NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat
Popularitas:59k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 23

“Potong lidahnya, buat dia tak dapat berbicara untuk selamanya! Lakukan dengan cepat, sebelum mobil ambulance datang!” Juragan Bahri berbalik badan.

“Kau awasi mereka! Bila tak sesuai keinginan saya, lenyapkan!”

“Siap, Juragan.” Gandi menunduk dalam, membukakan pintu, mempersilahkan tuan nya keluar.

Ekspresi Hardi sukar di tebak, ia mengikuti langkah ayahnya, sesekali membalas sapaan beberapa warga yang pergi berobat.

“Lakukanlah!” tak ada raut kasihan, padahal Pendi adalah sahabatnya dari semasa kecil. Gandi berdiri tepat di hadapan Mantri dan suster.

“Tapi_tapi, ini melanggar sumpah tenaga medis. Kami telah berikrar_”

“Lakukanlah, atau lidahmu sebagai gantinya!” Gandi menekan parang tajamnya dileher pak Mantri. “Kau ingin pulang dengan raga sehat, apa tinggal nama?”

Perawat wanita itu ketakutan, tubuhnya bergetar hebat kala melihat pak Mantri nyaris di gorok.

Pendi masih saja meracau, menceritakan kekejamannya di masa lalu.

“Baik.” Pak Mantri mengangguk, berulangkali membuka dan mengepalkan telapak tangan demi mengurangi rasa gugupnya.

Sang suster memberikan jarum suntik yang sudah terisi obat bius total. Selama proses berlangsung, dia menutup mata, hatinya seperti diremas. Ini kali pertama ia melakukan tindakan kejahatan.

Obat bius mulai bereaksi, si Pendi telah tak sadarkan diri. Tubuhnya didudukkan bersandar pada dinding tembok.

Gandi berdiri di sisi kiri, kedua tangannya menahan mulut sahabatnya agar terbuka. Darah segar merembes di kain kasa yang membalut luka di pipi Pendi.

Sementara pak Mantri menarik lidah menggunakan tang medis, mulai mengikat sisi lebih dalam dengan kain kasa, agar nanti berguna untuk menghentikan pendarahan.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi tangannya, beberapa kali pisau bedah terlepas dari genggaman. Keringat dingin memenuhi kening serta pelipis.

Hiks hiks hiks.

Tubuh sang suster luruh, ia memeluk lutut, membenamkan wajah diantara kedua paha.

Kres

Bunyi renyah disertai cucuran darah memenuhi mulut pria yang telah dibius total.

Gandi mendongakkan kepala Pendi, putus sudah sebagian indera perasa sahabat senang bersama, saat susah dan berpotensi menjadi bahaya, langsung dibantai.

Entah bagaimana nasibnya Pendi nanti, terancam buta, tak dapat berbicara dengan benar, tulang pergelangan kaki patah, wajah cacat, kemungkinan besar alat kelaminnya pun tak lagi bisa ereksi, berakhir mengidap impoten.

Beberapa menit kemudian, suara sirine ambulance meraung-raung. Derap langkah, ranjang pasien di dorong, terdengar nyaring beradu dengan lantai.

Pintu ruang tindakan di buka. Herman yang terlebih dahulu masuk, netranya menatap curiga pada perawat yang sibuk mengumpulkan kain kasa penuh darah berceceran di lantai.

“Bagaimana keadaan Pendi?” tanyanya, ia tatap sang sahabat yang tertidur, wajahnya sangat pucat.

“Perlu tindakan lebih lanjut lagi, dan perawatan intensif.” Gandi mundur, membiarkan tim medis rumah sakit kota mengambil alih. Memindahkan Pendi ke ranjang.

Begitu sampai luar ruangan, Herman menarik tangan Gandi. “Katakan padaku, ada apa?”

“Pendi meracau, mendesahkan nama Sawitri, bercerita panjang lebar tentang aksi keji kita.”

“Tak mungkin! Bagaimana bisa orang sekarat berkelakuan seperti pemabuk?!” Herman berkacak pinggang, jelas dia takut aksi bejat mereka terbongkar. “Lantas, apa yang kalian lakukan kepadanya?”

“Membuatnya bisu, agar tak bisa membeberkan semua tindakan tak manusiawi kita selama ini.”

“Juragan yang memerintahkan?” tanyanya, meskipun sudah tahu jawabannya. Juragan Bahri memang terkenal tak punya hati.

Gandi mengangguk. Tatapannya menajam melihat Farida yang turun dari motor, dibonceng tetangganya, lalu menoleh ke ranjang pasien yang didorong dua perawat pria.

“Urus dia!” Gandi paling anti berhadapan dengan biduan desa itu, ia melengos pergi.

“Kang Pendi!” Farida memekik, wajahnya pias melihat keadaan teman berbagi peluhnya sekarat.

Beberapa warga pun sama terkejutnya, kondisi Pendi sangat mengenaskan.

“Kang Herman, apa betul Kang Pendi diserang Babi hutan?”

“Seperti yang kau dengar dari mulut para warga, dan bukti terpampang nyata tentang kondisi Pendi, tentu saja betul.” Herman berdiri di teras puskesmas, melihat sang sahabat dimasukkan ke dalam mobil ambulance.

“Sulit dipercaya, kok bisa kawanan Babi masuk kandang Ayam juragan Bahri, kan tempat itu jauh dari hutan terlarang, sarang mereka.” Farida mengurut pelipisnya yang mulai sakit, kepala berdenyut.

