NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.16

Keesokan harinya, sesuai janji, Niklas mengantar Jasmin ke dokter kandungan. Tidak hanya Niklas, Daisy pun ikut menemani, tentu saja bersama Vio. Damian tidak bisa hadir karena harus menggantikan Niklas dalam rapat penting.

“Astaga, cuma periksa kehamilan aja, rame banget yang ikut,” gumam Jasmin sambil menggeleng pelan.

“Gak apa-apa dong, Mom. Aku seneng banget punya adik,” sahut Daisy dengan mata berbinar.

“Vio juga seneng, kan? Mau punya Tante atau Om?” Daisy mengarahkan pertanyaan itu pada putrinya, yang masih sibuk dengan mainan kecil di tangannya.

“Vio belum ngerti,” jawab Jasmin, lalu menghela napas sambil menatap keluar jendela. Jalanan cukup padat, wajar saja karena pagi hari bertepatan dengan jam orang berangkat kerja. Untunglah mereka sudah mendaftar lebih dulu, jadi tidak terlalu khawatir terlambat.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan klinik Ibu dan Anak. Suasana di dalam cukup ramai, beberapa pasien sudah duduk menunggu giliran. Jasmin duduk diapit Daisy dan Niklas, sementara Vio duduk tenang di pangkuan ibunya.

Begitu pasien pertama dipanggil, jantung Jasmin berdebar semakin cepat. Rasa gugup, cemas, dan khawatir bercampur jadi satu. Bagaimana kalau hasilnya tidak sesuai harapan? Bagaimana kalau ternyata aku tidak hamil? Anak-anak pasti kecewa, Niklas pun akan ikut sedih.

“Jangan gugup. Ada aku disini,” bisik Niklas sambil menggenggam tangan istrinya. Tatapannya hangat, cukup membuat Jasmin tersenyum kecil. Daisy yang duduk di samping ikut tersenyum melihat kedekatan kedua orang tuanya.

Tak lama, nama Jasmin dipanggil. Niklas segera membantu Jasmin berdiri.

“Mas, aku masih bisa sendiri,” protes Jasmin dengan wajah sedikit memerah.

“Sudah, Sayang. Nanti saja ngomelnya,” balas Niklas lembut, menuntun istrinya masuk ke ruang periksa.

Daisy dan Vio menunggu di luar. Meski Daisy sebenarnya ingin sekali ikut masuk, ia menahan diri karena tak ingin mengganggu jalannya pemeriksaan.

Di dalam ruangan, Jasmin terlebih dahulu diperiksa berat badan dan tekanan darah. Ketika dokter menanyakan kapan terakhir kali ia haid, Jasmin hanya bisa mengernyit. 

“Aduh, saya lupa, Dok,” ucapnya jujur.

Dokter tersenyum maklum. “Tidak apa-apa, Bu. Mari kita cek dengan USG saja.”

Jasmin lalu diminta berbaring. Suster mengoleskan gel dingin di perutnya, kemudian dokter mulai menggerakkan alat USG. Layar hitam putih di samping tempat tidur menampilkan gambar samar.

“Ini sudah terlihat ya, Pak, Bu. Kantung kehamilan, usianya sekitar empat minggu,” jelas dokter sambil menunjuk monitor.

Niklas membeku sesaat, lalu senyumnya merekah lebar. Matanya berbinar penuh rasa kagum, meski ia tidak sepenuhnya paham apa yang dilihat. Sementara itu, Jasmin merasa lega bercampur syukur. Air matanya hampir menetes.

Setelah pemeriksaan selesai, dokter menuliskan resep vitamin dan obat anti-mual untuk Jasmin. 

“Selamat ya, semoga kehamilannya lancar.”

“Terima kasih, Dokter,” ucap Jasmin dan Niklas bersamaan sebelum mereka pamit keluar.

Di luar ruangan, Daisy sudah menunggu dengan senyum selebar mungkin. Begitu ibunya keluar, ia segera mendekat dan menyerahkan Vio pada Niklas.

“Ibumu keterlaluan, Vio,” gumam Niklas sambil menghela napas, lalu menggendong cucunya dengan hati-hati. Vio menatap polos dengan mata bening, seakan tidak mengerti apa-apa.

“Sudahlah, Dad. Selamat ya, Vio. Kamu sebentar lagi punya Om atau Tante bayi,” ucap Niklas sambil tersenyum kecil.

“Gimana, Mom? Beneran hamil kan?” tanya Daisy tak sabar.

“Iya… baru empat minggu,” jawab Jasmin pelan. Wajahnya tidak seceria biasanya, justru tampak agak lesu.

“Selamaaat, Mom!” pekik Daisy riang, langsung memeluk ibunya erat-erat.

Namun setelah pelukan dilepas, ia menatap Jasmin dengan heran. 

“Kok gak semangat sih, Mom?”

Jasmin terkekeh kecil. “Gak apa-apa. Mommy cuma terkejut aja. Gak nyangka di usia segini masih bisa hamil.”

Meski berkata begitu, hatinya sebenarnya penuh rasa syukur.

