboh dan absurd, tapi bayangan seorang pemburu yang tersenyum tipis di balik mata yang penuh ketenangan.

Tangannya lincah membalas pesan

“Daddy, kirim datanya dulu. Thalia gak mau bunuh target yang baik hati dan gak bersalah.”

Beberapa detik kemudian, pesan balasan masuk.

Superhero :

“Ini profilnya. Ingat tetap fokus dan hati-hati karena dia di jaga tim elit”

File muncul di layar, nama, foto, lokasi, dan catatan kecil dari Rian. Thalia membaca cepat, dan senyum miring muncul di wajahnya. Ada semangat lama yang kembali hidup.

“Jadi malam ini… akhirnya Thalia bisa main lagi,” bisiknya, matanya memancarkan aura berbahaya yang hanya muncul ketika ia siap memburu.

Cia dan Sasa yang baru selesai dari bilik sebelah langsung melirik.“Lia? Kenapa senyum-senyum gitu? Serem banget lo, sumpah.”

Thalia cepat-cepat menegakkan badan, memasukan ponselnya kedalam seragam kembali..“Eh? Nggak kok! Ini daddy gue ngajak main ninja-ninjaan nanti, malam” jawabnya santai dengan gaya absurd khasnya.

Cia dan Sasa saling pandang dengan ekspresi bingung.

“Ninja-ninjaan? Maksudnya kayak… cosplay?” tanya Sasa ragu.

Thalia mengangkat bahu. “Ya gitu deh, pokoknya seru.”

Cia menepuk dahi. “Gue kadang bingung lo tuh anak siapa sebenernya, Lia.”

Thalia cuma nyengir, menyampirkan tasnya ke bahu. “Jelas anak daddy Rian dan Mommy Riana dong...”

Ketiganya lalu keluar dari toilet menuju kelas, seolah tak terjadi apa-apa.

Tapi di langkah terakhir sebelum keluar pintu, Thalia sempat menatap ponselnya sekali lagi jempolnya menggeser layar pada foto target yang dikirim Rian.

“See you tonight, mister target,” bisiknya pelan, dengan senyum setipis silet.

.....

Di ruang OSIS siang itu terasa tenang, hanya suara goresan pena di kertas laporan yang terdengar.

Athar duduk bersandar di kursinya, masih memikirkan kejadian di lapangan tadi terutama pelukan singkat Thalia yang entah kenapa terus berputar di pikirannya.

Tapi lamunannya buyar seketika ketika ponselnya berdering dengan nada khas, nada yang hanya aktif untuk jaringan rahasia bisnisnya.

Ia mengangkat tanpa bicara.

“Bos,” suara datar asistennya terdengar di seberang, “malam ini ada pesanan senjata jenis XX, lima ratus unit. Tapi… anehnya, mereka minta transaksi dilakukan di bar.”

Athar diam sesaat. Sorot matanya berubah, bukan lagi seperti ketua OSIS yang dingin, melainkan sosok pemimpin organisasi bawah tanah Golden Blood.

“Data?” ucapnya singkat.

“Baik, saya kirim sekarang.”

Beberapa detik kemudian, layar laptop di meja bergetar, file terenkripsi masuk. Athar langsung menutup tirai ruangannya dan membuka data itu.

Foto wajah, lokasi, serta catatan transaksi terpampang. Matanya menyipit, menganalisis cepat. “kenapa di tempat ramai?” gumamnya lirih. “Apa ini jebakan?.”

Raka, Rafi, Doni, dan Dion yang sedari tadi memperhatikan dari sofa menatap Athar penuh tanya.

“Ada apa, Bos..?” tanya Raka.

“Pesanan,” jawab Athar datar.

“Trus kenapa lo keliatan mikir banget?” selidik Dion sambil mencondongkan tubuh.

Athar mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. "Transaksi minta di bar.”

Rafi spontan berdiri. “Bar? Gila, itu tempat paling ramai kalau malam. Bisa bahaya kalau ada polisi atau jebakan.”

Raka menimpali, “Iya, lo yakin gak ada yang mau ngejebak? Bisa aja itu cara mereka mancing kita keluar dari zona aman.”

Athar tetap tenang. Pandangannya tajam menatap layar. “Hem mencurigakan...,siapa yang berani pasang jebakan.”

