Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Brenda dan Marco
Febrian masih tertegun, duduk di sisi pembaringan seraya memandang raut wajah istrinya yang masih tertidur pulas. Bibir Selina yang tadi sempat mengigau menyebut nama seorang lelaki, terus terngiang di benaknya.
"Marco? Siapa lagi lelaki itu? Kenapa dia terlihat menyimpan dendam yang teramat dalam hingga terbawa mimpi?" batin Febrian makin gundah gulana.
Rahang Febrian mengeras, mengepalkan kedua tinjunya dan tak sengaja menatap tangannya yang berdarah. Diapun menghela nafas panjang dan bangkit menuju meja rias dimana Betty tadi menaruh kotak obat.
Sambil mengobati dan membalut lukanya sendiri, matanya sesekali melirik ke arah istrinya yang masih tidur seolah tak sadar telah menimbulkan kecurigaan besar di hati suaminya.
*****
Malam itu, dalam diskotik Six Nine, di ruangan VIP dimana Marco berada.
Brenda memasuki ruangan VIP itu diantar Karin yang langsung pergi meninggalkan Brenda dan Marco dalam ruangan VIP.
Kehadiran Brenda disambut Marco dengan senyuman lebar. Segelas wine, disuguhkan Marco sebagai tanda penyambutan Brenda yang sangat ia nantikan kehadirannya.
"Nona Brenda, setelah ku perhatikan, kamu ternyata cantik juga." Goda Marco mengerling nakal seraya mengangkat gelasnya mengajak Brenda minum bersama.
Brenda hanya tersenyum malu dan mereguk sedikit wine yang ada dalam gelas ditangannya, canggung.
"Tuan Marco, Aku merasa senang, di ajak bertemu orang setampan Anda. Tidak sia-sia Anda di juluki sang pangeran malam di kota ini. Ketampanan Anda bisa menaklukan ribuan wanita." Brenda sedikit membungkukkan kepala memberi penghormatan sekaligus pujian yang membuat hidung Marco jadi mengembang.
"Hahaha, kamu sangat pintar menyanjungku Brenda. Apa kamu tertarik menjadi wanita simpananku juga?" lagi-lagi Marco sengaja menggoda Brenda.
Dia harus bisa mendekati Brenda, untuk mendapat informasi tentang Harry Anderson, pria yang ia duga bersekongkol dengan wanita pencuri ponselnya.
"Apakah aku pantas menjadi simpanan mu Tuan Marco? Aku justru mengharap lebih." Ucap Brenda tanpa malu-malu mengungkapkan keinginannya yang terselubung.
"Hahaha...!"
Tawa Marco meledak keras.
"Aku bisa saja menjadikanmu ratu dihatiku Nona Brenda."
"Tapi ada syaratnya."
Mendadak Marco merapatkan duduknya ke tubuh Brenda. Jemari tangannya meraup dagu Brenda hingga kepala wanita itu mendongak keatas. Sejenak dua pasang mereka bertemu saling menatap tajam.
"Beritahu aku, semua rahasia Harry Anderson." Bisik Marco pelan ke telinga Brenda.
Senyuman Brenda seketika mencuat menyeringai sinis. Sudah ia duga, Marco punya maksud dan tujuan busuk untuk mengajaknya bertemu. Hanya saja, Brenda lebih takut pada Harry daripada Marco.
Andai saja Harry tidak mengancam kehidupannya serta kehidupan keluarganya, Brenda tidak sudi melakukan pekerjaan berbahaya seperti ini. Tapi ini tidak buruk. Brenda bisa memanfaatkan Marco untuk balik menyerang Harry. Dengan begitu, dia bisa dan keluarganya bisa bebas dari tekanan. Harry yang sudah lama menguasai kehidupannya.
"Baiklah, aku akan memberitahu semuanya tanpa terkecuali. Tapi aku juga punya syarat." Ucap Brenda tersenyum culas.
"Apakah menjadi ratuku tidak cukup sebagai syarat?" tekan Marco mendelik tajam.
"Aku tidak menginginkannya. Aku butuh lebih dari itu." Jawab Brenda balas menatap tak kalah tajamnya.
"Hhh..."
Marco melepaskan dagu Brenda kasar membuat wajah Brenda sedikit berputar ke arah samping.
"Baiklah. Katakan, apa yang kau inginkan heh?!" Nada gusar terdengar dari bibir Marco yang jadi jengkel pada sikap Brenda.
"Tentu saja uang Tuan Marco. Anda pasti tahu, uang lebih baik dari segalanya. Aku butuh uang yang banyak untuk bisa pergi ke luar negeri." Jawab Brenda tanpa basa basi.
"Hahaha...!"