“Sudah, Mom. Jangan khawatir. Ada aku, Damian, dan Daddy yang bakal jagain Mommy. Jadi Mommy gak sendirian,” kata Daisy menenangkan.

Jasmin mengangguk. Mereka pun menunggu obat di apotek sambil bercanda dengan Vio. Daisy tertawa mendengar ibunya mengatakan kalau Vio sebentar lagi punya Om atau Tante bayi. Ia membayangkan nanti anak itu akan seumuran dengan Vio, hanya berbeda beberapa bulan saja.

****

Sementara itu di yayasan, Mia sedang diajari cara merawat bayi dan balita. Ia juga mendapat materi parenting. Baginya, semua itu membosankan. Namun demi dendamnya, ia rela menahan diri.

Kalau gagal merebut Damian dari Daisy, setidaknya aku bisa merusak rumah tangga orang tuanya, batinnya dengan senyum tipis.

“Hey! Jangan melamun. Cepat kerjakan,” tegur pelatih dengan nada kesal.

“Baik,” jawab Mia singkat, menahan kekesalannya.

Di tempat lain, Andreas sudah menjual hotel miliknya pada seorang teman lama. Uang hasil penjualan ia jadikan modal untuk membuka kafe dan membayar sisa gaji pegawai. Perlahan, usahanya mulai bangkit. Tapi pikirannya tidak pernah tenang.

“Daisy…” gumamnya lirih, menatap foto lama perempuan itu. “Aku masih mencintaimu, Sy. Aku yakin kamu juga masih mencintaiku, kan?”

Ia berbicara sendiri, melampiaskan kerinduan. Penyesalan menyesakkan dadanya.

“Semua belum terlambat. Aku akan merebutmu kembali dari Damian,” ucapnya penuh tekad.

****

Kembali ke Jasmin dan Daisy. Setelah dari klinik, mereka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Jasmin terlihat bingung ingin apa, tapi wajahnya seperti sedang ngidam sesuatu.

“Kita ke taman aja, gimana?” usul Daisy.

“Enggak. Panas, pasti banyak orang,” tolak Jasmin, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang. Niklas fokus menyetir, sementara Daisy dan Vio duduk di belakang.

Baru beberapa menit perjalanan, Jasmin tiba-tiba menunjuk ke arah pinggir jalan. 

“Stop, stop! Mommy mau rujak!” serunya.

“Mom! Masih pagi loh,” sahut Daisy tak percaya.

“Sudah diam. Kalau adikmu gak mau ngiler, ayo Dad, belok ke sana,” titah Jasmin penuh wibawa.

Niklas hanya menggeleng kecil, tapi menuruti. Ia memarkirkan mobil dekat penjual rujak yang kebetulan mangkal di depan sekolah menengah pertama.

Daisy turun sambil menggendong Vio. Ia ikut membeli bubur ayam dan jajanan masa sekolah dulu.

“Ya ampun, aku jadi kalap. Mommy sih,” gerutunya sambil tertawa.

Vio meronta, ingin mencicipi makanan di tangan ibunya. Daisy menghindar sambil tersenyum. 

“Sabar, Sayang. Nanti kalau sudah besar bisa makan sepuasnya.”

Niklas yang melihat Daisy kewalahan segera menawarkan bantuan. 

“Sini, biar Daddy gendong.”

“Terima kasih, Dad,” balas Daisy sambil menyerahkan Vio.

Namun tiba-tiba, sebuah tarikan kuat menghentikan langkahnya. Seorang pria mendekap Daisy erat dari samping.

“Andreas!” pekik Daisy kaget sekaligus kesal.

“Daisy… aku kangen. Maafkan aku. Aku masih mencintaimu. Kembalilah padaku, Daisy, aku mohon,” ucap Andreas dengan suara bergetar, penuh emosi.

“Andreas! Apa-apaan sih lo? Lepasin gue!” seru Daisy, mencoba mendorong. Tapi tenaganya kalah jauh.

Seketika sebuah tarikan keras membuat Daisy terlepas dari pelukan itu.

“Lepaskan anak saya!” suara Niklas menggelegar. Tangan kanannya melayang cepat, mendarat telak di pipi Andreas.

Suasana mendadak ricuh bahkan Vio pun ikut menangis. Beberapa pedagang berusaha melerai, tapi sorot mata Niklas sudah terlanjur menyala penuh amarah.

Daisy melihat jelas kebencian yang membakar mata ayahnya. Seolah sakit hati sang ayah juga ikut menjadi miliknya. Ikatan batin ayah dan anak itu benar-benar nyata—satu rasa, satu luka.

Bersambung ....

1
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
lanjut thor
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
Nadira ST
musuhnya pada berdatangan kepalaku kok pusing ya daisi baru lahiran belum bisa balas dendam
Susma Wati
alfa dan andreas sama-sama punya penyakit hati,, dendam yang si pupuk terus menerus oleh mereka sendiri tanpa berpikir untuk memperbaiki diri
Nadira ST
lanjut thor penasaran nih
AriNovani
mobilnya bukan kaki 😭
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!