Keempat sahabatnya saling pandang mereka tahu gaya Athar. Kalau dia mulai bicara dengan nada sedingin itu, berarti malam ini akan ada pergerakan serius.

“Jadi malam ini lo turun tangan?” tanya Doni hati-hati.

Athar menutup laptop pelan. “Hemm...Kalian ikut”

Mereka semua serempak mengangguk, karena merekapun penasaran siapa orang yang berani memilih transaksi di tempat ramai.

Suasana ruang OSIS mendadak berubah hening. Hanya terdengar suara napas mereka berlima, dan detak jam di dinding.

Malam nanti, Golden Blood akan bergerak.

Dan tanpa mereka tahu, seseorang dari Shadow of Death juga akan turun di tempat yang sama.

....

Waktu berjalan cepat setelah pelajaran olahraga berakhir. Murid-murid mulai kembali ke kelas masing-masing, tapi Athar tidak terlihat di antara mereka.

Ia tak kembali ke kelasnya. Ada urusan lain yang lebih penting daripada sekadar mencatat hasil kegiatan hari ini urusan yang jauh dari dunia sekolah.

Sementara semua murid menunggu bel pulang, Athar sudah berada di ruang bawah tanah markas Golden Blood, bersama Raka, Rafi, Doni, dan Dion.

Bau logam dan minyak senjata memenuhi udara. Di atas meja panjang, deretan senjata api berbagai jenis sudah dibersihkan dan disusun rapi.

“Bos, semua senjata tipe XX udah siap. Jumlahnya pas lima ratus unit,” lapor Dion sambil memeriksa amunisi.

Athar mengangguk singkat, wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa."Periksa ulang"

“Siap, bos.”

Athar duduk di kursi besi, memandangi satu pistol berwarna hitam legam di tangannya. “Malam ini sepertinya istimewa" gumamnya pelan.

Raka menimpali "Jadi gak sabar gue nunggu malem, pengen lihat ini beneran transaksi atau hanya jebakan."

"Hem.. " Datar Athar mengangguk dia juga sudah tidak sabar untuk transaksi nanti malam, apa benar pembeli atau musuh yang sedang menjebaknya.

Sementara itu, di sisi lain di sekolah MHS...

Thalia duduk di bangkunya dengan wajah datar. Biasanya, ia paling terakhir keluar kelas, tapi kali ini ia bergerak cepat. Begitu bel pulang berbunyi, sebelum murid lain sempat berdiri, Thalia sudah memungut tasnya.

“Lia, kok buru-buru?” tanya Cia.

“Gue kebelet,” jawab Thalia singkat sambil melambaikan tangan dan berlari keluar kelas alasan klasik yang sukses membuat Cia dan Sasa tak curiga sedikit pun.

Tapi yang sebenarnya terjadi, begitu Thalia melewati gerbang sekolah, ekspresinya berubah. Tatapan matanya dingin, tajam, seperti bukan gadis SMA biasa. Ia menyalakan motor sportnya dan melesat cepat menuju markas Shadow of Death.

Begitu sampai, beberapa pria berpakaian serba hitam langsung menyambut.

“Nona, semua senjata sudah disiapkan,” ucap salah satu anggota.

Thalia berjalan masuk tanpa menjawab. Di dalam ruangan, di atas meja panjang, terbaring pistol-pistol perak kesayangannya. Ia mengusap salah satunya, pistol dengan ukiran bintang kecil di gagangnya.

“Sudah lama gue gak pakai ini,” gumamnya lirih.

“Nona yakin mau turun sendiri?” tanya salah satu anggota dengan nada khawatir.

Thalia tersenyum miring. “Santai aja. Gue gak akan mati cuma gara-gara satu misi kecil. Tapi tetep, kalian ikut. Buat jaga-jaga kalau ada darurat.”

Semua anggota serempak menjawab, “Siap, Nona.”

Sosok gadis absurd dan ceria di sekolah kini berubah total, dingin, berbahaya, dan menawan seperti iblis yang turun dengan senyum manis.

“Target di bar pusat kota jam sembilan malam,” ucapnya sambil tersenyum miring.

“Dan malam ini,” lanjutnya pelan, “Tata siap beraksi.”

Tata adalah nama lain, Thalia di dunia bawah dan nama yang di kenal oleh sesama pembunuh bayaran.

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!