NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:555.4k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 04 - Panik Setengah Hidup ~

"Duh, ntar kalau Kak Bagas balik aku harus gimana? Malu banget tolong!!"

Meski sudah membenarkan pakaian layaknya wanita normal, Aliya tetap ketar-ketir dan bingung harus bersikap bagaimana di hadapan Bagaskara.

Sungguh dia tidak sengaja, sedikitpun tidak ada niat untuk cari perhatian demi bisa menarik atensi Bagas atau semacamnya, tidak sama sekali.

Yang tadi terjadi murni karena ketidaksengajaan, Aliya tidak fokus, pikirannya kemana-mana dan lantaran Bagaskara terus menerus sibuk dengan ponsel di tangannya.

Padahal niat untuk membuat Bagaskara cinta padanya sudah begitu bulat, tapi hari ini justru diawali dengan kejadian memalukan yang bisa saja membuat Bagaskara ilfeel padanya.

"Lagian kenapa sih pakai acara salah urutan segala, pasti Kak Bagas mikir yang nggak-nggak tentangku nantinya." Aliya menunduk, yakin sekali bahwa Bagas menganggapnya sebagai makhluk aneh atau mungkin rada-rada.

Menyadari hal itu, Aliya sampai menepuk kepalanya beberapa kali sebagai cara menghukum dirinya sendiri.

Hingga matahari benar-benar menghilang, dunia menggelap dan Bagaskara belum kembali juga.

Entah kemana pria itu, mungkin makan malam di luar atau melakukan hal yang sekiranya bisa lupa tentang kejadian tadi.

Aliya tidak begitu memusingkan, dia juga tidak berpikir bahwa Bagaskara sengaja menjauhinya, hanya saja wanita itu justru berpikir bahwa Bagaskara trauma.

"Biarin aja lah, anggap saja culture shock." Begitu ucap Aliya yang kemudian beranjak dari atas tempat tidur.

Di tengah rasa lapar yang mulai mengusik kegelisahannya, pikiran Aliya tidak buntu dan dia memutuskan untuk menelpon room service demi memesan makan malam.

Perutnya lapar, dan tentang Bagaskara yang belum juga kembali biar saja.

Maklum, sebagaimana yang Aliya ketahui Bagaskara memang dikelilingi oleh wanita anggun, tidak heran andai pria itu sampai butuh waktu sendiri demi menambah energi karena berhadapan dengannya.

Selang beberapa waktu, Ketukan lembut terdengar di pintu. Aliya yang sedari tadi mondar-mandir sambil menahan perut lapar langsung menoleh.

"Room service." Suara seorang pelayan terdengar dari luar.

Aliya buru-buru melangkah dan membuka pintu. Seorang pria berseragam rapi berdiri dengan dorongan troli yang penuh dengan hidangan tertutup tudung perak.

"Pesanan Anda, Nona. Untuk dua orang, ya?" tanya pelayan itu sambil tersenyum sopan.

Aliya hanya bisa mengangguk kikuk. "I-iya … taruh saja di meja."

Pelayan itu mendorong troli masuk, lalu dengan cekatan menata piring-piring ke atas meja bundar dekat jendela.

Begitu pintu tertutup dan pria itu berlalu, Aliya menelan ludah sambil menatap hidangan yang menggoda di hadapannya. Dia sempat melirik pintu, berharap Bagaskara muncul tiba-tiba. Tapi setelah menunggu sebentar, tetap saja hening.

"Duh, Kak Bagas kemana sih ... masa aku harus nunggu terus? Perutku udah nggak bisa kompromi lagi.”

Dia bingung, tapi pada akhirnya, dengan perasaan sedikit bersalah, Aliya memutuskan untuk makan lebih dulu.

.

.

Hingga malam malamnya usai, Bagaskara tak juga muncul hingga Aliya mulai resah.

Tangannya sempat meraih ponsel di atas nakas, niat awal ingin menghubungi Bagaskara, sekadar menanyakan keberadaan pria itu.