Marco tertawa terbahak-bahak. Setiap wanita yang menjadi wanita simpanannya, tak pernah berani bicara masalah uang dihadapannya. Sebab uang bagi Marco adalah raja. Dia tak'kan membiarkan satu sen uang miliknya tersentuh oleh siapa saja termasuk wanita manapun.
"Berapa yang kau butuhkan Nona Brenda?" tanya Marco kemudian mencoba untuk tenang menyembunyikan perasaan gusarnya dengan permintaan Brenda.
"10 milyar untuk satu informasi." Brenda tahu ia sedang berhadapan dengan siapa. Negosiasi yang ia tawarkan, demi menjaga keselamatan nyawanya yang bisa terancam kapan saja. Setidaknya, dengan menyicil informasi, dia bisa bertahan hidup lebih lama sambil mengumpulkan uang dari Marco.
"Hehehe..., sepertinya kau memang wanita yang sangat licik Nona Brenda. Apa kau tidak takut membuat masalah denganku?" Marco terkekeh menyunggingkan senyuman penuh ejekan di bibirnya.
Ingin rasanya ia membunuh Brenda detik itu juga. Namun, ia mencoba untuk menahan emosi yang telah membakar dadanya demi informasi penting mengenai ponselnya yang hilang.
"Aku takut. Tapi aku tidak mau mati sia-sia." Ungkap Brenda mengusir ketakutannya dengan mereguk kembali wine yang tadi sempat ia sisakan setengahnya.
Marco menatap wajah Brenda nyalang, tanpa berkedip. Ingatannya melayang pada sosok Selina yang berbeda jauh dengan Brenda.
Selina tidak tertarik sama sekali dengan uang seperti Brenda. Wanita itu terlalu bodoh dan polos. Meskipun bergelut di dunia hitam, Selina hanya pintar menipu musuh dengan trik bodohnya. Dia lebih mengandalkan kemampuan bela dirinya ketimbang pakai otak. Hanya dengan satu kata cinta, Marco sukses menguasai kehidupan Selina yang sekian tahun ia peralat untuk menjalankan bisnis gelapnya.
"Hhh... Nona Brenda. Saat ini aku kehilangan satu ponsel. Aku menduga ponsel itu ada ditangan bosmu Harry Anderson. Aku rasa, ponsel itu tidak semahal harga yang barusan kau katakan." Marco mencoba bersikap acuh tak acuh seakan negosiasi yang ditawarkan Brenda tidak begitu penting untuknya.
"Kalau begitu, tawaran akan saya naikkan 100 milyar untuk satu informasi." Ucap Brenda mengejutkan Marco.
"Apa?! Jangan macam-macam kau ya?! Apa kau mau keluar dari sini dengan keadaan jadi mayat hah?!" Marco langsung naik pitam merenggut leher Brenda dan mencekiknya kuat hingga Brenda sulit untuk bernafas.
"Hek..., lepaskan Tu-an. Percuma Anda membunuh saya." Ucap Brenda dengan suara tersendat-sendat.
Mata Marco memerah nyalang, penuh hasrat ingin membunuh Brenda saat itu juga. Andai saja akal sehatnya tidak bersisa, Brenda pasti sudah mati tercekik oleh tangannya yang kekar.
"Aku akan melepaskan nyawamu kali ini saja. Kau, harus cari tahu dimana Harry menyimpan ponsel milikku." Geram Marco mendorong Brenda kuat hingga terhempas jatuh di ujung sofa.
Brenda tampak tersengal-sengal, berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak karena di cekik Marco barusan. Dia jadi bingung memikirkan ponsel yang di maksud Marco. Setahunya Harry tidak pernah membahas masalah ponsel curian.
"Tawaran saya masih berlaku Tuan. Saya tahu, anda butuh banyak informasi dari saya tentang Tuan Harry Anderson. 100 milyar adalah harga yang sesuai untuk semua informasi itu." Walau di landa ketakutan yang teramat sangat, Brenda masih nekat melakukan negosiasi.
Dia sudah terlanjur masuk lubang harimau buas dan sudah siap sedia untuk berada di tengah-tengah pertarungan raja singa dan harimau buas.
"Baiklah, bukan cuma ponsel itu saja yang aku butuhkan. Aku juga butuh informasi tentang wanita bernama Sofia Margaretha. Kau pasti mengenalnya bukan?" tatap Marco penuh selidik.
Marco mendekat, menatap wajah pucat Brenda dengan nyalang. Mengukir seringai dingin dibibirnya.
"So-sofie?"
Brenda kaget mendengar Marco menanyakan Sofie padanya.
"Hmm..., apa kau mengenalnya?" desak Marco menatap Brenda penuh harap.
.
.
.
Apa Brenda akan memberitahu Marco tentang Sofie?
BERSAMBUNG