“Entahlah. Ayo aku antar pulang!” Herman sengaja perhatian, agar Farida tak lagi banyak tanya.

“Lantas, siapa yang akan menemani kang Pendi?” Ia melangkah lambat mengekor dibelakang Herman.

“Salah satu anak buah ku!” Herman memutar engkol motornya. “Cepatlah naik!”

Tak ada yang merasa aneh akan kedekatan itu, dikarenakan Farida memang sering berboncengan dengan para anteknya juragan Bahri.

.

.

“Kenapa tak langsung dilenyapkan saja?” Hardi bertanya kepada sang ayah, mereka sedang berada di teras rumah ki Jaya.

“Dia masih berguna, saksi utama tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mulutnya terlalu ramai, sudah sepatutnya dibuat diam!” Juragan Bahri menghisap dalam-dalam cerutunya.

“Melenyapkan nyawanya sama saja dengan menambah masalah baru. Beberapa warga sudah melihat sekilas keadaannya sewaktu dibawa ke puskesmas. Sangat janggal kalau sampai Pendi langsung mati, dikarenakan cuma mengalami luka sayat pada wajah, leher, mata.”

Hardi mengangguk paham, lalu mereka saling diam, terhanyut dalam pikiran masing-masing.

“Apa sebelumnya Lonte mu itu pernah mengatakan, memiliki sepupu yang tinggal di kota, Hardi?”

"Aku tak pernah mengobrol hal remeh, apalagi ingin tahu tentang silsilah keluarga miskin itu. Cuma menggebu-gebu menikmati tubuhnya saja," jawab Hardi tanpa beban, atau rasa bersalah, ia paham siapa yang dimaksud oleh ayahnya, yakni Sawitri.

Juragan Bahri tertawa, menatap bangga pada sang putra. "Kau memang keturunanku! Jangan pernah tunduk kepada siapapun! Mereka lah yang harus membungkuk kala bersisian dengan kita!"

Sebuah mobil Kijang berwarna hitam memasuki halaman rumah Ki Jaya.

Pak lurah Sugeng turun dari mobilnya, lalu disusul oleh pria tua berjenggot putih, Ki Jaya.

"Mari kita ke lokasi, saya akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di kandang Juragan Bahri!" ucap Ki Jaya.

"Ki, ini bekal sesajinya. Sudah lengkap!" seru Mak Indun, keluar dari dalam rumah dan mengulurkan tas besek terbuat dari anyaman bambu.

Gandi juga baru datang, dia membawa ayam cemani, yang memiliki aroma darah lebih amis daripada ayam lainnya.

Kelima sosok pria itu berjalan kebelakang rumah Ki Jaya, menelusuri jalanan setapak , melewati ladang warga, menuju ke kandang Ayam.

.

.

Tungku dari tanah liat terlihat mengepul, asap kemenyan membumbung, mengeluarkan aroma menusuk hidung.

Ki Jaya duduk bersila layaknya orang bersemedi, matanya tertutup, bibir terkatup. Tangannya memegang pinggiran bokor yang berisi taburan bunga telon, air berwarna merah, dari darah Ayam Cemani.

Tiba-tiba mata tua itu terbuka, ia telah selesai melakukan ritual.

"Siramkan air ini ke batu yang masih terdapat darah Pendi! Kita lihat siapa pelaku sesungguhnya!"

.

.

Bersambung.

1
AFPA
Lebih keren lastri..punya bekingan author 😁
AFPA
Ini authornya yg tega an
ilate di ketok
🥺
Y.S Meliana
duuuh hawatir ketauan deh
Imas Masitoh
alur cerita nya slalu bikin greget💕
Vivi Yulianti
sruuuuu
Retna Tri Tunjung
ih ngga sabar nunggu up nya kak..
Marlina Prasasty
ihh lagi hbt2nya kok bersambung😭
FiaNasa
akankah pembalasan Sawitri ini akan cepat terungkap berkat Ki jaya,,lalu bagaimana sisa² penjahat lainnya klau kijaya menemukan pelakunya ini adalah Lastri alias sawitri
ynt_
kk kok tumben upnya cuma 1 biasanya double
Muhammad Arifin
aduh...tambah penasaran 🤦🤦
ora
Mari lihat kesaktian Ki Jaya/Scream//Sweat//Proud/
ora
Juragan pun patutnya di buat diam selama-lamanya😤😤
ora
Mending habisi nyawanya sekalian nggak sih. Itu hidup tanpa lidah gimana. Nggak kebayang aku😭😭😭
Alik Puspita Wati
aduh deg degan lagi aku..ketahuan ngga yaa kalau yang melakukan itu semua sawitri 🤔
Hafifah Hafifah
apakah akan ketahuan dalangnya siapa?
Hafifah Hafifah
sadis amat ya
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
wahh ada si dukun ya yg jd bekingan nya
wehhh emg ya klo punya pesugihan jelas pasti punya ya kann
Yuli a: iya... punya kekuasaan pasti punya backingan mbak... presiden aja punya...😂
total 1 replies
Irma
bakal ketahuan nggak sih moga2 nggak deh
vay73
❤❤❤
wow lawannya juga gk main main menguasai ilmu hitam ... kira kira ketahuan gk ya....
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
was was ketahuan deh ....pada lagi adu ilmu kwkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!