Namun, begitu layar menyala dan nama Bagaskara muncul di daftar kontak, jemari Aliya justru berhenti.

Rasa malu mengekang, seakan-akan menertawakan dirinya sendiri. "Kalau aku telepon, apa dia nggak makin ilfeel? Apa dia nggak bakal merasa aku cerewet, mengganggu?"

Dan ya, niat itu diurungkan. Aliya hanya memeluk lutut di atas ranjang, menunggu dengan sabar sambil menatap kosong ke arah pintu yang tak kunjung terbuka.

Waktu berputar semakin lambat, hingga rasa kantuk mulai menghampirinya. Kelopak mata Aliya terasa berat, tubuhnya lelah, dan pikirannya melayang entah kemana.

Namun, tepat saat dia hampir terlelap, suara dering ponsel memecah keheningan. Aliya tersentak, jantungnya berdegup lebih cepat.

Dalam benaknya, hanya ada satu nama, Bagaskara. Dengan sigap, ia meraih ponsel dari atas nakas dan menekan layar.

Namun, alih-alih nama yang dinantikannya, justru "Rajendra" yang terpampang jelas di sana.

"Kak Jendra?" gumamnya pelan, alisnya berkerut. "Kenapa dia tiba-tiba menghubungiku?"

Rasa penasaran bercampur cemas membuatnya segera menggeser tombol hijau. Begitu suara Rajendra terdengar, Aliya langsung terperanjat kaget.

"A-apa? Rumah sakit?" Suaranya tercekat, tubuhnya membeku di tempat.

"Iya, cepat ke sini ... lumayan parah soalnya," sahut Rajendra dengan nada tergesa-gesa.

Aliya tak sempat berpikir panjang. "Iya, aku ke sana sekarang!!"

Tanpa peduli wajahnya yang kusut, rambut yang acak-acakan, ataupun piyama yang masih melekat di tubuh, Aliya langsung berlari keluar dari kamar hotel. Pikirannya kalut, hatinya dicekam rasa takut yang tak karuan.

Kabar bahwa Bagaskara kini dirawat di rumah sakit membuatnya sulit bernapas. Entah apa yang terjadi, kecelakaan seperti apa yang dialami, Aliya tidak tahu.

Yang dia tahu hanya satu, dia harus tiba di hadapan Bagaskara, secepat mungkin sampai tak segan mendesak sopir taksi yang dia tumpangi.

Melihat wajah Aliya pucat pasi, pria itu hanya mengangguk dan menekan pedal gas lebih dalam. Jalanan malam terasa panjang, lampu-lampu kota berkelebat melewati kaca jendela, sementara Aliya terus mendesak sopir. "Tolong lebih cepat, Pak! Suami saya dalam keadaan darurat."

Detik terasa seperti menit, menit terasa seperti jam. Lima belas menit yang sebenarnya singkat, justru terasa begitu lama.

Sampai akhirnya, taksi berhenti di depan gedung rumah sakit. Aliya buru-buru membayar tanpa menunggu kembalian, lalu berlari masuk.

Langkahnya terengah, matanya mencari-cari. Begitu seorang perawat menunjukkan arah ruang rawat, Aliya langsung melesat ke sana. Hatinya menjerit, tubuhnya gemetar. Matanya bahkan sudah dipenuhi air bening yang siap jatuh kapan saja.

Ketika pintu ruang rawat itu akhirnya terdorong terbuka, pandangan pertama yang menyambutnya adalah tatapan terkejut dari orang-orang di dalam.

Dion tampak tercengang, Shenina pun demikian, bibirnya terkatup rapat seolah tak percaya. Sementara Rajendra justru menunduk, menghindari tatapan mata Aliya.

Akan tetapi, Aliya sama sekali tidak peduli pada mereka. Pandangan matanya hanya terarah pada sosok di atas ranjang: Bagaskara.

Pria itu terbaring lemah, tubuhnya dipenuhi perban, beberapa luka lebam tampak jelas di kening, tangan, dan kakinya.

Wajahnya terlihat lelah, namun matanya masih terbuka, tapi sembari memijat pangkal hidungnya.

Hati Aliya serasa diremas. Tanpa berpikir, ia melangkah maju mendekat. Adik-adik Bagaskara yang semula berada di dalam ruangan, satu per satu mundur.

Kini, hanya ada mereka berdua. Sunyi, kecuali suara detak jarum jam di dinding dan bunyi pelan alat medis di samping ranjang.

Aliya menelan ludah, lalu bersuara dengan hati-hati. "Kakak kenapa? Kok bisa luka-luka gini … kecelakaan, ya?" Suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

Bagaskara tidak langsung menjawab. Masih dengan gerakan lambat, pria itu memijat pangkal hidungnya, seolah enggan bicara. Aliya menunggu dengan sabar, jantungnya terus berdegup kencang.

Beberapa detik kemudian, Bagaskara akhirnya mengulurkan tangannya. Gerakan itu membuat dada Aliya berdesir hebat.

Matanya melebar, pikirannya langsung melayang-layang. "Apa dia mau menggenggam tanganku? Atau … menyentuh wajahku?"

Begitu pikir Aliya dan ternyata semua bayangan itu runtuh seketika. Tangan Bagaskara justru berhenti di bagian dada Aliya, tepat di kancing piyama yang dikenakannya.

Sontak Aliya tersentak. Menyadari betapa piyamanya nyaris terbuka, memperlihatkan belahan dada, wajahnya langsung panas.

"Sekencang itu kah larinya sampai kancing bajumu nyaris terbuka semua, Aliya?"

.

.

- To Be Continued -

1
erma
maksudnya ngelawak....tp kurang lucu, jadi aneh. ... dokter yg sdh usia cukup tp pemikiran dan gayanya kok spt anak remaja...gak nyambung
Layla 🌹
gantian bibir bagas yg merona🤣🤣🤣
Fitriatul Ilmi
bagas : tua tua gini juga bisa buat km terpesona. apalagi klo msh muda 😂
Fitriatul Ilmi
komprin terus jend; biar si babang satu ini luluh sama biniknya/Facepalm/
Fitriatul Ilmi
aduh adek meleleh bang/Kiss/
Herlita Liem
lanjut Thor makin seru ceritanya....😍😍
Hafifah Hafifah
kelakuannya kayak bocah ya gas 🤭🤭
Hafifah Hafifah
menghayati banget ya Al
Hafifah Hafifah
ngarep ya bang dikejar ama istrinya
Teh Yen
Aliya oh Aliya ada aj pembahasannya hihii Bagas bener" cocok sama Aliya yg atu diem yg atu cerewetnya level dewa 😅😅😅
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
aliya benar. 😁😁😁😁😁
jangan sampai ada lelaki lain yang menyayangi aliya melebihi kamu, bagas
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Dasar piring, berisik aja elu 😆😆..
Kagak tauu ape, duo makhluk itu lagi kasmaran 😆..
Elu jadi saksi bisuuuu, gitu aja kagak paham, ngiri yaaa 😆...
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Itu kan menurutmu Al, dahal kuping Bagas bisa menangkap suara infrasonik 🙊😅...
So selirih apapun suaramu selama tidak memakai bahasa kalbu Bagas bakalan dengar 😅..
Lain kali hati-hati ngomongnya apalagi kalau mau bully Bagas 😆✌...
🌸WD🌸
hati hati..keselek
🌸WD🌸
pisau: maaf nggak bisa bantu steaknya udah habis..mau mencari kegitan motong udah nggak ada yg dipotong..
🌸WD🌸
Aliya candaanmu selalu membuat dag dig dug derr..🤣🤣
~Ni Inda~
Habis ni sendok lg yg ngedumel 🤣🤣
Desmeri epy Epy
lanjut Thor
~Ni Inda~
Nah loohhh..kena kamu Gas 🤣🤣
Hasanah Purwokerto
Biarin aja pir..pir...kamu ga usah ikutan kumat yaaa🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!